BAB 8

31.3K 3K 69
                                    

Yuhuu babang Arza yang hobinya tarik ulur perasaan orang datang lagi 😆 oh ya mau ngingetin, dari awal cerita ini udah aku tag ke cerita dewasa yaa, jadi kalo banyak umpatan atau scene menjurus jgn salahin aku oke

Pilihlah bacaan yang sesuai dengan minat dan umur kalian.

Semoga suka dan selamat membaca!

Arza masuk ke dalam kamar hotel yang ia sewa dengan perasaan yang campur aduk. Dia merasa seperti orang bodoh dan plin-plan sekarang.

Padahal baru kemarin dia berkata kalau dia tidak sudi tidur seranjang dengan istrinya, bahkan dia juga mengatai wanita itu tukang selingkuh. Tapi kenyataannya sekarang apa? Tadi malam justru dia yang sangat bersemangat dan menggebu-gebu mencumbu sang istri yang cantik jelita itu.

Bah, Arza seperti menjilat ludahnya sendiri sekarang.

Dia tidak menyesal. dia hanya ... entahlah.

Dia belum bisa memercayai Nala seutuhnya, perubahan sikap wanita itu masih terlalu misterius untuknya.

Namun, Arza pun tak dapat menampik percikan-percikan bahagia yang sedari tadi meletup-letup di dadanya, terutama saat tadi pagi ia melihat Nala tertidur pulas di sampingnya.

Rasanya dia ingin melihat pemandangan seperti itu setiap hari. Tapi ... apakah mungkin? Arza masih takut kalau semua kebahagiaannya ini hanya bersifat sementara, bahkan bisa saja hanya berlaku semalam 'kan?

Sesampainya ia di kamar mewah tempatnya bermalam, dia malah tak mendapati sosok sang istri yang tadi masih tertidur di atas ranjang saat ia tinggal. Dimana Nala?

Dapat ia lihat kondisi kamar ini tak sehancur sebelum dia pergi, baju-baju berserakan telah dilipat semuanya, sprei dan selimut juga sudah rapi. Nala memang sangat rajin.

Pintu kamar mandi tiba-tiba saja terbuka saat dia baru saja ingin menghampiri ke sana. Ah, ternyata istrinya habis mandi.

Nala keluar dalam balutan bathrobe hotel yang memang tersedia di sini. Rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja membasahi bagian punggung bathrobe yang ia kenakan.

Cantik seperti biasa.

Melihat penampilan Nala saat ini membuat Arza mengingat kembali kegiatan menyenangkan mereka tadi malam.

Mendadak ia menginginkan kegiatan semalam terulang lagi. Boleh 'kan? Siapa tahu dapat mengusir sejenak pikiran-pikiran berkecamuk dalam kepalanya yang terasa mau pecah ini.

Nala menghampiri Arza yang sudah duduk di atas sofa. Mata laki-laki itu tak pernah lepas memperhatikan istrinya.

"Mas nggak beliin aku baju?"

Ah, ya, tadi Nala memintanya membelikan satu setel pakaian panjang. Tapi Arza lupa.

"Lupa."

Nala mengerutkan keningnya dalam. Dia merasa kesal karena Arza begitu enteng mengatakan hal itu.

"Aku nggak mungkin pulang pakai gaun tadi malam, Mas."

"Why?"

'Masih nanya?' sungut Nala sebal dalam hati.

"Karena aku nggak mau."

"Kenapa, La? Nggak aku robek juga."

"Tau, ah! Terserah!" Nala beranjak dari sofa menuju kasur untuk mengambil gaunnya yang sudah ia lipat tadi. Wajahnya masih mengerut sebal.

Alasan kenapa ia menyuruh Arza membeli baju untuknya 'kan karena dia malu kalau sampai pulang memakai gaun terbuka seperti ini. Padahal leher, bahu, dan dadanya saja penuh oleh tanda kemerahan ulah Arza semalam.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang