BAB 9

29.5K 3K 87
                                    

Nala update lagi yaa!

Happy Reading!

Perempuan muda itu melirik sebentar ke arah kakaknya yang duduk di sampingnya seraya memainkan ponsel, tak mengindahkan sama sekali keberadaan sang suami yang kurang lebih sudah sepuluh menit menatap lurus ke arah merekaㅡtepatnya ke arah kakaknyaㅡyang saat ini berada di ruang keluarga.

Di samping kakak ipar, bisa Aila lihat sosok yang sama tampannya juga berdiri angkuh memperhatikan dengan seksama apapun yang dilakukan Nala.

Aila mendesah samar, ia sudah dengar cerita lengkap masalah di antara Nala dan juga Arza, termasuk kondisi kakaknya yang sedang mengalami lupa ingatan pun dia sudah tahu. Dia juga sudah tahu masalah apa yang membuat kakaknya ini bertingkah masa bodoh—atau bisa dibilang merajuk-—pagi ini pada suaminya.

Dan Aila berusaha memahami perasaan kakak satu-satunya ini. Dia cukup merasa prihatin dengan nasib Nala, sedang sakit malah diacuhkan, sekalinya dipedulikan sampai merasa terbang ke awan tiba-tiba malah dijatuhkan begitu saja ke dasar bumi. Kalau dipikir, kasihan sekali 'kan nasib Nala Amira sekarang?

Namun tak apa, Aila juga mencoba melihat dari sudut pandang Arza. Selama tiga tahun pernikahan, hanya satu tahun pria itu merasakan manisnya berumah tangga. Sisanya? Dia merasakan pahit luar biasa karena sikap Nala yang memang kelewatan. Tapi walau begitu, entah bagaimana Arza justru tetap mempertahankan pernikahan ini sekuat tenaga.

Hah ... entahlah, Aila pusing memikirkannya saja. Apakah masalah rumah tangga memang serumit ini? Kalau iya, dia jadi tidak tertarik menikah dalam waktu dekat.

"Hello? Mau sampai kapan lo main HP terus gitu padahal lagi ada tamu?" Sebuah tangan merampas kasar ponsel yang sedang Nala genggam.

"Kembaliin!" Nala melotot tak terima. Bisa-bisanya ada yang menginterupsi kegiatannya, tak tahukah dia kalau sekarang Nala sedang menahan kesal bukan kepalang? Dia tidak ingin melihat wajah menyebalkan orang yang berdiri di depannya ini!

Setelah puas menangis semalam, Nala memutuskan untuk melakukan aksi merajuk kepada Arza selama mungkin. Biar saja laki-laki itu menganggapnya kekanakan atau lebih parahnya balik mendiamkannya, dia hanya masih terlalu kesal dengan sikap Arza kemarin.

Laki-laki brengsek!

"Wahh, masih segalak biasanya ternyata. Jangan-jangan lo cuma pura-pura amnesia, ya?"

Nala semakin mengernyitkan alisnya mendengar pertanyaan kurang ajar barusan, ia melirik sebentar ke arah sang suami yang berdiri sedikit di belakang laki-laki yang sudah merampas ponselnya itu, dan Nala menyesal. Karena begitu ia melirikkan matanya, ternyata mata tajam Arza masih menyorot lurus ke arahnya.

Sial! Dia jadi berdebar sendiri.

Berusaha mengontrol emosi, Nala akhirnya berdiri setelah mengambil napas panjang. "Ai, kakak kayaknya nggak jadi bikin kue." ujarnya sembari menatap adiknya yang masih duduk manis di sofa.

"...kenapa?"

"Wow! Sejak kapan kalian akrab?"

Sungguh, Nala baru pertama kali bertemu dengan adik iparnya ini, tapi dia sudah kesal setengah mati pada laki-laki yang sialnya memiliki wajah hampir serupa dengan suaminya.

"Males."

Setelah mengatakan itu, Nala berlalu begitu saja meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya yang terletak di ujung sisi kiri lantai satu rumah ini. Jika sedang kesal begini, ia jadi sedikit merutuki luasnya rumah mewah yang ia tempati. Mau ke kamar aja jauh banget.

Razka terkekeh saat mendengar decakan Arza dari arah belakang, dan semakin terkekeh geli ketika sang kakak mengejar wanita iblis yang sayangnya adalah istri dan juga pujaan hatinya. Ck, miris sekali nasib Arzanka Shakirin Abirama.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang