BAB 14

23.4K 2.2K 31
                                    

NalArza kembali nihh

Jangan lupa tekan bintangnya ya kalau kalian baca, gratis kok gak butuh tenaga banyak juga, biar aku makin semangat updatenya 😉

Happy Reading!

Nala menundukkan kepalanya dalam, sama sekali tak berani menatap kedua manik sang mama mertua yang memandangnya tajam nan menusuk.

Dia lagi-lagi merasa bodoh sekali, Nala baru ingat jika di novel Too Late ada scene di mana Dindaㅡmama mertuanyaㅡdatang dan tinggal di sini tanpa sepengetahuan Arza. Tentu keadaan sekarang berbeda dengan versi novel karena Arza tahu akan kedatangan mamanya pagi ini.

Kenapa hal sepenting ini bisa ia lupakan? Apa Tuhan pun berkonspirasi dengan alam untuk membuatnya tak mengingat jalan cerita novel ini, dan dia tak dapat mengubah nasib malang Nala yang sudah terlanjur berdosa?

Tidak! Andai Tuhan pun berkonspirasi untuk membuatnya tak mengingat lagi alur cerita novel Too Late, ia tetap tidak akan menyerah untuk mengubah nasib malangnya, karena tujuannya saat ini adalah hidup damai bersama Arza. Demi Tuhan hatinya sudah jatuh terlalu dalam pada lelaki yang menjadi suaminya tersebut.

Ngomong-ngomong soal Arza, sudah sedari tadi laki-laki itu pamit ke kamarnya yang ada di lantai dua untuk mandi dan bersiap ke Malaysia. Sedangkan Nala ditinggal berduaㅡralat bertigaㅡ dengan mama mertuanya dan juga Razka yang terlihat duduk dengan santai seraya memainkan ponsel.

Oh ayolah, bagaimana bisa Razka masih bersikap santai padahal jelas dia menyadari jika atmosfer di sekitarnya meningkat tajam, adik Arza itu sama sekali tak peduli dengan nasib Nala yang mengkerut takut di bawah tatapan tajam sang nyonya besar.

Nala merapatkan kembali gaun tidurnyaㅡyang untungnya sedikit tertutupㅡsaat Dinda memandanginya dengan teliti dari atas sampai bawah. Seakan menilai, dan tentu saja Nala yakin penampilannya pagi ini sangat mengerikan.

Bagaimana tidak? Rambut pendek yang tidak ia sisir, gaun tidur yang hanya sebatas lutut, bibir bengkak, lingkaran hitam yang menggantung di kedua matanya, dan oh! Jangankan sikat gigi, cuci muka saja pun dia belum!

Ya, Tuhan ... Nala benar-benar tidak menyangka dia akan berpenampilan semengerikan ini pada pertemuan pertamanya dengan sang mama mertua.

"Kamu pasti yang nyuruh Arza tinggal di sini 'kan?" tanya Dinda memecah keheningan. Matanya tak berpaling sedikit pun dari wajah pasi menantunya.

Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu tak menjawabㅡlebih tepatnya tak berani menjawabㅡkarena bisa dipastikan mertuanya ini sudah tahu jawaban dari pertanyaan itu.

Mana mungkin Arza dengan sukarela tinggal di sini jika bukan paksaan darinya? Memangnya dia masih seberharga itu untuk Arza? Nala meringis dalam hati.

Karena tak mendapat jawaban, Dinda pun mendengkus dan kembali bertanya, "Kamu ingat saya 'kan?"

Nala menelan salivanya kelat sebelum menjawab dengan suara yang amat pelan. "I-ingat, Ma."

Untung saja keadaan sedang sepi, jadi suara cicitan Nala barusan masih dapat didengar oleh kedua orang yang duduk di depannya.

Dinda mengembuskan napasnya perlahan. Diam-diam tanpa diketahui oleh Nala, sorot matanya sedikit melembut dibanding sebelumnya, namun saat Nala mendongak dia kembali memasang wajah sinis. "Kamu nggak tidur sekamar sama Arza?"

Sebenarnya pertanyaan itu tak memerlukan jawaban karena mereka berduaㅡDinda dan Razkaㅡsudah memergoki Arza dan Nala keluar dari kamar yang sama, dan tanpa perlu berpikir pun mereka sangat paham bagaimana bisa sepasang suami istri itu tidur dalam satu kamar.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang