BAB 33

15.1K 944 16
                                    

Haiii Nala update lagi nih. Siapa yang udah nungguin?

Ayooo komentar sebanyak-banyaknya di sini biar aku makin semangat nulisnya, tapi dilarang komen "NEXT, LANJUT, UP" yaaa, pembaca-pembaca lamaku pasti udah tau kalau aku lebih suka kalian spam komen yang berhubungan sama cerita atau uneg2 kalian tentang cerita ini daripada spam tiga kata itu.

Semoga kalian suka ya sama BAB 33 nyaa

FYI, BAB 34 & 35 sudah ada di KaryaKarsa, yang nggak sabar nungguin update di wattpad bisa langsung cek ke sana oke? Karena jadwalku buat update lagi di wattpad-nya masih lama 

Happy Reading!

Pagi ini suasana di rumah besar tersebut terasa berbeda dari biasanya. Bisa dikatakan terasa berbeda lantaran para pekerja yang biasa beraktivitas di dapur kini malah duduk-duduk di kursi plastik yang berada lumayan jauh dari letak dapur.

Bukan karena mereka sedang bermalas-malasan, bukan. Jika memang itu alasannya mungkin satu jam lagi juga mereka akan kehilangan pekerjaan mereka di rumah ini. Mengingat betapa disiplin dan kerasnya sifat sang tuan rumah yang mempekerjakan mereka semua di sini.

Mereka ada di sini bukan tanpa alasan apalagi karena malas-malasan, mereka semua tidak memulai aktivitas yang biasa mereka lakukan lantaran sang nyonya rumah saat ini tengah asik sendiri dalam kegiatannya 'mengobrak-abrik' isi dapur. Perempuan itu bahkan melarang para pembantunya tersebut untuk mendekati dapur, dan selama menunggu mereka harus tetap berada dalam radius lima meter.

Dengan hati yang cemas bercampur takut berulang kali kepala mereka bergantian menoleh ke arah tangga dan juga dapur, memastikan majikan mereka belum keluar dari singgasananya dan tak melihat apa yang sedang terjadi pagi ini.

Bagi mereka semua tidak ada hal lain yang lebih menakutkan selain melihat kemarahan sang tuan jika melihat istri tercintanya yang tengah hamil muda ternyata sedang memasak sendiri di dapur tanpa ada yang membantu.

Sebenarnya sudah berkali-kali para pekerja ini mencoba dan berusaha untuk mengambil alih pekerjaan yang sedang dilakukan nyonya mereka saat ini, namun berkali-kali juga mereka mendapatkan penolakan bahkan ancaman yang berbunyi bahwa sang nyonya akan setiap hari memasak jika hari ini mereka tetap tak mengizinkan istri dari tuannya itu untuk meneruskan kegiatan memasaknya.

Sesungguhnya sama sekali tidak terselip bentakan atau ujaran kasar lain dalam kalimat ancaman tersebut, tapi tetap terasa menakutkan bagi mereka semua karena itu artinya mereka kehilangan pekerjaan mereka di rumah besar ini.

"Biarin saya masak hari ini aja, oke? Kalau kalian masih bersikeras ngelarang saya buat masak hari ini, mulai besok saya yang bakal setiap hari gantiin kalian masaka di sini. Kalian nggak mau 'kan? Jangan, ya."

Begitulah kira-kira bunyi ancaman yang disuarakan Nala tadi, dan ternyata ancaman tersebut cukup ampuh untuk membungkam orang-orang yang tadi terus-menerus melarangnya untuk memasak.

Di antara rasa cemas dan takut mereka pagi ini, tiba-tiba saja tanpa mereka sadari orang yang telah mereka semua wanti-wanti kedatangannya justru telah berada di anak tangga terakhir sambil menatap semua pembantunya yang sedang duduk lumayan jauh dari dapur dengan pandangan bingung.

"Sedang apa kalian di sini?" tanya laki-laki itu seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Semua orang tak terkecuali Bi Jannah langsung saja terperanjat dalam lamunannya tatkala kendengar suara berat sang majikan barusan. Mereka benar-benar tak menyangka kalau seorang Arzanka akan tiba-tiba muncul tanpa suara begini di hadapan mereka semua.

"M-Mas Arza." Bi Jannah membalas gugup dengan segaris senyum kaku yang tersemat di bibirnya. Baru kali ini rasanya wanita paruh baya itu terkejut akan kehadiran tuan mudanya ini.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang