BAB 15

23.2K 2.2K 71
                                    

Happy Reading!

"Ayo turun."

"Iya, Ma."

Kedua wanita yang berbeda usia itu turun bersamaan dari mobil yang membawa mereka ke tempat tujuan. Nala kira Dinda akan membawanya ke mall besar, secara mama mertuanya itu adalah orang tersohor yang memiliki cukup nama di kalangan masyarakat, namun ternyata Dinda justru mengajaknya ke sebuah toserba yang memang cukup besar dan mungkin lengkap tapi jelas jauh jika dibandingkan dengan mall-mall besar.

Mata Nala melirik ke atas guna membaca nama toserba ini, dan tulisan "BORMA" terpampang jelas di sana.

Besar juga untuk seukuran toserba Nala membatin. Ia mulai melangkah masuk mengikuti sang mama mertua.

Karena Dinda mengajaknya secara mendadak, ia jadi tak memiliki waktu untuk berias. Jadilah ia kini hanya memakai kemeja pink berlengan pendek yang dipadukan dengan rok plisket sebatas lutut berwarna hitam, untuk alas kaki ia memilih hanya mengenakan flatshoes sederhana yang juga berwarna hitam. Wajahnya pun hanya ia poles sedikit dengan bedak padat juga sedikit lipstik nude.

Sederhana, tapi ia suka. Ia jadi mengingat sosoknya saat menjadi Savina, tampilan seperti ini benar-benar Savina sekali. Alih-alih berpakaian dan berdandan glamour layaknya Nala dalam novel, ia lebih memilih berpenampilan sederhana seperti ini.

Ya, dia akan membuktikan diri pada semua orang kalau dia adalah sosok yang jauh berbeda dari Nala yang dulu. Mereka berbeda, hanya tubuhnya saja yang satu.

Nala mengerjap pelan saat merasakan tepukan halus di bahunya. Ah, ternyata dia melamun.

"Kamu kenapa?" tanya Dinda saat tahu Nala berjalan dengan tatapan menerawang. Wanita ini sedang melamunkan apa? batinnya.

"Eh, nggak kok, Ma. Mama mau belanja apa dulu? Sini biar Nala aja yang dorong trolinya." Dia segera mengambil alih tempat Dinda.

"Ke tempat bumbu-bumbu dapur dulu, tadi saya liat bumbu dapur di rumah kamu habis," balas Dinda seraya berjalan terlebih dahulu ke rak yang dimaksud.

Nala hanya meringis mendengar itu, lalu setelahnya ia mengangguk dan langsung mendorong troli mengikuti mama mertuanya dari belakang.

"Kamu bisa masak daging?"

Jeda sejenak. Nala menggigit bibir bagian dalamnya.

"Nggak terlalu sih, Ma ... tapi kalo Mama mau aku belajar masak daging, aku siap kok." Nala berkata ragu. Dia tidak pernah memasak daging saat menjadi Savina, karena ibunya dulu tak membiarkan dirinya memasak barang sedikit pun. Dengan alasan tak ingin menyusahkannya yang sudah banting tulang membiayai keluarga, ibunya melarang keras dirinya berkutat lama di dapur.

Paling mentok-mentok soal memasak perdagingan ia hanya pernah memasak daging ayam, itu pun hanya bagian paha saja, memakai bumbu jadi, dan rasanya sangat biasa.

Namun saat ini ia benar-benar ingin belajar memasak. Dia ingin menjadi istri sesungguhnya bagi Arza, dia ingin ... tak hanya memuaskan Arza dalam hal biologis saja, dia ingin memuaskan Arza dalam segala hal. Ini semua ia lakukan tak semata-mata hanya demi menebus semua kesalahan yang Nala asli perbuat pada laki-laki itu, ia benar-benar tulus ingin menyenangkan suaminya.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang