"Haii Baby.."
Mark tersenyum menyambut kedatangan Haechan siang ini. Kekasihnya manis sekali, Mark makin bucin kan jadinya. Memeluk tubuh sintal itu Mark menghirup dalam-dalam wangi sang kekasih yang khas, candu sekali.
"Hyung.. ada Mommy maluu", Haechan mencoba melepaskan pelukan Mark dengan pelan. Bukannya melepaskan Mark mempererat pelukannya, maklum sebentar lagi mereka akan dipisahkan, tidak boleh bertemu selama 3 hari. Dan ini adalah hari terakhir mereka bertemu, jadi tolong dimaklumi.
"Hyungg.."
Haechan masih gencar melepaskan dekapan Mark, namun tak lama sepasang suami istri yang tadi sedang sibuk berbincang keluar dari ruang kerja Jaehyun, tersisalah Haechan dan Mark.
"Mereka sudah pergi.. jadi, biarkan seperti ini dulu."
Akhirnya Haechan hanya pasrah, pemuda manis itu menyamakan tubuhnya dalam pelukan Mark dalam posisi berdiri. Mengalungkan lengan kurus Haechan pada leher Mark.
"Kenapa 3 hari kedepan rasanya lama sekali?" Mark menciumi pundak Haechan yang terlapisi gardi hitam milik Haechan.
"Sabar... Setelah ini kita akan selalu bertemu, pagimu... Malam muu.. setiap waktu aku selalu ada."
Setelah Haechan menyelesaikan perkataannya Mark melepaskan pelukan mereka, tidak sepenuhnya lepas. Kini Mark menatap wajah bulat Haechan dari dekat. Mengingat wajah Haechan untuk ia tabung sebelum ia tidak boleh menemui pusatnya.
Padahal mereka masih bisa berkomunikasi lewat video call, dasar Mark saja yang terlalu lebay."Kamu hari ini manis sekali." tersenyum tipis, Mark mengecup bibir Haechan pelan.
"Setiap hari aku manis asal hyung tau!"
Mark mengngguk, "aku tahu... Sangat tahuu."
Haechan tertawa renyah lalu melepaskan rangkulan Mark pada pinggang rampingnya. Bertepatan dengan itu pula Taeyong juga Jaehyun kembali bersama satu orang lainnya. Pria paruh baya yang tidak Haechan kenal. Haechan juga tersenyum mana kala si pria tua itu tersenyum padanya.
"Silahkan duduk Tuan Nam," Jaehyun mempersilahkan Tuan Nam untuk duduk di sofa ditengah ruangan.
Tuan Nam mengangguk dan tersenyum, menuruti perkataan Jaehyun untuk duduk, Haechan sendiri kini sudah duduk di samping Mark.
"Sebelumnya perkenalkan saya Nam Hyeon Seok pemegang saham dari Suh's crop legalition, maksud kedatangan saya adalah untuk menepati janji yang boss saya perintahkan sebelumnya." Tuan Nam mengeluarkan map berwarna merah yang didalamnya terdapat kertas-kertas yang tak Haechan ketahui.
"Silahkan ditandatangani disini,", Tuan Nam menunjuk bagian kosong disebelah kiri kertas tersebut.
"Echan, tanda tangani sayang," Taeyong tersenyum lembut menatap Haechan. Haechan yang sendiri menatap Taeyong kebingungan. Kenapa jadi dirinya yang disuruh tanda tangan?
"E-echan? Kenapa Echan Mommy?"
Masih dengan senyum lembutnya Taeyong menatap Haechan, "tanda tangani dulu ya, nanti akan Mommy jelaskan."
Haechan mengangguk, lalu dengan gerakan ragu menandatangi kertas yang sudah disiapkan tersebut. Memang terdapat namanya di sana dengan marga sang ayah bukan ibunya.
Setelah selesai menandatangani itu Tuan Nam tersenyum menatap Haechan, wajahnya terlihat sekali menahan haru juga sedih. Tangan yang sudah mulai keriput itu menjulur, bermaksud untuk mengajak Haechan berjabat tangan. Haechan dengan lugu menyambut uluran tangan tersebut.
"Selamat tuan muda." Tuan Nam tersenyum menatap Haechan.
Bingung adalah hal yang Haechan rasakan, maksudnya apa? Tuan muda? Siapa? Haechan sama sekali tak menunjukkan senyumannya bahkan ketika Tuan Nam sudah tak ada lagi di ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮 [Matahariku] || MarkHyuck ✓
FanfictionMark mempercepat langkahnya ketika melihat punggung kecil Haechan kini semakin dekat dengannya. Grep Haechan menoleh, sedikit kaget ketika melihat siapa yang mencekal lengannya. Genggaman Mark terasa dingin ditangannya. "Ada apa Hyung?" Mark tak...