"Haechanie ayo makan", Renjun memberikan nasi campur gandum untuk Haechan yang sekarang sedang duduk diatas kasur kamar mereka. Iya Haechan sedang dipanti. Bumil itu selalu menginap secara bergantian, kemarin marin di rumah Taeyong lalu sekarang ia berada di panti.
"Malas, minum susu saja", Haechan sama sekali tak menoleh pada Renjun, suasana hatinya sedang dalam keadaan buruk, itu semua itu disebabkan oleh suaminya, Mark Jung.
Ini sudah lewat satu minggu dan Mark beberapa hari kemarin sulit dihubungi, panggilannya terhubung tetapi suaminya itu tidak mengangkat panggilannya, mereka lost contact selama tiga hari! Sudah lewat dari satu minggu dan Mark belum juga mengabari akan pulang.
"Heii jangan begitu kau tidak kasihan dengan anakmu hah? Dia kelaparan didalam sana bodoh.. ya kan Aegi?", Renjun menatap lembut perut Haechan.
Dug
"Awhh"
Renjun tertawa, "kaan sudah kubilang.. astagaa keponakan yang baik mendukung samchonnya", kembali tertawa dengan keras, Renjun menyodorkan satu sendok nasi gandum kearah mulut Haechan.
Dug
"Awhh Aegii.. keras sekali iya iya Mommy makan.." Haechan meringis, lalu membuka mulutnya menerima suapan dari Renjun.
"Nah begini.. makan, jangan egois hanya karena Mark hyung tidak menghubungi mu.. kau tahu kan disana dia sedang sibuk bekerja demi perusahan Papa mu.. mungkin juga dia sangat fokus agar bisa cepat pulang dan bertemu dengan istri gembil juga Aeginya ini", Renjun mencoba membuat Haechan mengerti mengapa Mark tidak menghubunginya. Pemikiran Renjun sih seperti itu, ya semoga saja benar seperti itu.
Haechan tak bisa lagi menjawab atau mengelak pernyataan Renjun, sebab apa yang Renjun katakan mungkin saja benar.
"Ini sudah satu minggu lebih dan dia belum juga mengabari, aku khawatir injunie", Haechan memelankan kunyahannya.
"Positif.. jangan berpikiran yang tidak-tidak, tidak baik untuk kandunganmu", Jaemin menyuapi Haechan kembali.
Dug
"Awhh.. astagaa ampun sekali, dia sepertinya selalu mendukung ucapan mu Injun-ah", Haechan memegangi perutnya yang terasa sedikit nyeri.
Renjun tersenyum bangga, "tentu saja, aku kan samchonnya", menepuk bahu kirinya dengan bangga. Renjun kembali menyuapkan satu sendok terakhir makanan Haechan.
"Nah tidak mau tidak mau habis juga makan mu kan, dasar saja mau disuapi kan?", Renjun mencebik, membuat Haechan tertawa. Bukan mau disuapi sebenarnya dia memang malas makan, dalam mode merajuk karena Mark tidak bisa di hubungi namun apalah daya tubuh berkata lain dan si aegi juga mendukung kalau ibu nya ini harus makan. Jadi mau tidak mau ya Haechan harus makan.
"Hari ini kau jadi ketempat Paman Taeyong?"
"Jadi, Mommy juga mau bikin Cake yang banyak jadi memerlukan bantuanku"
"Yasudah nanti sore aku antar, tapi temani aku dulu pagi ini"
Haechan mengangguk dan berlaga seperti hormat, ia selalu senang jika diajak jalan-jalan, meskipun sebentar-sebentar akan berhenti karena kakinya pasti akan pegal. Maklum Aegi selalu bertambah besar dan sehat di dalam perutnya jadi ia suka lelah kalau jalan terlalu lama. Mau ditinggal tidak bisa kan si Aegi?!
.
"JUNG HAECHAN? SUDAH SIAP BELUM?"
"NEE INJUNIEE.. SEBENTAR LAGI", Haechan menyahuti teriakan Renjun yang berasal dari ruang tamu.
"Hei kalian ini jangan berteriak-teriak nanti anak-anak mengikutinya, tidak baik", Bibi Choi mengingatkan keduanya dengan lembut.
Renjun tersenyum kikuk lau segera miminta maaf, "maaf eommonie kami tidak akan mengulanginya lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮 [Matahariku] || MarkHyuck ✓
FanfictionMark mempercepat langkahnya ketika melihat punggung kecil Haechan kini semakin dekat dengannya. Grep Haechan menoleh, sedikit kaget ketika melihat siapa yang mencekal lengannya. Genggaman Mark terasa dingin ditangannya. "Ada apa Hyung?" Mark tak...