[dreizehn]

15K 1.6K 25
                                    

"Haechan, tunggu sebentar", Mark berusaha mengejar Haechan yang tetap berjalan meski ia sudah memanggil-manggil nama pemuda itu.

Greep

Mark menatap mata bulat pemuda di depannya sekarang. Tapi tak lama, setelahnya Mark melihat kearah tangan yang Haechan lepaskan dengan pelan.

"Aku sibuk Hyung", Haechan berbalik arah hendak melanjutkan jalannya kembali.

"Mari bicarakan, aku mohon maafkan aku", Mark menatap Haechan dengan tatapan memelasnya, berharap Haechan akan iba barang sedikit saja.

"Hyung, aku tidak punya waktu. Lain kali saja ya", Haechan tersenyum kecil lalu segera pergi meninggalkan Mark yang menatap Haechan dengan sedih.

"Astaga kenapa aku ingin menangis begini sih", Mark mengusap wajahnya kasar. Mata berwarna hitam itu kembali menatap kearah Haechan yang kini sedang berbincang dengan Hyunjin, Haechan nampak tertawa senang tanpa beban.

Mark rasanya ingin sekali memukul wajah sok tampan Hyunjin itu tapi apalah daya, mungkin Haechan akan bertambah marah padanya jika benar ia melakukan hal tersebut.

Mark akhirnya memutar arah, pemuda itu berjalan kearah gedung fakultasnya untuk menuntut ilmu. Dirinya harus cepat-cepat lulus agar bisa bekerja dan membuktikan lada Haechan jika ia serius untuk menikahi pemuda manis itu.

.

"Heii Minhyung", Mark menoleh menatap tajam Lucas, teman bertubuh kekar disampingnya.

Lucas tertawa ketika melihat tatapan tajam Mark. "Santaii.. santai, kau kenapa?"

Mark hanya diam, kembali fokus pada laptopnya, menghiraukan Lucas yang menatap penasaran pada Mark.

"Berhenti mengganggu ku", Mark menggeram, temannya ini memang benar-benar laknat sekali.

"Lagian kau ini kenapa sih? Aku sedari tadi kan mengajakmu cerita tapi kau diamkan, sedih sekali rasanya"

Mark memutar bola matanya malas, drama sekali temannya ini, "kau tidak lihat aku sedang apa? Lebih baik kau kerjakan tugasmu juga"

Lucas tertawa kembali, "kalau ada kau kenapa meski capek-capek mengerjakan kan?", Lucas menaik turunkan alisnya membuat Mark mau tak mau menggeplak kepala pemuda bongsor itu.

.
.
.

"Hyung mau pesan apa?" Renjun menatap Mark, dirinya sudah menyiapkan sebuah kertas serta pulpen untuk mencatat pesanan.

"Kopi saja"

Renjun mengernyit, "hanya kopi? Tumben, biasanya Hyung pesan makanan"

"Tidak lapar"

Renjun hanya mengangguk, mengerti jika Mood Mark sedang tidak baik-baik saja, matanya milirik kearah Jeno, Jeno mengangkat bahunya menandakan dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Mark.

"INJUN-AAH"

Mark menghentikan pergerakan tangannya, itu suara Jaemin, jika ada pemuda tersebut sudah pasti Haechan juga ada.

"Pelankan suara mu Nana-ya semua orang terganggu", Renjun menoyor kepala Jaemin yang hendak memeluknya, Renjun beralih menatap Haechan.

"Haechanie mau pesan apa?"

Nah kan benar dugaan Mark, Mark menatap Haechan yang sedang berbincang-bincang dengan Renjun.

"Aku mau roti saja juga-

"Susu Strawberry?", Renjun menyahut.

Haechan tersenyum, "benar susu strawberry"

Sebenarnya Mark ingin sekali menegur Haechan seperti biasanya, tapi sepertinya tidak untuk sekarang mengingat bagaimana hubungan mereka sekarang. Mark jadi teringat kejadian yang membuat mereka menjadi seperti ini.

[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮  [Matahariku] || MarkHyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang