Kini Mark sedang dalam keadaan gugup, debar jantungnya tak mau tenang hingga sekarang. Dirinya memikirkan banyak hal yang nanti akan terjadi. Bahkan pesan Haechan sama sekali tak ia balas sampai sekarang.
Mark menggelengkan kepalanya, berusaha untung tenang, menepis semua pikiran yang kemungkinan tak terjadi. Mark menatap kearah depan, matanya kini menemukan objek yang sejak tadi ia cari. Haechannya.
Mark mempercepat langkahnya ketika punggung Haechan semakin dekat.
Grep
Haechan menoleh, sedikit kaget ketika melihat siapa yang mencekal lengannya. Genggaman Mark terasa dingin ditangannya.
"Ada apa Hyung?"
Mark tak menjawab laki-laki itu masih menatap Haechan intens, tak lama setelahnya Mark mengangguk. Seolah meyakinkan diri.
"Menikahlah denganku"
Sontak mata bulat itu membelak kaget, menatap tak percaya kepada Mark yang kini masih menatapnya intens.
Mark lalu mengangkat lengan Haechan yang tadi ia genggam, mengarahkan pada dadanya dimana letak jantungnya yang kini kian berdentum semakin cepat.
"Kau merasakannya bukan? Maka aku serius dengan ucapakan ku tadi Lee Haechan"
"Hyung.."
Mark menunduk, lalu menatap Haechan lagi setelahnya.
"Aku tahu ini terlalu cepat dan waktunya juga belum pas, tapi Haechan aku sangat serius dengan ucapanku tadi, kamu tak perlu menjawabnya sekarang, aku tunggu satu minggu, kuharap jawabannya tak mengecewakan"
Haechan masih diam, masih meneliti keadaan yang terjadi, tapi matanya menatap Mark dengan intens. Seolah mencari kebenaran dan kejujuran didalam mata tersebut. Haechan tidak melihatnya.
Tidak melihat kebohongan dimata tersebut.
Haechan nampak tersenyum tipis.
'kalau hyung suruh menjawab sekarang juga aku akan langsung menjawab'
Haechan mengangguk kecil. "Kuharap hyung bisa menerima keputusan yang kubuat nanti"
Mark mengangguk mantap. "Besok ikut denganku ya"
"Aku kan bekerja hyung"
Mark menggeleng, menarik tangan Haechan agar tertaut pada tangannya. "Nanti ku izinkan dengan Irene Noona"
Haechan tentu saja ingin protes, Mark itu mentang-mentang yang mempunyai Caffe jadi seenak jidatnya saja.
"Tidak Hyung". Ucapnya sambil menggeleng.
"Haechan, kumohon yaa". Mark mempoutkan bibirnya. "Nanti sebagai gantinya aku bantu dicaffe, bagaimana?" Lanjutnya.
Haechan hanya dapat menghela nafasnya, bisa apa ia jika Mark sudah lucu macam bayi singa ini? Akhirnya pemuda manis itu mengangguk pasrah.
Mark tersenyum sumringah. "Yess" ucapnya lalu mengecup punggung lengan Haechan dengan cepat. Haechan? Jangan ditanya, pemuda itu sudah menatap Mark dengan horor, bisa-bisanya melakukan hal tersebut didepan umum.
Haechan mengedarkan pandangannya, kan. Benar saja, kini seluruh mata sedang menatap mereka dengan pandangan gemas, iri ada juga yang maklum dengan apa yang mereka lihat. Seseorang yang sedang kasmaran memang mengerikan.
.
.
."Baby, kemari" Jaehyun menatap Taeyong yang kini sedang bercermin, sehabis mandi.
Taeyong membenahkan ikatan bathrobe yang ia kenakan sambil berjalan kearah sang suami.
Puk puk
Taeyong mendudukkan dirinya tepat disamping Jaehyun, tempat yang tadi Jaehyun tepuk. Mendusalkan pada dada bidang si suami.
Jaehyun menunduk, menatap si istri yang terlihat kelelahan. Tersenyum, tangan besarnya tak lupa untuk mengelus kepala ibu dari anak-anaknya tersebut.
"Kamu lelah?". Tanyanya lembut dan mendapat gelengan kepala dari Taeyong.
Jaehyun tak lagi bertanya melainkan merengkuh tubuh mungil istrinya, mempersempit jarak antara mereka.
"Jae, apa Mark masih marah padaku? Apa aku keterlaluan?" Taeyong mendongak, menatap Jaehyun dari bawah.
Jaehyun menggeleng, lalu mencium lembut pucuk kepala Taeyong, sekarang ia sedang dalam keadaan gemas luar biasa. Jaehyun tidak bisa!
Pria dengan dua anak itu sangat lemah dengan tatapan bulat milik istrinya. Sangat lemah. Dirinya memanglah lemah, tapi sesuatu dibawah sana malah kebalikannya, sangat menantang sekali.
"Tidak baby, Mark hanya terlalu mencintai Haechan. Maka dari itu ia tak mau jika memang benar kau mau menjodohkannya dengan yang lain"
Taeyong mendengus, tangannya dengan sempurna mendarat pada perut berotot milik Jaehyun, memukulnya dengan sedikit keras. Bibirnya mencebik kebawah.
"Siapa juga yang mau menjodohkan Mark dengan yang lain, aku tidak akan bisa melepaskan menantu seperti Haechan. Sudah manis, baik, imut pula". Taeyong tersenyum sambil menatap atap, seolah ada wajah Haechan di atas sana.
"Ya baby aku tahu"
Braak
Taeyong tersentak ketika kini Jaehyun sudah berada diatasnya. Tersenyum penuh arti Taeyong menaikkan kedua tangannya pada leher Jaehyun.
"Ada yang salah Daddy?" Tanya Taeyong dengan nada yang menggoda.
Sudah! Cukup! Jaehyun sudah tak tahan lagi.
"Dad-hmppph". Kini kedua belah bibir sepasang suami istri itu bertemu, dengan Jaehyun yang mendominasi ciuman tersebut.
"Kamu pandai sekali menggodaku hm?" Ucap Jaehyun ketika ciuman mereka sudah berakhir, untuk sementara.
Taeyong tersenyum, belum sempat ia menjawab kini bibirnya sudah kembali di tawan oleh bibir tipis milik si suami. Ciuman basah yang syarat akan gairah yang masih menggebu diantara keduanya.
Beralih kini bibir tipis itu sudah berada pada leher jenjang milik Taeyong, Jaehyun mengecup, menjilat bahkan menggigit leher putih itu. Tangan besar milik Jaehyun juga tak tinggal diam.
Turun, memilin nipple Taeyong yang sudah mencuat, minta di puaskan.
"Aahh". Desahan kecil lolos dari bibir tipis milik Taeyong.
"Jangan hanya dimainkan tapi- uugghhh yaah". Kalimat Taeyong memang tak pernah selesai jika sedang bermain, kini Jaehyun sedang menyusu layaknya bayi.
Baiklah biarkan kedua sepasang suami istri itu melakukan kegiatan mereka.
.
.
...Jeng jeeeeng tanggung bangeeet kaan wkwkwk
Harap bijak dalam membaca yaa teman-teman sekaliaaan
Kalau ada yang gak suka Je mohon maaf
Selamat membacaaa
Dan sampai ketemu di part berikutnya 💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮 [Matahariku] || MarkHyuck ✓
FanfictionMark mempercepat langkahnya ketika melihat punggung kecil Haechan kini semakin dekat dengannya. Grep Haechan menoleh, sedikit kaget ketika melihat siapa yang mencekal lengannya. Genggaman Mark terasa dingin ditangannya. "Ada apa Hyung?" Mark tak...