Pagi yang cerah di kota Seoul, matahari yang bersinar menembus jendala juga gorden yang belum dibuka membuat Mark membuka kedua matanya. Tangan kekar itu meraba sebelah tempat tidurnya yang terasa kosong. Mark rasakan tempat itu masih hangat, berarti Haechan belum lama bangun dari tidurnya.
Mark menggeliat, merenggangkan tubuhnya kesamping kanan dan kiri, lalu berdiri untuk mencari istri manisnya. Baru hendak berdiri ia langsung terdiam mematung, suata dari arah kamar mandi menyadarkannya dan langsung cepat-cepat berlari.
"Haechan-ah.. kamu kenapa?"
Mark memegangi pundak Haechan yang terkulai lemas di depan closet, sepertinya istrinya itu habis muntah kembali. Haechan tak menjawab ia memegangi kepalanya yang terasa amat pusing, mulutnya pahit.
Hueek
Lagi, Haechan hanya memuntahkan cairan bening saja. Sedangkan yang Mark lakukan hanya memijat tengkuk Haechan dengan perlahan. Beberapa menit kemudian Haechan berdiri dibantu oleh Mark, membersihkan mulutnya di depan wastafel.
Mark menatap istrinya itu dengan tatapan iba, bibir berisi milik istrinya itu pucat sekali, mata bulatnya terlihat sayu juga meluarkan air mata.
"Hyung... Pusing", Haechan menyandar dipundak Mark.
"Yasudah ayo kita kembali ke kasur", Mark dengan sigap mengangkat tubuh mungil istrinya. Wajah khawatir sangat kentara diwajah bangun tidur milik Mark.
Setelah sampai di kasur, Mark hanya mendudukan Haechan mengambil bantal untuk diletakkan dibelakang punggung istrinya agar dapat menyandar dengan nyaman. Menarik selimut untuk menutupi tubuh Haechan sebatas pinggang karena udara pagi yang masih dingin, ini masih pukul 7 lewat 5 menit.
Mark mengambil segelas air putih yang terletak dinakas samping tempat tidur mereka, menyodorkannya pada Haechan agar meminumnya. Haechan menurut, mengambil gelas tersebut lalu meminumnya dengan 3 kali tegukan.
"Mau susu?"
Haechan mengangguk, setelahnya Mark berlalu untuk membuatkan susu. Beberapa menit kemudian Mark kembali, tapi ia terkejut saat tak menemukan Haechan di tempat tidurnya. Mark dengan buru-buru meletakkan gelas susu yang ia buat, berjalan cepat kearah kamar mandi sebab Haechan berada disana karena suara muntahannya.
Haechan berjalan kearah Mark yang berjarak satu meter darinya, menatap suaminya dengan tatapan sayu, berjalan dengan lemas hingga beberapa sentimeter lagi akan sampai tubuh lemas itu limbung.
Mark yang melihat itu dengan cepat menahan tubuh Haechan agar tidak membentur lantai kamar mandi yang dingin. Menepuk pipi itu pelan guna menyadarkan Haechan yang sekarang sudah tak sadarkan diri.
"Heii.. babyy sadarlah", Mark menyingkap poni yang menutupi kening juga mata Haechan, keringat dingin menghiasi sekitar pelipis Haechan.
Mark lagi-lagi menggendong Haechan untuk dibaringkan ke kasur, mengambil Handphonenya lalu mendial nomor Taeyong. Ia sangat panik sekarang.
.
Dilain tempat Taeyong sedang menyirami tanaman dihalapan rumahnya sambil bersenandung kecil. Katanya kalau bunga dirawat dan diberikan nyanyian bunga tersebut akan cepat mekar. Taeyong menerapkan mitos tersebut pagi ini.
"Sayang.."
Taeyong menoleh kita suara bariton itu memanggilnya, Taeyong menatap Jaehyun dengan sorot mata seakan bertanya ada apa. Jaehyun kemudian menyodorkan handphone milik Taeyong.
"Mark menelpon sedari tadi, sudah enam panggilan tak terjawab"
"Kenapa tidak kamu yang mengangkatnya"
![](https://img.wattpad.com/cover/239518273-288-k243158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮 [Matahariku] || MarkHyuck ✓
FanfictionMark mempercepat langkahnya ketika melihat punggung kecil Haechan kini semakin dekat dengannya. Grep Haechan menoleh, sedikit kaget ketika melihat siapa yang mencekal lengannya. Genggaman Mark terasa dingin ditangannya. "Ada apa Hyung?" Mark tak...