Nice to Meet You!

417 34 14
                                    

"Mas tumben rapi banget hari ini?" tanya Raka saat aku membereskan peralatan tulisku sambil sedikit tergesa-gesa.

"Em... mungkin karena tinggal ini yang ada?" jawabku sambil melihat arlojiku. Masih ada waktu 1 jam sebelum les untuk Jessi. Untung Raka bisa cepat mengerjakan soalku, jadi aku bisa ke bioskop untuk membeli tiket untuk malam ini lebih dulu.

"Kirain mau ketemuan sama siapa gitu mas. Biasa kan kalo ngelesin aku pake kaos sama celana tiga perempat aja, tapi kok hari ini pake kaos kerah sama celana jeans. Parfumnya enak juga." ucap Raka sambil sedikit mengendus. "Parfumnya apaan mas?" tanya Raka lagi.

Aku kebingungan menjawab ucapan Raka yang beruntun. Aku juga secara tak sadar mengenakan pakaian semacam ini, jadi kujawab saja parfum apa yang kupakai. Bukan parfum, tapi deodorant yang ada di setiap minimarket.

"Mas, kalau mau ngasih selamat ke temen pakai sesuatu tuh... aneh gak sih?" tanya Raka lagi.

"Buat siapa dulu?" tanyaku, lalu Raka memalingkan wajah dan menggaruk lehernya.

"Inget temen yang sering aku ceritain gak mas? Yang dijauhin itu?" jawab Raka dengan suara yang cukup pelan.

"Oh, dia kenapa emang?" tanyaku, karena tiba-tiba pembicaraan ini menarik.

Kulihat arlojiku, detik demi detik terus berjalan. Kupikir aku bisa membeli tiketnya nanti sebelum film diputar. Lagipula film yang Christy inginkan adalah movie anime detektif cilik yang sudah tayang satu minggu di kota ini, jadi pasti kami akan kebagian meski membelinya di waktu sebelum penayangannya nanti.

"Semacam apresiasi aja sih mas, soalnya aku yakin dia bisa dapet nilai-nilai bagus di UTS ini. Semacam... terima kasih sudah berusaha keras?"

"Bagus tuh. Dulu biasanya aku gitu, tapi lebih ke ucapan sebelum ujian sih. Jadi kukasih temen-temen deket aku susu kotak sama coklat, terus dikasih stick-note ucapan semangat. Tapi kalau buat apresiasi bagus juga sih. Kamu mau kasih apa?"

"Karena sebelumnya aku gak deket-deket amat sama dia, mungkin kaya sarannya mas bagus sih, susu kotak sama coklat."

Apa dia membicarakan Jessi? Ini cukup menarik karena Raka juga terlihat malu-malu membahas ini.

"Kalau niat kamu baik, gapapa kok. Apalagi dia dijauhin yang lain kan? Barangkali aja lewat perhatian kecil dari kamu, hidup dia bakal lebih cerah. Selain dia seneng, kamu pasti bakal seneng juga. Coba aja deh."

"Hehe, aku deg-degan nih mas." wajah Raka makin merah. Kelihatannya dia memikirkannya terlalu serius.

"Yaudah ayo aku temenin." ucapku sambil berdiri dan mengenakan tas punggungku.

"Kemana mas?"

---

"Ini beneran mas?" tanya Raka setelah dia kuberi satu kantong plastik berisi susu kotak, snack-snack manis dan deodorant yang biasa aku pakai. Iya, kubelikan semua itu untuknya, hitung-hitung sebagai apresiasiku untuknya yang mau bekerja keras. Ya... meskipun hampir semua yang ada disitu akan dia berikan kepada orang lain. Setidaknya dia tak perlu mengeluarkan banyak uang.

"Udah gapapa." ucapku, kemudian bersiap mebayar semua belanjaan itu. "Cewek suka yang manis-manis kok, jadi kasih aja." tambahku.

"Adik kamu yang lain?" tanya kasir yang melayaniku. Eh... iya! Kasir yang melayaniku adalah ci Sofi yang menyelamatkan Eli waktu kami tak bisa menemukan keperluan MOPD Eli.

"Bukan ci, dia murid les aku." jawabku sambil mengeluarkan selembar Rp. 50.000,-. "Udah ci, kembaliannya gak usah, sekalian bayar yang dulu." ucapku setelah melihat monitor kasir.

Ci Sofi hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu merobek nota yang dia print dan memberikannya padaku.

"Kamu bener emang, cewek suka yang manis. Selain minum atau makanan, sikap manis juga disukain sama cewek." ucap ci Sofi.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang