Gadis yang Celaka

410 33 8
                                    

Meski sudah berlatih cerdas cermat beberapa kali, rasa gugup tetap menyelimuti teman-teman Setya yang belum memiliki pengalaman itu. Mata Pelajaran Umum seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah, Matematika Wajib, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Sejarah adalah hal yang akan dilombakan untuk menyeimbangkan dua jurusan yang berbeda. Tingkat kesulitan tiap mata pelajaran tersebut disesuaikan dengan kelas mereka.

"Pilihan kata diistilahkan dalam sastra Indonesia dengan kata...?"

TING!

"Diksi!"

Chika menyelamatkan kelasnya dari poin yang seimbang dengan XII IIS-2. Kelas mereka bisa lanjut ke babak akhir melawan XII IIS-1 dengan Aya di pihak mereka yang poinnya lebih unggul. Sebelum lanjut ke babak akhir, kini giliran kelas X yang beradu kemampuan, membuat mereka bisa melakukan briefing mengenai strategi di babak akhir.

"Setya, kalau kita pakai keahlian sendiri buat jawab soal yang kita bisa, gimana?" tanya Chika.

"Maksudnya kaya tadi? Kaya kamu jawab soal tentang Bahasa?" Setya memastikan, lalu Chika mengangguk.

"Kalau dipikir mending gitu, sih." tambah Fiony.

"Ahh!! Bodo amat sama ideal kita!" gerutu Dey, kemudian Chika mengangguk.

Rencana awalnya, Chika dan Dey berencana untuk menjawab pertanyaan yang mereka pelajari selama ini, yakni Chika menjawab Matematika dan Dey menjawab Sejarah serta Bahasa. Rencana tersebut bisa dijalankan, namun cukup mengancam karena perlu waktu bagi mereka untuk berpikir dan kelas XII IIS-1 bisa menjawab lebih cepat dari mereka. Meski Dey sudah sangat menguasai bidang Sejarah, 3 jenis mata pelajaran Bahasa membuatnya agak terhambat.

"Kalau itu yang kalian mau ya gapapa." ucap Setya. Awalnya Setya hendak menyela ide mereka berdua, tapi karena akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan rencana mereka sendiri, Setya merasa lega dan dapat melihat kemenangan di depan mata.

"Mereka semua orang gila." batin Eril yang tak menyangka bisa satu kelompok dengan mereka. Bahkan, dia sampai menganggap dirinya beban karena tak banyak menjawab di babak pertama.

Setelah itu, mereka kecuali Chika dan Dey kembali belajar untuk bersiap di babak final. Karena tak perlu belajar tentang bidang yang mereka kuasai, Chika dan Dey memutuskan untuk ke kantin, membelikan snack untuk kelompok mereka.

"Seru banget lawan kalian." ucap Aya yang rupanya berada di kantin juga.

"Aku juga gak nyangka anak-anak kelas kamu pada hebat!" Dey menepuk punggung Aya.

"Aku gak berniat buat ngalah, jadi aku pun serius dari tadi." ucap Aya.

"Baru lawan kalian aja udah lumayan kewalahan, gimana besok lawan Shani, ya?" gumam Chika.

Aya langsung teringat juga tujuan puncak mereka, yaitu membantu Setya melawan Shani di Cerdas Cermat Nasional. Dia juga teringat ada Greco yang sudah pasti mengikuti Shani. Aya menelan ludahnya sendiri karena sudah tau kemampuan mereka berdua, ditambah dia mengingat pernah bertemu dengan teman Shani yang lain saat perayaan ulang tahun Setya, yaitu Cia yang kemampuannya belum diketahui.

"Pasti susah, sih." ucap Aya setelah memikirkan itu. "Kalau kalian gak bisa kalahin kelas aku, kalian gak akan bisa kalahin Shani." tambahnya.

"Siapa juga yang mau kalah, Ya?" ucap Dey sambil tersenyum penuh arti, karena menurutnya, Aya belum sadar kalau mereka belum all-out di babak pertama.

"Di manakah pertama kali Belanda mendarat di Kalimantan Timur?"

TING!

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang