Sweet & Bitter

376 28 5
                                    

Seminggu terjalani, akhirnya UTS telah selesai. Kalau sesuai rencana, besok Minggu Dey akan mengajaku ke gunung bersama Lara. UTS selesai di hari Jumat, jadi aku bisa istirahat hari ini dan besok.

"Bang, siniin tangannya." ucap Christy yang mencegatku di depan tangga lantai 1.

Kubuka telapak tangan kananku ke arahnya, kemudian dia memberiku sesuatu. 5 keping koin emas? Oh, ternyata coklat berbentuk koin.

"Buat apa nih?" tanyaku langsung.

"Valentine edisi telat, hehehe." Christy tertawa lalu lari meninggalkanku.

Valentine? Aku bahkan tak ingat ada hari itu. Sekarang sudah tanggal 24 Februari, jadi sudah 10 hari sejak hari itu berlalu.

"Apa tuh?" tanya Dey yang tiba-tiba di belakangnku. Aku sudah mulai terbiasa dengan tingkahnya yang dulu sering membuatku kaget.

"Coklat, dari Christy. Nih." kuberi 1 keping coklat koin untuk Dey. "Makasih!" ucap Dey dan dia langsung membuka coklat koin itu, lalu memakannya.

"Oiya! Valentine udah lewat lama ya!?" teriak Dey setelah dia menghabiskan coklatnya. Dia mengambil lagi satu coklat koin di tanganku dan memakannya.

"Asik banget ngobrol di tangga."

Aku lihat ke arah belakang Dey, rupanya ada Aya. Dey mengambil satu keping coklat lagi dari tanganku, lalu memberinya ke Aya.

"Coklat?" Aya langsung terlihat berpikir. "Valentine? Udah lewat lama gak sih?" ucap Aya, lalu dia memakan coklat itu.

Karena mereka terlihat ingin mengobrol lebih lama, akupun pergi sambil menatap koin coklat pemberian Christy yang tinggal 2.

"Lu ga pada mau ngasih gebetan coklat?" chatku pada Timo dan Firman.

"Hah, buat apa?" tanya Timo.

"Anjir. Pas Aya di Jakarta kenapa gw ga inget. Valentine anjir." sambung Firman.

Mereka berdua kelihatannya lupa juga pada hari itu. Padahal Firman seharusnya bisa memberi Aya coklat waktu dia di Jakarta minggu lalu.

"Mau langsung pulang atau?" tanya Eli yang sudah menghampiriku.

Kulihat dia memeluk kotak coklat berbentuk hati yang cukup besar. Terdapat bola-bola coklat di dalamnya. Wow.

"Dari Gito?" tanyaku, lalu Eli tersenyum lebar.

Kurasa semua orang melupakan hari itu. Mungkinkah karena mereka terlalu memikirkan UTS?

Aku dan Eli langsung pulang setelah kami siap. Sesampainya di rumah, ada kurir yang kelihatannya baru sampai ke rumah kami.

"Setya Aryabudi?" tanya kurir itu padaku.

"Iya saya sendiri." jawabku.

"Silahkan paketnya, lalu tandatangan di sini."

Aku menerima paket itu. Cukup berat. Kuoperkan paket itu pada Eli dan kutandatangani tanda terima dari kurir itu. Setelah kurir itu pergi, kumasukan motor ke halaman dan Eli mengembalikan paket yang ditujukan padaku. Karena sangat penasaran dengan paket yang kuterima ini, aku duduk di ruang tamu dan langsung kubuka paketnya.

Wow, sekotak kue kering yang sudah pasti rasa coklat. Ada surat di atasnya.

"Maaf telat hehehe. Aku tau pasti aku bukan yang pertama kasih kamu coklat. Aku bener-bener gak inget ada Valentine. Aku ingetnya ada yang kurang gitu bulan ini. Karena aku ada waktu, aku bikinin coklat buat kamu. Waktu kamu masih disini, kita cuma tuker-tukeran coklat yang beli di minimarket, tapi sekarang aku coba buat sesuatu yang baru! Masih dibantuin mama sih, tapi aku harap kamu suka!

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang