Dua minggu menjelang Hari Guru Nasional, muncul pengumuman dari pengurus OSIS mengenai berbagai macam perlombaan antar kelas. Ada aneka ragam lomba untuk memeriahkan hari itu, dari lomba puisi, pidato, cerdas cermat, membuat tumpeng, dan berbagai macam lomba beregu .
"Ini mah sama aja kaya lomba Hari Kemerdekaan." komentar Firman saat membaca pengumuman tersebut di mading.
"Lah, emang pernah ada lomba di Hari Kemerdekaan di sekolah ini?" timpal Timo.
"Lah iya yak. Adanya kan upacara sama jalan santai doang." balas Firman, lalu mereka berdua tertawa.
"Kalau gitu, apa kakak-kakak mau partisipasi?"
Timo dan Firman menoleh ke belakang, mendapati Zee yang membawa setumpuk kertas. "Permisi ya, kak." Zee menyerahkan satu bendel kertas itu dan diterima oleh Firman.
"Titip ya, kak, buat kelas kakak. Itu formulir buat berbagai macam lombanya, jadi bisa ajuin perwakilan masing-masing lomba. Paling lambat besok Sabtu ya, kak! Makasih!" ucap Zee, kemudian dia pergi.
Timo dan Firman membaca sekilas formulir itu, kemudian berjalan kembali ke kelas.
"Tu bocah perasaan ada di mana-mana deh." gumam Timo.
"Wajar, namanya juga Ketua OSIS. Lagian ini juga jam istirahat. Dia juga mau bagi-bagiin formulir itu, kan?" balas Firman.
Timo menatap punggung Zee yang berjalan menjauh. Dia merasa kalau Zee terlalu sering berada di sekitar mereka, membuatnya tak yakin kalau semuanya itu hanya kebetulan.
"Perlu bantuan?"
Lamunan Timo langsung buyar begitu mendengar suara Dey yang berdiri di depannya.
"Tanya dia, kan yang bawa dia semua." ucap Timo yang baru saja terkejut sambil menunjuk Firman.
Nih. Thank you." ucap Firman sambil menyerahkan semua formulir yang memang tak begitu banyak, kemudian mereka bertiga berjalan ke kelas bersama.
"Kagak jadi ke kantin lu?" tanya Timo pada Dey yang mengikuti mereka.
"Siapa yang mau ke kantin? Gue tadi mau nyari Zee buat ambil formulir lomba, tapi ternyata udah di kalian." jawab Dey sambil membaca formulir.
"Tumben amat banyak lombanya gini." gumam Dey sambil membaca.
BEG
"Fokus kalau lagi jalan."
Dey kaget melihat tangan di depan matanya. Dia menoleh dan mendapati Timo yang mengarahkan tangan di depan matanya sedang menangkap bola basket, menghadangnya agar tidak mengenai wajah Dey. Timo langsung melempar kembali bola itu ke lapangan, kepada para siswa yang bermain basket di jam istirahat.
Mendapat perlindungan kecil semacam itu membuat wajahnya merah, terutama karena Timo yang melakukannya. Timo tak berkata apa-apa setelah itu, kemudian mereka lanjut berjalan ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutor
ФанфикHanya orang yang berpengalaman yang bisa mengajari orang yang belum berpengalaman. Hal itu juga berlaku bagi orang yang pintar dalam pelajaran tetapi mencapai peringkat atas dengan usaha yang keras. Info tambahan: FF ini terinspirasi dari manga/anim...