Ceasefire

459 32 7
                                    

Setelah kembali dari Bali, kami diharuskan menyelesaikan laporan dalam waktu 3 minggu. Kalau tidak mengumpulkan laporan, hukuman yang didapat adalah tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester 1. Tiap beberapa murid dikelompokkan dengan guru yang menjadi pembimbing laporan, yang akan membimbing materia apa saja yang akan dimasukkan serta memeriksa kerapian laporan seperti penulisan dan semacamnya.

"Kamu gimana tadi bimbingannya sama bu Fitriliya?" tanya Chika saat kami menyiapkan laptop masing-masing di ruang OSIS setelah pulang sekolah, hendak melanjutkan laporan bersama.

"Gak ada aneh-aneh sih, masih disuruh lanjutin dulu. Kamu sendiri?" tanyaku kembali ke Chika.

"Ini udah tinggal jadiin pdf aja, terus nanti keluar ngeprint sama jilid."

"Lah, udah kelar?" tanyaku terkejut, lalu dia mengangguk.

Ini baru 2 hari pengerjaan laporan sejak guru pembimbing diumumkan dan dia sudah selesai seutuhnya. Bakatnya memang bukan main.

"Heh, ngapain ngalamun? Buruan kerjain." ucapku ke Dey yang terlihat melamun, menatap aplikasi Word di laptopnya.

Dey langsung menggelengkan kepalanya dan menaruh kedua tangannya di atas keyboard, tapi tidak segera mengetik.

"Sama bu Lidya susah ya?" tanyaku, lalu Dey menggelengkan kepalanya.

"Aku cuma bingung sama penulisan aja kok, masih acak-acakan. Tenang, nanti kalo kesusahan aku tanya kamu." jawabnya.

Aku mengangguk saja menanggapi jawaban Dey. Kulihat kearah Aya... kelihatannya dia tak terlalu bermasalah dengan laporan. Tapi kira-kira Fiony bagaimana ya? Mengingat dia sibuk seperti itu apa dia ada waktu untuk mengerjakan laporannya? Dia hanya punya waktu luang di hari Minggu dan Senin. Tiap pulang sekolah dia pasti menggunakan waktunya untuk benar-benar istirahat sebelum akhirnya dia shift sampai hampir tengah malam, jadi dia baru ikut berkumpul bersama kami disini hari Senin kemarin. Sesibuk-sibuknya Timo dan Firman, mereka berdua setidaknya masih punya cukup banyak waktu untuk mengerjakan laporan.

"Sekarang gantian kamu malah yang ngalamun." ucap Chika, kemudian pikiranku buyar.

"Kepikiran aja sama Fiony." balasku.

"Waduh, kenapa nih?" tanya Chika lagi.

"Gila-gila pacar orang dipikirin." tambah Firman.

"Gak kepikiran aneh-aneh kok, cuma kepikiran dia laporannya gimana. PR aja masih bikin di kelas, gimana laporannya coba."

Kurasa aku perlu membantunya, apalagi dia sendiri masih kurang baik dalam menata bahasa. Kurasa aku harus membantunya besok Minggu.

***

Sesuai dugaanku, Fiony benar-benar belum banyak mengerjakan laporannya karena belum sempat. Sesuai tawaranku, dia mau kubantu dalam pengerjaan laporan study tour. Fiony memintaku menjemputnya karena dia ingin mengerjakan laporannya di food court mall, bukan di kosnya karena menurutnya akan kurang nyaman kalau terlalu lama di ruang tamu kosnya.

Setelah aku pulang dari gereja, kami bersama-sama ke mall sekitar jam 11 menjelang siang, supaya waktu mengerjakan kami bisa maksimal. Karena sudah tak terlalu banyak lagi yang perlu kuperbaiki di laporanku, aku juga membawa beberapa PRku untuk kukerjakan sekalian.

"Coba kamu liat punya aku." ucap Fiony setelah beberapa jam fokus mengerjakan laporannya.

Aku berhenti mengerjakan PRku dan melihat laporannya. Sudah ada 3 bab yang dia kerjakan dan ada cukup banyak kesalahan dalam penggunaan tanda baca dan juga huruf kapital, jadi kuberi tanda dimana saja kesalahan Fiony dan kukembalikan laptopnya.

"Masih lumayan banyak salahnya di tanda baca sama huruf-huruf kapital. Kalau menurut aku materi yang kamu masukin udah cukup sih harusnya, tapi mending kamu konsul ke guru pembimbing kamu."

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang