Sweat doesn't Lie

813 52 18
                                    

================================================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

================================================================================

"Dey? Kamu ga ikut ekskul tari?" tanyaku padanya saat dia ikut membantu menyiapkan ekskul tata boga.

"Aku putusin buat keluar dari situ, soalnya udah ada Pramuka, biar gak terlalu padat. Lagian harinya juga sama." ucapnya.

"Oiya, buat yang kemarin sama tadi aku minta maaf ya kalau udah marah-marah ke kamu. Aku malu sama diri aku sendiri karena kamu mau bener-bener bantuin kita buat belajar bahkan sampai bikin catatan yang cocok buat kita." lanjutnya.

"Gapapa, santai aja. Aku pernah di posisi kalian, jadi aku gak-"

"Setya, gasnya belum diambil. Ambilin di dapur dong." sela Fiony.

Okay... cara berbicaranya kurang enak di telingaku, tapi aku tak mau memperpanjang masalah jadi kuturuti saja.

Setelah semua siap, aku baru sadar yang mengikuti tata boga hari ini tak terlalu banyak, jumlahnya sama seperti kemarin hanya ketambahan Dey saja. Sial, apa itu berarti aku laki-laki sendiri disini?

"Ini yang baru cuma aku aja?" gumamku sambil melihat anak tata boga lain.

"Ah.. iya, maaf aku belum sempet kabarin anak-anak baru karena belum ada kuota." ucap ci Devytha sambil menggaruk kepala belakangnya.

"Mana ci daftarnya? Biar aku hubungin, barangkali masih ada yang di sekolah." ucap Fiony.

Ci Devytha membuka tasnya dan memberikan map berwarna merah bening, lalu memberikannya pada Fiony.

"Selagi Fiony ngehubungin anak-anak baru, kita mulai dulu yuk. Berhubung pak Purnomo berhalangan hadir, sementara aku dulu yang bimbing. Hari ini, tema masak kita adalah sarapan! Jadi kita semua bakal bikin menu sarapan andalan dan nanti bakal aku nilai apa yang kurang dan apa yang perlu ditambahin. Dan buat tantangannya, bahan yang kalian pakai buat bikin menu sarapan cuma boleh dari sini!" ucap ci Devytha, lalu dia membuka tudung saji yang tak kuketahui darimana asalnya.

Di balik tudung saji itu terlihat ada satu keranjang telur, satu bungkus roti tawar, nasi, keju dan sayuran lainnya, kornet, mayonais, saos, margarin, selai, dan banyak lagi bahan baku lainnya. Hm, cukup banyak pilihan, tapi kurasa aku akan membuat bekal andalanku yang kurasa bisa masuk kategori menu sarapan. Kuambil margarin dan langsung kupanaskan di teflon. Pertama, kumasak kornet sampai matang lalu kusisihkan di piring kecil lebih dulu. Setelah itu kumasak 2 butir telur bersamaan dengan api kecil dan kuratakan telurnya. Lalu, aku masukan selembar roti tawar di atas telur dan kudiamkan tidak sampai 1 menit. Kutaruh selembar keju, lalu kornet yang sudah kumasak sebelumnya, kutumpuk keju lagi dan kututup dengan roti tawar lagi. Kubungkus tumpukan roti tersebut dengan telur yang merata lagi. Kupindahkan hasil masakanku tadi ke piring dan kusiapkan pisau serta garpu supaya mudah dimakan nantinya. Oh, kutambahkan juga mayonais dan saos pedas untuk perasa tambahannya. Membuat ini mengingatkanku pada Shani yang pasti juga sering kubuatkan untuk makan siang bersama kalau aku sempat memasaknya.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang