Winning Ball

316 32 6
                                    

Author POV

Setelah pertandingan demi pertandingan yang telah dilalui, Timnas U-19 Indonesia berhasil maju ke babak final. Pertandingan final akan berlangsung di awal bulan Mei. Karena pada tanggal pertandingan tersebut tak ada ujian dan lain-lain, Timo dan Firman berinisiatif untuk mengirimkan tiket pertandingan ke keluarga dan teman-teman dekat mereka. Sebenarnya tiap pemain Timnas hanya boleh mengundang keluarga saja, tapi karena bantuan Anin mereka bisa memberi tiket untuk teman-teman dekat mereka.

"Kamu serius gak mau ikut berangkat juga?" Timo menkonfirmasi tolakan Briel melalui telefon.

"Iya, gapapa. Aku mau nonton bareng anak-anak ekskul aja. Lagian kalau kesana sendirian nanti bingung."

"Sendirian?" tanya Timo, lalu dia menjauhkan HP dari telinganya dan menutup microphonenya. "Man, lu gak tawarin tiket ke Freya?" tanya Timo pada Firman yang sejak tadi bercanda dengan dokter Cindy.

"Hah? Kagak. Gak enak gue sama kak Anin kalau ngajak yang lain-lain." jawab Firman, lalu dia kembali bercanda dengan dokter Cindy.

Timo kembali menempelkan HP ke telinganya. "Ok deh kalau gitu. Doain kita menang ya?" ucap Timo pada Briel.

"Siap ko! Jaga kesehatan terus ya!"

"Iya. Kamu juga ya." balas Timo, lalu panggilan mereka berakhir.

Setelah panggilan mereka berakhir, Timo menghela nafas cukup berat. Pandangan Timo lurus kebawah dan hal itu disadari oleh Firman. "Kenapa lu?" tanya Firman langsung.

"Gatau, perasaan gue gak enak aja." jawab Timo.

"Udah, lagian keluarga lu juga pada bisa dateng. Aya, Yessica, Dhea, Setya sama yang lain juga pada mau dateng semua. Masa Briel gabisa berangkat lu galau?"

"Kagak Man, bukan itu. Makanya gue bingung kok tiba-tiba perasaan gak enak aja."

"Kamu gugup udah mau final?" tanya dokter Cindy yang mendatangi Timo dan berjongkok di depannya.

Timo terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan dokter Cindy. "Semoga cuma karena itu, dok."

Tepat setelah itu, Anin masuk sambil membawakan cukup banyak Pocari Sweet, produk perusahaan dimana dia bekerja. Melihat Timo yang murung, Anin langsung mendatanginya mengelus puncak kepalanya.

"Ih, dedek aku kenapa?" tanya Anin.

"Gugup mau final paling." jawab dokter Cindy, lalu dia berdiri dan kembali duduk di dekat Firman.

"Oalah, wajar sih. Nih." Anin memberi sebotol Pocari Sweet untuk Timo. "Makasih, kak." jawab Timo setelah menerima pemberian Anin.

"Oiya, temen-temen kalian yang fix berangkat berapa orang jadinya?" tanya Anin.

"Tujuh orang, kak." jawab Timo, lalu dia mulai meminum Pocari Sweetnya.

Anin langsung mengeluarkan HPnya. "Ok, tiket kereta sama hotel buat mereka udah aku beliin. Udah aku kirim juga ke si Dhea. Besok kalau udah sampai Jakarta aku suruh dia chat aku, biar aku jemput dari stasiun ke hotel langsung." ucap Anin setelah cukup lama melakukan hal-hal tersebut melalui HPnya.

Plak!

Anin menepuk punggung Timo dengan sangat keras. "Semangat dong! Keluarga sama temen-temen kamu bakal nonton loh!" ucap Anin dengan tegas.

Timo menegakkan duduknya dan langsung tersenyum. "Siap, kak!"

Anin tersenyum dan langsung memeluk TImo. "Ini baru dedek aku." ucap Anin.

Firman dan dokter Cindy yang merasa canggung melihat Timo dan Anin tak sengaja saling bertatapan.

"Mau juga?" tanya dokter Cindy sambil membuka kedua tangannya sedikit. Firman langsung merinding dan mengalihkan pandangannya.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang