Under The Sudden Rain

436 34 22
                                    

Sesuai kesepakatan sebelumnya, aku membantu Christy dalam belajar ulangan Kimia di apartemennya setelah memberi les Jessi. Sebagai 'bayaran', dia bilang akan mentraktirku Chinese Food dari rumah makan keluarga Dey, jadi aku sekalian makan malam di apartemennya. Tapi, malam ini Chika pergi entah kemana.

"Kakak kamu masih sering keluar gak bilang kaya dulu?" tanyaku saat Christy masih menyiapkan buku-bukunya.

"Nggak kok, tadi dia bilang keluar, tapi gak boleh bilang ke abang keluar sama siapa."

"Lah? Sekarang kan kamu bilang."

Christy langsung menepuk wajahnya. Apa dia keluar dengan Badrun lagi? Apa masih saja dia melakukannya? Mungkin aku belum berhasil meluangkan waktu untuknya karena memang terlalu sering memberi les. Kalau aku ingat-ingat lagi sekarang ini aku hanya membantu mereka belajar setelah pulang sekolah saja. Itupun hanya sampai sekitar jam 4 sore karena aku harus pulang untuk siap-siap memberi les Raka atau Jessi.

Untuk Christy sekarang ini memang dia masih benar-benar 'buntu' mengenai materi Kimia yang dia pelajari. Bahkan waktu sepulang sekolah tadi masih belum cukup membuatnya percaya diri kalau sudah memahami materinya.

Sudahlah. Daripada ada drama disini, lebih baik aku tak menanyakan darimana Chika nanti.

"Dek?"

Terdengar suara Chika yang cukup kencang dari arah pintu depan. Lalu suara langkahnya makin terdengar mendekat.

"Loh, kamu masih kuat sampe jam segini?" tanya Chika begitu dia melihatku.

"Selama aku ada makan gapapa sih." jawabku.

"Makan apa emang tadi?" Chika langsung duduk bergabung dengan kami.

Kuperhatikan lagi pakaian yang digunakan Chika merupakan pakaian santai untuk pergi keluar di suatu tempat, bukan hanya berkunjung untuk belanja atau semacamnya.

"Itu, fuyunghay dari tempat Dey."

Entah kenapa aku merasa malas untuk menatap Chika lagi. Kufokuskan pandanganku ke Christy yang mengerjakan soal Kimia dariku. Tiba-tiba saja aku merasa gelisah dan tidak nyaman sejak ada Chika.

"Gak bikin Geografi?" tanyaku pada Chika.

"Oh iya ya! Kamu udah?" tanya Chika balik, lalu aku hanya mengangguk.

Aku sudah membuatnya tadi saat memberi les Jessi, karena selalu ada waktu kosong bagiku tiap Jessi mengerjakan simulasi ujian.

Akhirnya, Chika pergi dan aku merasa lega. Kenapa harus muncul perasaan semacam ini lagi? Perasaan semacam ini bisa mengganggu pertemananku dengannya.

"Ada yang beda ya bang dari kakak aku?" bisik Christy, lalu aku menggelengkan kepalaku.

Setidaknya Christy tak perlu tau masalah semacam ini, karena masalah ini juga tak terlalu penting untuknya. Daripada dia marah lagi kan?

Tak lama, Chika kembali lagi membawa buku-bukunya dan mulai mengerjakan PR. Kupikir dia akan memilih untuk membuat PR di kamarnya. Ayolah Setya, ada apa denganmu. Chika mempercayaimu kan?

"Kalau ada yang bingung tanya aja." ucapku sambil menoleh ke Chika.

Chika yang baru mulai mengerjakan PR langsung menatapku. Dia tersenyum lalu mengangguk dan lanjut mengerjakan PRnya.

"Bang, udah." ucap Christy sambil menyodorkan buku tulisnya padaku.

"Oiya, aku ada catetan lagi loh bang kemarin pas robotik. Mau pinjem gak?" tanya Christy.

"Boleh deh kalo ada." jawabku, lalu Christy pergi.

Kuperiksa Latihan soal Christy. Hm... lumayan. Belum sempurna, tapi lumayan. Setidaknya tak separah tadi siang di ruang OSIS.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang