Raison d'etre

445 33 15
                                    

"Jadi mas Setya, menurut mas, Raka bisa masuk ke PTN atau nggak?" tanya mama Raka saat masuk ke kamar Raka, mengantarkan minuman dan camilan ditengah-tengah proses mengajarku.

Raka sudah mulai UAS dua minggu lebih dulu daripada SMA AD, jadi dalam satu minggu ini aku menghabiskan waktuku untuk membimbing Raka belajar sesuai jam kerjaku. Bayaranku juga makin banyak karena ini, jadi kuterima saja karena setelah UAS tentu aku tak akan mengajarnya lagi sampai semester selanjutnya dimulai.

"Semua orang punya bakat alami dan Raka sudah sangat menunjukan betapa cerdasnya dia. Tante cuma mau dia bisa kuliah di perguruan tinggi yang bagus agar mendapat prospek kerja yang bagus, lalu kesuksesan akan datang dengan mudah kepadanya. Kalau sudah sukses sudah tentu kan akan ada wanita yang mungkin akan menjadi-"

"Ma, udah sih. Mama gak usah khawatir. Aku bakal ranking satu terus, aku bakal di atas terus." sela Raka dengan nada yang malas. Raka terlihat tidak menyukai apa yang diucapkan mamanya.

"Hihi, pinter banget anak mama. Silahkan dilanjutkan lagi." ucap mama Raka, lalu beliau meninggalkan kami.

Setelah itu kulanjutkan lagi mengajar Raka sampai akhirnya jam mengajarku habis dan aku berniat untuk menghabiskan minuman serta camilan yang mama Raka berikan tadi.

"Mas, menurut mas aku apa udah bisa masuk PTN?" tanya Raka di sela istirahat kami.

"Entah. Waktu kamu masih lumayan jauh buat mikir masuk PTN. Akupun belum ada pikiran sekarang mau coba masuk PTN atau nggak."

"Bukannya mas udah waktunya mikirin itu? Mas kelas dua SMA kan?" tanya Raka.

Bagaimana bisa aku memikirkan itu kalau aku sendiri belum tau ingin lanjut kemana? Aku masih benar-benar belum punya tujuan.

"Raison d'etre. Mas tau artinya gak?" tanya Raka.

"Kata yang definisinya lumayan luas, tapi kurang lebih intinya tentang alasan atau tujuan bukan?"

"Masuk akal kalau mas Setya tau, hehe. Di kelasku mana ada yang tau gituan. Tapi kayanya temenku ada sih yang tau soal itu. Em... mungkin emang belum waktunya aku mikir masalah kuliah dulu. SMP aja belum selesai."

Kulihat dia sebenarnya cukup bersemangat untuk menjadi nomor 1 dan terus bertahan di posisi itu. Dia cukup berbeda dengan diriku yang masih bersusah payah mendapat posisi itu.

"Mas, ada dua soal lagi yang belum selesai. Eh, udah selesai ya?" tanya Raka.

"Udah gapapa kalau tinggal dikit aja." ucapku, lalu melihat lagi pekerjaan Raka yang belum selesai.

"Makasih mas!" Raka terlihat antusias.

***

"Jadi emang bener diundur pertandingannya?" tanyaku ke Eli yang terlihat murung saat pulang sekolah.

Sabtu ini seharusnya menjadi penentu apakah mereka akan menjadi juara nasional atau tidak, karena mereka sudah berhasil sampai ke final. Tapi, tiba-tiba kemarin malam mereka mendapat kabar kalau pertandingan ditunda.

"Sekolah lawan kita ternyata Sabtu ini masih jalanin UAS sampai pertengahan minggu depan, tapi lupa bilang ke pihak Liga Nasional dari awal bang, jadi diundur. Jadi ya pas kita udah selesai UAS besok Sabtu baru bisa final."

Hanya tim putri saja yang tidak berangkat hari ini, sedangkan tim putra dan para cheerleader masih berangkat menuju Semarang yang memang masih menjadi tempat babak penyisihan tim putra. Aku jadi kasihan juga kepada penonton yang mungkin sudah menunggu babak akhir dari Liga Nasional sepak bola tim putri hari ini, mereka pasti kecewa karena sejak perempat final stadion sudah mulai penuh oleh penonton.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang