You Already Told Me

454 36 19
                                    

"Berapaan tuh bikin gituan?" tanya Fiony yang masih mengikutiku semenjak turun dari bus setelah sampai di Tanjung Benoa.

"Kalau gelang yang aku buat sih lima belas ribuan." jawabku sambil melihat penjual aksesoris menulis namaku di gelang yang kupilih.

Aku hanya iseng saja membeli gelang itu untukku dan kubelikan 1 juga untuk Eli.

"Pak, saya juga satu ya." Fiony memberikan gelang pilihannya pada sang penjual, beserta namanya yang dituliskan di secarik kertas yang sudah disiapkan penjual.

"Cuma satu? Mas Aji gak dibikinin?" tanyaku.

"Oh iya, kan bisa aku paketin." jawab Fiony, lalu dia melakukan hal yang sama seperti tadi.

Selang beberapa detik, teman-temanku yang lain tiba-tiba mengerubungi kami.

"Kalian bikin gelang couple? Ga habis pikir gue." ucap Firman.

"Sembarangan aja lu." balasku.

Chika, Dey dan Aya langsung ikut memilih gelang juga setelah melihatku dan Fiony menunggu sang penjual membuatkan pesanan kami.

"Ayo lah bikin sekalian, kumpulan murid-muridnya Setya." ucap Chika, kemudian dia tertawa dan memberikan dua gelang dan dua nama untuk sang penjual. Mungkin yang satu untuk Christy.

"Murid apa korban janji?" timpal Timo dan Firman bersamaan, lalu kaki Timo diinjak oleh Dey dan kaki Firman diinjak oleh Aya.

"Iya dah iya. Kuy lah Man." ajak Timo pada Firman, lalu mereka berdua juga ikut-ikutan.

Belum ada 1 tahun, bahkan belum sampai setengah tahun aku baru sadar kalau sudah memiliki teman sebanyak ini. Bahkan di Jogja sendiri aku tak pernah sedekat ini dengan lebih dari 3 orang. Meski belum ada dari mereka yang sama dekatnya antara aku dan Shani, tapi aku sungguh menghargai mereka semua. Aku sadar aku terlalu memaksakan diriku waktu belum pindah kesini, tapi seandainya aku tak memaksakan diriku mungkin aku tak akan sedekat ini dengan mereka sekarang.

"Ikutan dong."

Aku... aku tidak asing dengan suara ini!

"Shan!" aku menoleh dan kulihat ada Shani di sebelahku! Dia juga di Bali!

Shani langsung memelukku erat dan aku juga memeluknya, tapi tak terlalu lama. Rasanya... kenapa ya? Rasanya seperti hanya senang karena bertemu dengan teman lama saja, bukan rasa yang lebih dari itu.

"Study tour juga?" tanyaku langsung, lalu dia mengangguk.

"Sombong banget sih udah selesai olimpiadenya tapi gak pernah kontak lagi." Shani memukul-mukul bahuku.

"Y-ya... aku habis olimpiade lumayan sibuk Shan. Aku sekarang udah mulai aktif ikut ekskul, jadi guru privat, sama masih bantuin temen-temen aku belajar. Ya... kecuali Aya sih." ucapku sambil menunjuk teman-temanku yang berada di sebelahku dengan jempolku.

Shani langsung melihat teman-temanku dan Shani melambaikan tangannya ke mereka, lalu teman-temanku juga melambaikan tangan ke Shani.

"Sekarang kamu banyak ya temennya, gak kaya dulu cuma nempel sama aku terus, heheh."

"Mundur-mundur, bisa yok." ucap Timo dan Firman bersamaan lagi, entah apa maksud mereka.

Karena aku pemesan pertama, gelangku dan Eli jadi lebih dahulu. Setelah kubayar gelangku dan Eli tiba-tiba Shani menggenggam tanganku.

"Semuanya, Setya aku pinjem bentar ya!" ucap Shani, lalu dia menarik tanganku dan aku hanya mengikutinya.

Senang? Tentu saja aku senang bisa bertemu secara sangat tak sengaja dengan Shani. Seandainya saja kami masih aktif saling kontak, mungkin aku tak akan terkejut seperti ini, bahkan kami pasti akan punya rencana di malam hari saat tak ada kegiatan.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang