Closer

659 36 13
                                    

"Beneran cuma sama aku doang?" tanyaku pada Dey yang mengingatkan kalau besok dia akan ke gunung bersama Lara.

Bukannya menolak, tapi kalau hanya aku saja yang diajak rasanya ada yang kurang.

"Kalau aku ajakin yang lain dadakan emang pada mau?" tanya Dey balik padaku. "Ya coba dulu lah." jawabku langsung.

Dey hendak menepuk Chika yang tidur di bangkunya, tapi tidak jadi melakukannya. "Aku baru inget kayanya Lara juga ajak adik kamu. Coba nanti tanya dia lagi beneran diajak apa nggak. Kalau belum ajak aja gapapa." tawar Dey.

Semenjak Eli bertemu dengan Lara di pasar waktu itu, dia cukup sering mampir ke rumah makan keluarga Dey untuk menemui Lara. Mungkin Eli memang sudah diajak dan aku hanya perlu menkonfirmasinya.

Aku menoleh ke kiri karena merasa diperhatikan, dan rupanya ada Fiony yang sepertinya mendengar pembicaraan kami sambil memakan camilan. Sepertinya dia baru saja kembali dari kantin.

"Besok kamu libur?" tanyaku langsung. "Iya, Senin yang gak libur." jawabnya sambil mengangguk.

"Tuh, bisa dia harusnya." ucapku pada Dey.

Fiony langsung terlihat bingung. Kenapa dia bingung? Kupikir dia tau pembicaraan kami daritadi. Dey langsung coba mengajak Fiony untuk pergi besok.

"Bisa." jawab Fiony sambil mengangguk.

"Udah, segini aja. Takut ga enak sama Lara." ucap Dey, lalu dia keluar dari kelas.

Kudengar suara getaran yang cukup kencang dan langsung kuraba kantong celanaku. Bukan HPku rupanya yang bergetar. Kutoleh Fiony dan dia sudah menatap HPnya, kemudian berjalan ke arah bangkunya. Ah, pasti pacarnya.

Aku mendengar suara getaran lagi dan sekarang baru benar-benar HPku yang bergetar.

"Setya, ke kantor sekarang"

Mendapat pesan seperti itu dari bu Lidya, aku langsung bergegas keluar kelas dan berjalan cepat ke kantor guru.

"Ada apa bu?" tanyaku langsung setelah menghadap beliau.

"Maaf merepotkan kamu yang baru saja sembuh, tapi apakah ibu bisa minta tolong? Jadi, ibu masih harus merancang soal simulasi Try Out untuk anak kelas tiga, tapi ibu juga harus segera mengoreksi hasil remidi dari UTS anak kelas satu. Bisa kamu bantu ibu koreksi hasil remidi UTS kelas satu?" jelas bu Lidya sambil menunjuk tumpukan hasil remidi yang sangat banyak.

"Diperlukan kapan bu?" tanyaku lagi.

"Senin pagi kasih ke ibu. Bisa?"

Kutatap tumpukan hasil remidi yang cukup tinggi itu. Aku tak yakin bisa menyelesaikan hal ini besok, tapi kalau kuselesaikan hari ini harusnya bisa.

"Baik bu, saya bisa." jawabku, lalu kuangkat tumpukan hasil remidi itu. "Bentar." ucap bu Lidya sebelum aku kembali ke kelas.

Bu Lidya mengambil sebuah totebag dan membukanya, kemudian kumasukan tumpukan hasil remidi itu kesana.

"Terima kasih banyak ya." ucap bu Lidya.

"Sama-sama bu." balasku, lalu berbalik dan kembali ke kelas.

Selagi masih ada waktu, kucoba untuk melihat salah satu hasil remidi UTS kelas 1. Hm... tak banyak kesalahan. Akan sangat membantu kalau tak banyak kesalahan yang harus aku koreksi. Diberi tugas semacam ini oleh bu Lidya... apa iya beliau sangat percaya denganku?

"Apa nih?" tanya Chika yang sepertinya sudah terbangun dan membalik kursinya menjadi ke arahku. "Hasil remidi anak kelas satu."

Chika coba mengintip salah satu hasil remidi itu dan mengangguk, lalu mengembalikannya.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang