I Really Love You..?

1.1K 46 13
                                    

================================================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

================================================================================

"Dey, jalan yuk." ajakku yang sudah mulai bosan tiduran di perpustakaan.

"E-eh, kemana? Em.. bukannya kamu masih nungguin adik kamu?"

"Lah, emang mau kemana? Maksud aku jalan ke lapangan belakang atau mana gitu. Tadi waktu di kantin kayanya aku liat ada yang mau main sepak bola."

"O-oh... kirain, hehe."

Aku berdiri, kemudian Dey juga berdiri. Kami bersama keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju lapangan sepak bola di belakang. Kulihat memang sedang ada yang bermain disana, tetapi aku terpaksa menontonnya karena memang tak tau lagi apa yang harus aku lakukan.

"Ga ikutan main?"

Aku menoleh, rupanya ada Timo yang sedang melakukan pemanasan bersama Firman. Aku hanya menggelengkan kepalaku karena pada dasarnya aku tak terlalu suka olah raga. Setelah mereka pemanasan, mereka berdua masuk ke lapangan menggantikan pemain sebelumnya.

"Mereka berdua itu orang yang bisa bawa nama sekolah ini ke skala nasional lewat lomba sepak bola tingkat SMA." ucap Dey saat Timo sudah mendapatkan bola dan menggiringnya.

Aku duduk di atas rumput supaya lebih nyaman menonton permainan, kemudian Dey juga ikut duduk di sebelahku.

"Dari dulu kalau olimpiade mata pelajaran emang paling tinggi skalanya provinsi ya?" tanyaku.

Dey menghadap ke atas, kelihatannya berusaha mengingat-ngingat.

"Seinget aku iya sih. Kalau dari kakak kelas ada kak Sisca yang jadi juara olimpiade apa gitu, Biologi kayanya, terus sisanya dari angkatan kita, ada Medelyne sama Aya. Dulu ada juga sih juara dari kelas kita namanya Sinka, tapi sejak kakaknya lulus kemarin mereka pindah, ke Jakarta kayanya."

"Nah itu Aya. Aya!" teriak Dey kearah kantin sambil melambaikan tangannya.

Setelah Dey meneriakkan nama itu, ada satu sosok yang terlihat mencari-cari sesuatu, mungkin mencari sumber suara Dey. Setelah sosok itu menemukan Dey, sosok itu melambaikan tangannya dan menghampiri kami.

"Gak pulang?" tanya Dey.

"Belum. Masih kepagian ini buat pulang. Kamu sendiri?" tanya orang itu kembali, kemudian hanya dibalas gelengan kepala Dey.

"Oh iya, kenalin, ini temen baru kita, dia dari Jogja." ucap Dey sambil menepuk bahuku.

Kita?

Aku berdiri sambil sedikit gemetaran karena agak gugup.

"Setya." aku mengulurkan tanganku.

"Aya." ucapnya sambil menjabat tanganku. Tangannya cukup dingin.

Aku kembali duduk, kemudian Aya ikut duduk di sebelah Dey.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang