Sweet Mask

354 25 15
                                    

SMA Gugus Bintang Satu, Yogyakarta.

"Shani!" teriak Greco dari luar kelas Shani.

Shani langsung menghela nafas dan menutup buku latihan Ujian Nasional miliknya. Shani belum beranjak dari bangkunya dan Greco masuk dan hanya berdiri di samping Shani.

"Apa?" tanya Shani dengan nada yang ketus sambil memasukan bukunya ke dalam tas.

"Ih, galak banget. Ayo pulang, aku anter." ajak Greco. Shani hanya melirik Greco, kemudian Greco menghela nafas. "Dua ratus dua puluh empat kali! Aku ajak kamu pulang bareng selalu kamu tolak!" Greco mengacak-acak rambutnya sendiri.

Shani tersenyum, kemudian beranjak dari bangkunya dan keluar kelas dengan diikuti oleh Greco.

"Shan, aku udah bawa mobil papi aku!" Greco mengayunkan kunci mobil sambil berjalan mundur menghadang Shani. Tapi, Shani tetap tak menggubrisnya.

"Getol banget, ya!"

Tiba-tiba, muncul Cia yang langsung menjewer Greco. "Iya, nik! Iya!" teriak Greco, yang sebenarnya sudah cukup lama berpacaran dengan Cia. Meski begitu, dia kerap kali menggoda Shani namun dalam konteks bercanda dan Cia paham dengan itu. Buktinya, Cia tertawa sambil menjewer Greco.

Sebenarnya, Greco pernah menyatakan perasaannya kepada Shani, tapi dia tertolak dan Cia belum tau mengenai itu. Selain tak cocok dengan sifat Greco, Shani juga masih mengharapkan seseorang. Tak hanya Greco, tapi orang yang mencoba mengantar Shani pulang menjadi lebih banyak semenjak Setya pindah sekolah. Tapi, tetap saja Shani memilih pulang dengan dijemput papanya yang istirahat makan siang atau menaiki bus Trans Jogja. Sebenarnya dia bisa naik mobil sendiri, tapi dia cenderung sudah terlalu lelah di sekolah dan ingin santai saja di perjalanan pulang.

"Ah... enaknya." ucap Shani setelah mendaratkan punggungnya di kasur. "Ah, iya." Shani menepuk dahinya dan bangkit lagi, kemudian meminum vitamin untuk memulihkan tenaganya.

Di mata banyak orang, Shani memang sosok yang sempurna. Tapi yang namanya manusia, pasti ada saja kelemahannya, dan itu juga berlaku bagi orang yang memiliki paras cantik serta multitalenta seperti Shani. Kalau dia tidak minum vitamin dalam kurun waktu 2 jam melakukan kegiatan yang menguras pikiran, dia bisa kelelahan bahkan tertidur karenanya. Sekarang dia harus minum vitamin sebelum belajar. Tentu Setya sudah mengetahui kelemahan Shani yang satu itu karena mereka sempat sering bersama.

"Hai!" Shani melambaikan tangannya setelah Setya menjawab vidcallnya. "Kok masih tiduran?" tanya Shani.

"Baru aja selesai ganti baju. Tadi harusnya langsung pulang, tapi bantuin Timo sama Firman bikin PR Bahasa Inggris dulu." jawab Setya, kemudian dia sadar kalau Shani sudah siap di meja belajar. Dia bergegas bangkit dari kasur dan ikut siap-siap untuk belajar daring bersama, sesuai keinginan Shani saat mereka memutuskan untuk ikut Olimpiade Provinsi mapel Matematika bersama yaitu belajar bersama secara daring.

1, 2, 3 jam terlewati. Mereka bisa berdiskusi dan saling mengajari seperti biasa sampai langit sudah gelap dan mereka tidak menyadarinya.

"Kamu main gitar lagi?" tanya Shani yang menyadari keberadaan gitar warna coklat milik Setya yang terlihat dari kamera.

"Oh, iya." Setya mengambil gitarnya dan memetiknya asal. "Karena Chika aktif nge-band, aku iseng aja belajar main gitar sambil diajarin sama dia."

Shani menarik nafasnya dalam-dalam mendengar alasan Setya bermain gitar lagi. Cukup sakit bagi Shani mendengar itu, tapi dia tak ingin terlihat lemah di hadapan Setya.

"Karena pasti bisa bertemu denganmu..."

Shani mengerjapkan matanya mendengar suara petikan gitar dan Setya yang menyanyi pelan. Setya yang sedang mengingat-ingat kunci gitar tak sadar kalau dirinya menyanyi dan suaranya terdengar oleh Shani.

TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang