Wawancara

1.1K 114 7
                                    

Azalea langsung mendorong tubuh Sakha untuk menjauh karena tidak mampu menahan detak jantungnya yang semakin kencang, Sakha hanya membiarkan Azalea pergi dan tersenyum miring.

Pagi yang cerah menyambut semangat baru bagi para pekerja, pelajar dan semua orang di pagi hari apapun profesi mereka. Karena hari ini Shezan ada pertemuan untuk tanda tangan kontrak, Azalea hanya bekerja dikantor dan tidak ikut dengan Shezan. Saat istirahat siang, Azalea pergi ke restoran yang biasa dikunjungi nya untuk makan siang.

"Kenapa kamu sendiri?" Tanya Fachrul yang sudah duduk dihadapan Azalea.

"Ah Tuan Fachrul." Jawab Azalea merasa canggung.

"Tidak masalah, duduklah dengan santai. Apa aku boleh bergabung makan siang denganmu? Aku juga tidak punya teman untuk dibawa makan bersama." Ucap Fachrul.

Azalea hanya mengangguk pelan karena tidak enak jika menolak salah seorang yang bekerja sama dengan perusahaan nya itu. Mereka menikmati makan siang bersama dan membicarakan banyak hal.

"Maaf malam itu aku tidak membantumu, aku tidak tahu dan asik berbicara dengan temanku. Tapi aku tidak menyangka Sakha aka melakukan itu." Ucap Fachrul.

"Tidak apa-apa, dia juga melakukan itu karena tidak suka pelecehan." Jawab Azalea.

"Apa kamu pikir dia suka ikut campur urusan orang lain? Dia tidak akan perduli apa yang terjadi dihadapannya jika itu tidak menyangkut tentang nya, berarti dia melakukan itu karena perduli padamu." Ucap Fachrul.

"Hmm?"

"Mau kuceritakan sesuatu yang menarik?"

Azalea hanya mengangguk pelan."

"Saat kami duduk di bangku SMA, banyak gadis yang menyukai Sakha, dia sudah jadi incaran sejak dulu. Sampai suatu ketika, seorang gadis terjatuh dihadapannya saat gadis itu ingin memberikan surat kepadanya. Apa kamu tahu apa yang dilakukannya? Dia hanya menatap dingin gadis itu dan berlalu pergi. Dia begitu dingin, dia bukan seseorang yang akan perduli jika itu tidak menyangkung tentangnya." Ucap Fachrul sambil tersenyum.

"Lalu, apa anda ingin mengatakan bahwa dia perduli padaku?" Tanya Azale.

"Aku tidak tahu, karena tidak ada yang tahu isi hati Sakha, dia sangat sulit untuk ditebak. Tapi, aku ingatkan jangan terlalu menaruh hati pada pria sepertinya, dia seseorang yang tidak berperasaan dan akan meninggalkanmu kapan pun dia mau. Kamu harus kuat, katakan apapun padaku jika kamu butuh bantuan." Ucap Fachrul.

Azalea hanya diam dan memikirkan apa yang dimaksud oleh Fachrul.

"Ah satu lagi, jangan memanggilku Tuan lagi. Kita sudah bekerja sama sangat lama dan aku sudah menganggap kita dekat, aku menyukaimu sejak awal." Ucap Fachrul sambil tersenyum kemudian berjalan pergi meninggalkan Azalea.

Liyana yang duduk di sudut ruangan itu tersenyum mendengar semuanya, rekaman yang sudah diamankannya disimpannya dengan aman dan akan bersiap untuk melalukan apapun yang diinginkannya dengan itu.

Hari yang melelahkan membuat Azalea menjatuhkan tubuhnya diatas kasur setelah tiba dirumah. Namun, saat Azalea berniat ingin tidur sejenak, Sakha langsung menarik tangan gadis itu untuk bangun dari tidurnya.

"Apa yang kamu lakukan?" Ucap Azalea kebingungan dan kesal.

"Apa ini caramu memperlakukan aku sebagai suamimu? Kenapa kamu membicarakan aku dengan pria lain? Siapa yang memintamu makan dan bertemu dengan pria lain hanya berdua hah?! " Teriak Sakha.

"Kenapa kamu perduli? Bukankah biasanya kamu bodo amat dengan masalahku! " Teriak Azalea yang juga tidak mau kalah.

Sakha mendorong tubuh gadis itu keatas kasur sampai membuatnya terjatuh diatas kasur.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang