Pembelaan

996 119 11
                                    

Semuanya langsung menatap Liyana karena tiba-tiba saja datang dan membutuhkan Sakha, sementara Sakha bukan lah tipe pria yang dekat dengan wanita selain istrinya. Karena Sakha yang tidak kunjung bereaksi, Liyana berjalan mendekati Sakha dan mencoba untuk memberitahukan Sakha.

"Maaf aku harus mengatakan ini, orang tuaku tiba dari luar negeri, mereka mengamuk setelah melihat siaran wawancara mu yang mengumumkan pernikahan mu, karena selama ini yang mereka tahu aku sedang menjalin hubungan denganmu." Ucap Liyana.

"Lalu kenapa kamu menemuiku?"

"Tolong bantu aku, aku akan melakukan apapun untuk membayarnya, aku mohon jelaskan kepada orang tuaku bahwa hubungan kita sudah berakhir lama agar dia tidak berulah."

"Sejak kapan aku punya hubungan denganmu?" Jawab Sakha santai sambil menyantap kue yang ada di hadapannya.

Arisha yang duduk disamping Ayahnya itu tersenyum miring melihat tingkah Kakaknya, dia tahu seharusnya wanita yang tidak tahu diri harus diperlukan seperti itu.

"Aku mohon Sakha, Ibu tidak dalam kondisi baik, jadi tolong jelaskan saja padanya dan dia akan mendengarkan mu, dia tidak akan percaya kalau aku yang berbicara." Ucap Liyana memohon.

"Lagi pula kenapa kamu mengatakan kita punya hubungan padanya? Apa aku terlihat orang yang suka mengrusi hal tidak penting seperti itu?" Jawab Sakha dengan nada tinggi.

"Sakha, jangan begitu, dia butuh bantuanmu dan bantu saja dia." Ucap Ayah.

"Aku tidak mau, itu bukan urusanku. Lagi pula kita sedang makan malam keluarga, aku tidak akan pergi." Jawab Sakha.

Melihat Liyana yang sangat khawatir, membuat Azalea menjadi tidak tega, dia tahu bagaimana khwatirnya gadis itu saat orang tuanya tidak memiliki kondisi yang baik.

"Sakha, apa tidak bisa kamu meluangkan waktu mu sebentar? Dia terlihat sangat khawatir, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ibunya saat kamu tidak ingin pergi? Bukankah kamu juga akan menyesal nantinya?" Ucap Azalea sambil memegang tangan Sakha.

Sakha menatap Azalea dengan tatapan dalam tanpa mengedipkan matanya, membuat semua orang menatap mereka, mereka sudah bersiap melihat reaksi Sakha yang akan mengamuk ketika dia dipaksa melakukan sesuatu, karena begitulah yang biasa Sakha lakukan.

"Apa kamu sudah berani menyentuh tanganku?" Ucap Sakha pelan.

Azalea spontan langsung menarik tangan nya dan terlihat salah tingkah, sementara Sakha menarik nafas berat dan berdiri dari duduknya. Sakha menarik jas nya yang ada di kursi dan mengambil kunci mobilnya diatas meja.

"Paman, maafkan aku, aku akan segera kembali jadi nikamti acara nya." Ucap Sakha.

"Jangan khawatir nak, pergilah, jangan khawatirkan Paman." Jawab Paman.

"Sejak kapan dia menjadi begitu sopan dengan orang lain." Gumam Ibu.

Sakha tersenyum  dan berjalan mendekati Azalea, Azalea menatap Sakha kebingungan, kenapa pria itu berjalan mendekatinya.

"Kenapa hanya diam? Ayo pergi." Ucap Sakha.

"Pergi? Kemana? " Jawab Azalea kebingungan.

"Apa kamu pikir aku akan pergi sendiri kesana? Aku perlu membawamu agar bisa membuktikan padanya bahwa kita memang sudah menikah." Jawab Sakha kemudian menarik tangan Azalea untuk ikut dengannya.

Sementara Liyana mencoba untuk tersenyum dan berjalan mengikuti Sakha dari belakang.

"Wah, sejak kapan dia menjadi penurut, biasanya dia tidak akan melakukan apapun jika dia sudah berkata tidak." Ucap Arisha.

"Mungkin moodnya sedang berubah." Sahut Ibu.

Arisha hanya tersenyum miring dan berjalan pergi menuju taman belakang. Karena merasa bosan, Azam berjalan mengikuti Arisha dan mencoba untuk berbicara. Arisha yang sudah duduk di sebuah kursi dan menyadari Azam mengikutinya, menatap pria itu tanpa ekspresi.

"Apa? Kenapa menatapku begitu? " Ucap Azam.

"Aneh melihatmu mengikutiku, bukannya kamu tidak suka didekatku?" Ucap Arisha.

"Aku bukannha tidak suka, aku hanya sedang bosan sekarang." Jawab Azam.

"Kenapa kamu begitu kepada Ibumu?" Lanjut Azam.

"Aku emang selalu begitu, bukankah aku juga begitu pada orang lain?" Jawab Arisha.

"Hmm, terlalu sulit untuk menebak sikapmu." Ucap Azam.

"Dia Ibu tiriku, aku tidak pernah menyukainya, Kak Sakha bahkan keluar dari rumah untuk menghindarinya, aku terlalu lemah untuk melawan, jadi aku hanya bisa diam dan tidak memperdulikannya." Ucap Arisha.

"Maaf, aku tidak seharusnya mengungkit tentang itu." Jawab Azam merasa tidak enak.

"Tidak apa, aku sudah terbiasa."

***

Sakha tidak melepaskan tangan Azalea sedari mereka keluar dari mobil, Liyana hanya bisa berjalan didepan mereka untuk memberi tahu jalannya. Saat mereka baru memasuki rumah, Ibu Liyana langsung menyambut Sakha dan memegang tangan Sakha karena merasa bahagia melihat kedatangan Sakha. Sakha hanya diam dan memperhatikan tingkah kedua orang tua Liyana itu.

"Siapa dia? Kamu bisa berkeliling, aku akan berbicara dengan kekasih anakku." Ucap Ibu nya Liyana sambil menatap Azalea.

"Tidak, dia istriku, jadi kemana pun aku pergi dia harus ikut denganku." Jawab Sakha.

Ibunya Liyana langsung melepaskan tangannya dari tangan Sakha dan terlihat kecewa. Sementara Azalea, mencoba untuk melepaskan tangan Sakha karena merasa tidak enak, namun Sakha tidak mengizinkannya.

"Hah, apa dia menggodamu? Apa dia memberikan tubuhnya agar kamu tergoda padanya? Sakha, Tante tahu kalau Liyana jauh lebih baik darinya." Ucap Ibu nya Liyana.

"Maaf Tante, jangan mengatakan hal buruk tentang wanitaku, aku memilihnya karena hatiku sendiri, jangan bandingkan anak anda dengan istriku. Aku kesini untuk menjelaskan semuanya, bukan untuk mendapatkan cacian kalian." Sahut Sakha.

"Sakha." Ucap Azalea pelan, meminta Sakha untuk berhenti berkata buruk.

"Maaf Sakha, Tantemu ini memang sedikit sensitif mengenai putrinya. Dia selalu menganggap putrinya terbaik, jadi tolong maklumi saja, apalagi dia masih tidak percaya kalian putus dan kamu menikah dengan gadis lain." Sahut Ayah nya Liyana.

"Aku tidak ingin mengatakan ini, tapi setiap Ibu itu menganggap Putrinya yang terbaik, tidak hanya kalian, istriku pun merupakan yang terbaik dimata orang tua dan keluarganya. Jadi, jangan rendahkan seseorang hanya karena menganggap milik kalian terbaik, karena setiap orang itu terbaik dimata orang yang mencintainya. Dia jauh lebih baik dari siapa pun di mataku, jadi jangan bandingkan istriku lagi." Jawab Sakha.

Suasana seketika hening dan tidak seorang pun berani berbicara saat Sakha terlihat emosi.

"Aku akan menjelaskan nya, aku tidak pernah punya hubungan apapun dengan anak kalian, aku tidak pernah bertemu dengan nya dan tidak pernah membalas pesannya. Aku tidak tahu apa yang dikatakan nya kepada kalian, tapi aku tidak pernah punya hubungannya dan tidak pernah menyukainya. Aku datang kesini bukan karena permintaannya, tapi karena permintaan istriku, aku datang untuk menghargai kalian, aku menghormati kalian sebagai teman dari keluargaku. Aku minta maaf untuk semuanya, tapi aku harap kedepannya tidak akan ada kesalahpahaman lagi." Jelas Sakha sambil menarik tangan Azalea untuk pergi.

Tiba-tiba, Ibu menarik tangan Sakha dan menatap Sakha sendu.

"Maafkan aku, aku terlalu egois, aku tidak seharusnya merendahkan istrimu karena menginginkan mu bersama putriku. Aku menghargai keputusan mu." Ucap Ibu sendu.

Sakha hanya diam dan mengangguk pelan, kemudian Sakha menarik tangan Azalea untuk pergi.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang