Jangan Sebut Namanya

1K 126 23
                                    

"Aish sialan, mereka yang bertengkar aku yang benjol. Apa hidungku membengkak?" Tanya Azalea kepada Shezan.

"Sedikit." Jawab Shezan.

"Berhentilah berbohong, aku bahkan bisa merasakan angin masuk kedalam hidungku seperti topan, seperti lubang hidungku melebar. Wah baru kali ini aku merasakan pukulan, ternyata sakit sekali." Ucap Azalea sambil memperhatikan hidungnya.

"Rasakan lah setiap hari supaya kamu bisa terbiasa dan tidak merasa sakit lagi kalau begitu." Ucap Shezan santai.

Azalea langsung menatap Shezan pasrah dan ingin memukuli sahabatnya itu, tapi ditahannya saat melihat Sakha keluar dari ruangan Pak Farhan. Sakha langsung menarik tangan Azalea dan membawanya pergi tanpa bicara.

"Kenapa? Kenapa membawaku pergi? Kemana kita akan pergi?" Ucap Azalea kebingungan.

"Apa kamu tetap akan bekerja disaat kondisimu seperti itu? Masuk dan jangan banyak bicara." Ucap Sakha.

Azalea hanya masuk ke mobil dengan wajah yang cemberut, sambil memegang kapas dihidungnya agar tidak terjatuh.

Sakha melajukan mobilnya menuju sebuah rumah sakit yang ada di pinggir kota, Sakha membawa Azalea keluar dari mobil dan memasuki sebuah ruangan yang tertulis didepan nya "ruangan kepala". Saat mereka akan memasuki ruangan itu, Azalea bisa menyadari semua mata yang ada disana menatap mereka secara diam-diam.

"Hei Tuan Sakha, sudah lama tidak bertemu denganmu, bagaimana kabarmu?" Ucap Seorang Dokter pria.

"Jangan lakukan itu, obati dia, tulang hidungnya mungkin patah jadi lakukan sesuatu." Ucap Sakha.

"Bukankah dia wanita yang menjadi istrimu? Aku menonton wawancaramu, semua karyawan juga menontonnya." Ucap Dokter itu kemudian berjalan mendekati Azalea.

"Tunggu, minta Dokter wanita memeriksanya, aku perlu bicara dengan Dokter." Ucap Sakha saat Dokter itu baru saja akan menyentuh hidung Azalea.

Azalea kemudian dibawa kesebuah ruangan untuk diobati dan Sakha menunggu diruangan kepala bersama seorang Dokter yang sangat diandalkan dirumah sakit itu.

"Bagaimana kabarmu? Kenapa kamu jarang kesini? Aku merindukanmu." Ucap Dokter itu.

"Akhir-akhir ini banyak pekerjaan yang harus aku urus, jagalah kesehatan jangan bekerja terlalu berat." Jawab Sakha.

"Haha kamu mulai berbicara seperti anak ku lagi, kamu benar-benar anak bagiku. Bagaimana dengan Ayahmu? Apa dia baik-baik saja? Bukankah terakhir kali kamu mengatakan dia mengidap penyakit serius?"

"Hasilnya tertukar, dia bahkan meminta menikah karena alasan itu, aku benar-benar ingin marah tapi berusaha menahan nnya." Jawab Sakha.

Sakha dan Dokter itu langsung melirik ke arah pintu saat mendengar suara jejak kaki Azalea yang berjalan menjauh dari ruangan itu.

"Pergilah, dia mungkin mendengarnya dan akan salah paham." Ucap Dokter itu.

Sakha langsung keluar dari ruangan dan melihat Azalea berjalan menuju keluar dari rumah sakit. Sakha membuka kan pintu mobil dan membiarkan Azalea masuk, Azalea hanya diam dan tidak mengatakan apapun. Sakha bisa merasakan bahwa Azalea sedang kesal, bisa jadi itu karena Azalea mendengar pembicaraan dengan Dokter tadi.

"Jika terjadi sesuatu datanglah ke rumah sakit tadi, mereka akan melayanimu."

"Hmm, aku baru tahu kalau itu adalah rumah sakit milikmu. Mereka mengatakan rumah sakit itu kamu bangun untuk membantu masyarakat di pinggir kota yang kesulitan untuk berobat karena jaraknya yang jauh ke kota." Jawab Azalea tanpa menoleh ke arah Sakha.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang