Karena sudah terlanjur bertemu dengan Liyana didepan perusahaan, tidak mungkin bagi Sakha untuk kembali begitu saja, karena wanita itu akan curiga. Sakha mengunjungi perusahaan dengan alasan ingin melihat kemajuan perancangan yang sudah mereka rencanakan, Sakha memasuki ruangan Pak Farhan untuk berbicara. Saat Sakha berada didalam ruangan Pak Farhan, Azalea dan Fachrul berjalan menuju kantin sambil berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi mereka terlihat sangat menikmati waktunya satu sama lain. Sakha hanya membuang pandangannya dan tersenyum miring melihat itu.
"Tuan, anda ingin minum apa? Saya akan menyiapkannya untuk anda." Ucap Pak Farhan.
"Aku ingin mencoba minuman dikantin kalian." Jawab Sakha sambil keluar dari ruangan.
Pak Farhan menemani Sakha menuju kantin, untuk melihat dan mencoba minuman yang ada disana. Mereka duduk di sebuah kursi yang berada di tengah kantin, dari kursi itu Sakha bisa melihat dengan jelas Azalea dan Fachrul yang sedang menikmati sepiring roti di sudut ruangan.
"Apa dia selalu kesini?" Tanya Sakha.
Pak Farhan langsung melirik kearah mana pandangan Sakha untuk melihat siapa yang dimaksudnya.
"Ooh Tuan Fachrul? Lumayan, dia memang suka berbicara dengan Azalea, walaupun gadis itu pembuat masalah." Jawab Pak Farhan.
"Bukankah dia baru saja sarapan? Kenapa makan roti lagi? Seberapa besar lambung nya sampai bisa menampung begitu banyak makanan?" Gumam Sakha dalam hati.
Sakha kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari kantin.
"Tuan, anda mau kemana? Anda belum menikmati kopi anda, bukankah anda bilang ingin merasakannya?" Ucap Pak Farhan sambil berjalan mengikuti Sakha.
***
Karena berangkat bersama, Arisha dan Azam keluar dari mobil yang sama pagi ini. Seluruh mata tertuju kepada mereka, tentu saja, dua orang siswa terpandang dan dikenal sebagai tidak suka bersosialisasi satu sama lain, sekarang malah datang bersama ke sekolah. Namun, mereka tidak memperdulikan nya dan terus berjalan. Langkah mereka terhenti saat Azril berdiri di depan pintu kelas sambil memegang sebuah kartu. Azam tidak perduli dan mencoba masuk kedalam kelas, namun Arisha menarik kerah baju Azam hingga membuat pria itu berdiri kembali disampingnya.
"Dia yang mengadukan kita ke polisi, bukankah harus diberi pelajaran?" Ucap Arisha.
"Aku tidak tertarik berurusan dengannya." Jawab Azam tanpa menoleh kearah Azril yang sudah menatap mereka.
"Setidaknya lakukan lah untukku." Ucap Arisha.
Azam langsung menatap Arisha, terkejut mendengar ucapan gadis itu.
"Kenapa aku harus melakukan nya untukmu." Ucap Azam.
Karena kesal, Arisha menarik kartu yang dipegang Azril dan menyobeknya. Azril menatap Arisha tanpa ekspresi dan tidak melakukan apapun.
"Kali ini aku biarkan karena kamu anak baru, lain kali aku akan berurusan dengan mu jika kamu mengulanginya." Ucap Arisha.
"Ayo baku hantam." Ucap Azril kepada Azam.
"Kenapa denganku? Baku hantamlah dengan gadis ini, berikan tinjumu ke wajahnya supaya dia berhenti." Ucap Azam.
"Aku tidak memukul wanita, ayolah, jika kamu bukan pengecut." Ucap Azril.
"Hah, kamu sudah gila? Jangan mencari masalah, aku tidak tertarik berurusan apapun denganmu."
"Kenapa? Apa karena Kakakmu yang bermasalah dengan Kakakku? Luapkan kemarahan Kakakmu padaku, aku tahu dia menahan emosi nya saat itu."
Azam tidak perduli dan berjalan masuk kedalam kelas, namun Azril menarik kerah baju Azam dan memberikan sebuah pukulan ke wajah Azam. Tentunya, Azam bukan pria yang mau menerima itu begitu saja, Azam membalas kembali pukulan Azril dan mengenai wajahnya. Mereka memukul satu sama lain sampai terjatuh ke lantai, Arisha mencoba menenangkan mereka, namun mereka terlihat tidak perduli dengan larangan siapa pun. Sampai akhirnya, guru BK yang tiba baru bisa menghentikan mereka. Mereka mendapat teguran dan diberikan hukuman berlari dilapangan sebanyak 100 kali putaran.
Karena berlari terlalu banyak, membuat mereka gerah dan berkeringat. Azam dan Azril membuka bajunya dan berlari bersama dilapangan, sementara Arisha memperhatikan mereka dari dalam kelas.
***
Setibanya dirumah, Azalea langsung menuju kedapur dan mencoba membuatkan makan malam. Azalea mengecek apa yang ada didalam kulkas, untuk melihat menu masakan apa yang akan dibuatnya. Azalea meletakkan sekotak daging diatas tangannya, beberapa buah tomat, beberapa buah mentimun, kangkung, bawang bombay, dan kecap diatas tangannya. Azalea menggenggam semua benda itu sampai membuat tangannya penuh dan kesulitan untuk bergerak secara leluasa, Azalea harus berhati-hati untuk memindahkannya ke atas meja. Namun, keseriusan itu akhirnya sia-sia saat Sakha yang tiba-tiba muncul dihadapannya.
Azalea terkejut dan menjatuhkan semua yang ada ditangannya itu kelantai, semua benda itu berserakkan dilantai dan Azalea hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka karena terkejut. Azalea menatap Sakha yang ada dihadapannya itu dengan kesal. Namun, Sakha malah mendorong tubuh Azalea sampai menyentuh lemari dibelakangnya.
"Jangan menatapku seperti itu, aku akan mengeluarkan bola matamu." Ucap Sakha.
"Hah, apa yang kamu lakukan? Apa aku tidak boleh marah saat kamu tiba-tiba muncul dan mengacaukan semua ini?"
"Aku mengacaukan ini? Aku akan menghabisi mu lain kali jika berani mencoba untuk menyalahkanku, jangan berani denganku, aku tidak akan mudah denganmu sekali pun kita sudah menikah. Kamu, tidak punya hak untuk marah dan menyalahkanku, ingat itu selama menjadi istriku." Ucap Sakha.
Azalea menutup matanya dan menghembus nafas berat untuk meredakan emosi nya yang sudah berada di ubun-ubun. Sakha kemudian menjauh tubuhnya dari Azalea dan mengambil secangkir air minum.
"Jangan terlalu dekat dengan Fachrul, dia bukan orang yang bisa kamu jadikan teman." Ucap Sakha.
"Kenapa? Apa sekarang aku juga tidak bisa berteman dengan siapa pun? " Ucap Azalea.
"Ikuti saja perintahku, dia bukan orang yang bisa kamu dekati. Jaga jarakmu dengannya." Ucap Sakha.
Sakha kemudian berjalan kembali kekamarnya, sementara Azalea menyelesaikan pekerjaan nya untuk membuat makan malam. Setelah selesai memasak, Azalea berencana memanggil Sakha untuk makan malam bersama. Dengan perlahan, Azalea membuka pelan pintu dan melihat Sakha yang sedang duduk di sofa sambil menatap laptonya. Azalea berjalan mendekati Sakha untuk membawa makan malam, namun ternyata Sakha tertidur di atas sofa dengan laptop yang masih terbuka.
"Anu, Tuan Sakha, ayo makan malam." Ucap Azalea pelan.
"Pergilah, aku tidak ingin makan." Jawab Sakha.
Azalea kemudian keluar dari kamar Sakha dan kembali berjalan ke dapur, mengambilkan beberapa lauk dan nasi untuk Sakha. Kemudian gadis itu meletakkannya diatas meja kerja Sakha.
"Setidaknya isilah perutmu sebelum tidur, pekerjaan memang penting, tapi kesehatan lebih penting." Ucap Azalea sambil tersenyum kepada Sakha yang sudah bangun.
"Apa kamu Ibuku? Kenapa memperdulikanku? Urusi urusanmu sendiri, asih."
Dengan perasaan kesal, Azalea keluar dari kamar Sakha dan mencoba mengayunkan tinjunya ke kepala Sakha saat pria itu tidak menyadarinya. Setelah Azalea pergi, Sakha melirik nasi dan lauk pauk yang dibawakan Azalea. Menatapnya dengan tatapan kosong tanpa arti, dia hanya berfikir ini kali pertamanya seseorang memperdulikan tentang kesehatannya. Mungkin karena selama ini dia tinggal sendiri dan tidak seorang pun yang mengingatkannya untuk makan atau pun beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale On Paper(END)
Romance"Aku akan mendapatkan apapun yang aku inginkan, aku tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuh milikku secuil pun." Arsakha. "Ayo sudahi hubungan ini, aku sudah bosan dan terlalu muak untuk berbicara dengan mu lagi. Aku akan hidup dan sibuk dengan...