Alamat

917 114 0
                                    

"Kenapa kamu melakukan itu? Kenapa memutuskan sesuatu tanpa bertanya padaku? Apa aku ini seperti robot yang bisa kamu kendalikan?" Ucap Azalea kepada Sakha yang sedang menatap layar laptop dikamar mereka.

Sakha menatap istrinya itu dan tahu apa masalah yang sedang dimaksud oleh istrinya itu, Sakha berjalan menuju jendela dan menatap danau yang ada di belakang rumahnya itu.

"Aku mencintaimu, aku berusaha melakukan yang terbaik untukmu, aku hanya tidak ingin kamu kelelahan, karena itu aku meminta Shezan pengertian dan sahabatmu bahkan berfikir cara yang aku lakukan ini bagus." Ucap Sakha.

"Sebagus apapun rencanamu, bukankah kamu harus mendiskusikannya denganku? Aku istrimu. Hah, atau kamu juga menganggap aku wanita rendahan seperti Bibi ku dan karena itu kamu sangat mudah mengatur hidupku?" Ucap Azalea.

Sakha menarik nafas berat dan menutup tirai jendela dengan keras.

"Jangan sama kan aku seperti orang lain apalagi orang sepertinya, apa kamu meragukan perasaanku? Aku mencintaimu dan hanya ingin kamu bahagia Azalea, bisakah kamu mengerti? Ini kali pertamaku memiliki seseorang yang sangat berharga, bahkan aku lebih mementingkanmu dibandingkan diriku, apa aku sangat bersalah disini? Jika iya maafkan aku, jika memang merasa ini salah, baik, lakukan apapun maumu dan jangan tanyakan aku." Ucap Sakha.

Mendengar itu Azalea menarik tasnya dan mengambil pakaiannya yang ada dilemari. Sakha langsung menahan tangan Azalea agar tidak memasukkan pakaiannya kedalam tas.

"Apa aku memintamu mengemasi pakaianmu? Aku hanya memintamu melakukan apapun yang kamu mau bukan mengemasi pakaianmu." Ucap Sakha.

"Kenapa? Aku ingin pergi jadi biarkan aku mengambil bajuku." Jawab Azalea.

"Tidak bisa, aku yang membeli semua ini jadi kamu tidak bisa pergi." Ucap Sakha.

"Hah, oke baiklah kalau begitu." Ucap Azalea kesal kemudian berjalan pergi.

"Apa ini? Kenapa dia malah langsung pergi? Aku mengatakan itu agar dia tidak pergi, apa aku mengatakan hal yang salah lagi? Wahh!! " Gumam Sakha kesal.

***

Sudah hampir dua bulan lamanya semenjak Azam dan teman lainnya masuk ke kampus, mereka menjalani kegiatan mereka masing-masing tanpa bertemu satu sama lain. Azam yang mengambil jurusan teknik komputer sibuk dengan jurusan dan kegiatan di fakultasnya, walaupun dia sejurusan dengan Azril, namun mereka jarang bertemu karena berbesa kelas. Sementara Arisha yang mengambil jurusan Akuntansi sibuk dengan tugas nya yang mulai menumpuk dan tidak ada waktu untuk bertemu dengan yang lainnya.

Sampai akhirnya, sore itu Azam pergi ke sebuah restoran untuk menikmati kopi setelah kelasnya selesai. Azam hanya menyeruput lembut kopi nya tanpa memainkan Hp yang ada dihadapannya dan sibuk melihat suasana disekitar kampus.

"Apa aku boleh duduk disini?" Ucap seorang Gadis yang sudah duduk dihadapan Azam.

Tanpa menjawab, Azam hanya menatap gadis itu dan membiarkannya melakukan apapun yang diinginkannya.

"Kamu ingat aku kan?"

"Hmm, pacar dari pria yang merusak Hpku." Jawab Azam.

"Apa kamu hanya mengingat itu?"

"Lalu apalagi yang harus aku ingat?" Ucap Azam tanpa menatap Fakhra.

"Apa kamu selalu dingin begini? Aku tau kamu mungkin begini agar orang-orang tidak mengganggumu, tapi apa kamu tahu, jika kamu begitu malah membuat banyak gadis yang tertarik dan penasaran denganmu."

Azam tidak menjawab dan menikmati kopinha, seakan kalimat yang dikeluarkan Fakhra adalah music jazz yang dihidupkan cafe. Tidak lama mereka duduk bersama, tiba-tiba suasana yang tidak dijanjikan terjadi. Arisha berjalan dengan Azril dan duduk disamping Azam dan Fakhra.

"Apa ini? Sejak kapan kalian menjadi dekat? Bukannya terakhir kali dia sudah memperjelas untuk tidak mengganggunya?" Ucap Arisha kepada Fakhra.

"Kenapa? Apa kamu merasa terganggu? Jika begitu katakan padaku, siapa kamu sampai harus mencoba menjauhkan kami?" Jawab Fakhra.

"Pacarnya."

Spontan Azam dan Azril langsung menatap Arisha terkejut, tentunya wajah gadis itu selalu datar dan tidak perduli dengan apa yang keluar dari mulutnya.

"Pacar? Kalian berpacaran sejak SMA?" Tanya Fakhra.

"Arisha, berhentilah mengatakan itu, anak kelasku bahkan mengira itu benar." Sahut Azam.

"Benar berhentilah, apa kamu tahu bertahun-tahun aku mengejarmu, tapi harus mendengarkan hal konyol seperti ini." Sahut Azril.

"Apa ini? Apa maksud semua ini?"

"Dia iparnya Azam, mereka tidak punya hubungan seperti yang dikatakannya." Jawab Azril.

Arisha hanya santai dan memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman.

"1 americano dan 1 mi pedas dengan sambal double." Ucap Arisha.

"Buat yang ukuran pedas biasa saja mba dan jangan berikan cabe mentah." Sahut Azam.

Arisha langsung menatap Azam kesal, tentunya tidak kalah kesal dengan tatapan Azril, sementata Fakhra masih bingung dengan hubungan mereka yang ada disana.

"Lambungmu, aku tau kamu meminum obat mu setiap hari agar bisa menahan sakit, tapi kamu masih saja menyakiti lambungmu." Ucap Azam.

"Dia begitu perhatian tapi selalu menolak saat aku katakan sebagai pacarku." Gumam Arisha.

***

Sudah 3 hari semenjak Azalea pergi dari rumah, dan selama itu pula Sakha terus menerus mencoba menghubunginha dan mencari keberadaannya. Azalea tidak mengaktifkan Hpnya, tidak berangkat kerja, tidak keluar dari tempat persembunyian nya, dan Sakha hanya berusaha mencari sendiri tanpa meminta bantuan orang terdekatnya, karena terlalu malu untuk menceritakan masalahnya.

Sore itu, sebelum pulang bekerja, Sakha mengikuti Arya yang sudah keluar dari Hotel dan berjalan menuju parkiran. Tiba-tiba Arya menghentikan langkahnya saat menyadari seseorang mengikutinya.

"Tuan, bisakah anda bicara jika anda memerlukan ku? Anda membuat ku jantungan karena hanya diam seperti geram gerik perampok mengikutiku." Ucap Arya.

"Aku butuh bantuanmu."

"Tuan, ini sudah diluar jam kerja, aku juga butuh istirahat dan butuh dunia luar untuk menyegarkan kehidupanku."

"Baiklah, bereskan bar, "

"Baiklah, katakan apa yang anda inginkan Tuanku." Potong Arya.

"Cukup kamu yang tau, jika ini tersebar aku akan memotong lidahmu. Cari keberadaan Istriku, aku ingin kamu menemuinya sebelum malam ini." Ucap Sakha.

Spontan Arya langsung melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah 6 dan menatap geram kepada Sakha.

"Aku benar-benar ingin berhenti daei kantornya jika tidak mengingat gaji yang diberikannya lebih besar dari perusahaan lain." Gumam Arya sambil mengotak atik Hpnya.

Kurang lebih 20 menit, Arya memberikan Hp nya kepada Sakha yang bersandar di samping mobilnya.

"Ini, dia berada di Apartemen ini, sebelumnya dia peernah tinggal disini ber, "

Sakha langsung masuk kedalam mobilnya setelah menarik Hp Arya dan meninggalkan Arya yang sibuk menjelaskan kepadanya. Sakha melajukan mobilnya menuju alamat Apartemen yang diberikan Arya. Setibanya didepan Apartemen itu, Sakha keluar dari mobil dan menatap Apartemen itu selama beberapa menit, namun kakinya tidak juga bergerak dan beranjak dari samping mobilnya, sambil berdiri diam itu dia mencoba meyakinkan hatinya dan menghilangkan rasa malu san gengsinya.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang