Ketakutan Azalea

951 119 7
                                    

"Kenapa kamu hanya berdiri disana? Kemarilah, Ibu ingin memperkenalkanmu kepada semua orang disini, mereka teman-teman Ibu." Ucap Ibu sambil melambaikan tangannya kepada Azalea.

Dengan langkah kaki yang berat, Azalea berjalan mertua dan seseorang yang tidak ingi ditemuinya itu.

"Kenalkan, dia menantuku, istri Sakha." Ucap Ibu sambil memegang bahu Azalea.

"Ah, jadi dia bisa membayar hutangnya karena menikahi orang kaya. Aku pikir dia menjual anggota tubuhnya untuk melunasi hutangnya, ternyata dia cara yang lebih ampuh." Ucap Wanita yang ada didepan Azalea itu.

"Kalian saling mengenal?" Tanya Ibu.

"Hmm, dia gadis kecil yang berhutang ginjal padaku, aku menjadi orang yang tidak berguna berkat nya dan ternyata dia hanya mempersulit keadaan."

"Hutang? Apa maksudnya?"

"Dia Bibiku, aku pernah meminta sesuatu padanya karena itu dikatakan hutang." Ucap Azalea mencoba kuat.

Sementara Bibinya hanya tersenyum miring menatap Azalea, pandangan itu seolah memandang rendah Azalea.

Semua tamu menikmati makanan yang sudah disajikan, setelah memperkenalkan Azalea, Ibu meminta Azalea untuk kedapur dan membantu karyawan lainnya menyiapkan makanan.

Bi Aila yang tahu tindakan Nyonya besarnya itu tidak benar, mencoba melarang Azalea untuk melakukan pekerjaan dan meminta Azalea untuk duduk saja. Namun, Azalea merasa tidak enak dan merasa khawatir karena ada Bibinya itu menyibukkan diri didapur.

Sepulangnya dari kampus, Arisha langsung kembali kerumah dan melihat bagaimana penuhnya rumah itu dengan tamu Ibu tirinya. Arisha hanya lewat dan tidak memperdulikan mereka, namun perhatian Arisha teralihkan saat melihat Azalea yang sedang menyajikan makanan diatas meja tamu.

"Kenapa Kakak disini? Kenapa melalukan hal seperti ini? Ini pekerjaan karyawan bukan pekerjaan Kakak." Ucap Arisha.

"Tidak apa-apa, apa kamu lapar? Kakak akan ambilkan makanan untukmu." Jawab Azalea.

Arisha hanya pergi dan tidak menjawab ucapan Kakak iparnya itu.

Setelah acara hampir selesai, para tamu bersalaman kepada Ibu dan memanggil Azalea untuk berpamitan. Azalea hanya berdiri dan menyalami para tamu Ibu mertuanya itu, namun siapa sangka kalau Bibi nya akan melakukan hal yang tidak diinginkan.

"Dia keponakanku, dia hidup biasa-biasa saja dulu dan dia bahkan harus menyicil uang gaji nya untuk membayar hutang kepadaku." Ucap Bibi.

"Hutang? Apa maksudnya? Hutang apa yang dimilikinya?" Tanya para Ibu-Ibu yang ada disana.

"Ginjal, orang tuanya sekarat dan dia meminta ginjalku dan mengatakan akan membayarnya. Wah, kenapa aku bisa percaya kepada anak kecil sialan ini dulu, aku benar-benar memberikannya dan hidupku menjadi kesusahan karenanya. Aku dan Putriku harus bersusah payah mencari uang untuk mencukupi kehidupan kami, jika aku memiliki kedua ginjalku, aku lebih kuat dari sekarang."

"Bibi, jangan katakan itu, mereka juga Adik Bibi, apa Bibi harus mengatakan hal buruk kepada orang yang sudah tiada?" Ucap Azalea.

"Baik aku sudah melepaskannya karena kau juga sudah membayar hutangnya, tapi aku tidak suka kamu menikmati hidupmu yang sangat mewah sekarang ini. Bagaimana bisa gadis rendah sepertimu menjadi istri seorang pria muda sukses yang diinginkan setiap wanita hah?! Apa kamu menjual dirimu?! Haha aku yakin begitu, berhati-hatilah, ingatkan anakmu untuk buka kembali matanya, aku yakin gadis ini merayu anakmu dan menjual dirinya kepada Sakha." Ucap Bibi kepada Ibu mertua Azalea.

Duarrr!!!

Ucapan itu benar-benar seperti bom bagi Azalea, ingin sekali Azalea pergi dan berlari dari semua orang disana, namun kakinya seakan memaku ditempat itu. Ibu mertuanya hanya tersenyum miring saat mendengar kebenaran dari Bibi Azalea itu, dan sebagian tamu yang disana menatap Azalea dengan tatapan tidak suka.

"Sudah selesai bersenang-senang nya? Jika begitu sekarang giliranku. Aku sudah mencatat nama-nama kalian yang hadir, jadi jangan khawatir kalian akan mendapatkan bagian kalian masing-masing, terutama anda." Ucap Sakha kepada Bibi Lulu yang sudah berdiri disamping Azalea.

Azalea hanya menatap Sakha dan masih menahan air matanya agar tidak jatuh. Namun, mereka yang ada disana sudah sangat ketakutan dan menyembunyikan wajah mereka agar Sakha tidak melihatnya.

"Apa begini acara terhormat nya para istri dari perusahaan sukses di negeri ini? Kalian mengadakan acara untuk merendahkan yang lain? Apa kalian pikir kalian sangat istimewa dan beruntung? Baiklah, haruskah kita buka semuanya. Anda, Nyonya Lulu jangan memandang rendah istriku dan mengatakan hal buruk tentangnya, aku menikahinya karena keinginanku dan mencintainya, aku membayarkan hutangnya karena aku tidak ingin dia terlibat dengan ular seperti anda. Ah benar, anak anda, coba perhatikan dia dan lihat apa yang dilakukannya, apa pantas gadis keluar dari hotel dipagi hari dengan pria lain? Bukankah yang anda katakan menjual dirinya demi uang itu adalah anak anda sendiri? " Ucap Sakha.

Semuanya langsung berbisik dan menatap Bibi Lulu dengan tatapan menjijikan. Bibi Lulu hanya bisa terdiam dan terpaku.

"Untuk kalian yang datang kesini, katakan pada suami kalian bahwa perusahaan yang sudah bekerja sama denganku akan aku akhiri kontraknya dan yang mengajukan kerja sama harap tarik kembali karena aku tidak menerima sampah yang suka merendahkan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri bagaimana. Kalian bisa pergi dan jangan pernah kita bertemu lagi." Ucap Sakha.

Mendengar itu, semuanya terburu-buru keluar dari rumah dan meninggalkan rumah tanpa berpamitan dengan Ibu tiri Sakha. Saat Bibi Lulu ingin keluar, dia berhenti dihadapan Azalea dan menatap Azalea dengan kebencian.

"Jangan menatapnya seolah dia melakukan kesalahan, berkacalah dan sadari kesalahan anda sendiri, aku sudah membayar hutangnya dan menyelesaikan urusannya dengan anda, dan aku juga sudah mengingatkan jangan main-main denganku." Ucap Sakha kemudian menarik tangan Azalea untuk pergi.

Setelah semuanya pergi dan tersisa penghuni rumah saja, Arisha sudah berdiri disudut rumah untuk menyaksikan hal yang akan membuatnya tersenyum bahagia, amukan Sakha kepada Ibu tirinya.

Sakha berjalan mendekati meja yang penuh dengan hadiah dari para tamu untuk Ibu tirinya, Sakha melemparkan semuanya dan menghancurkan nya tanpa sisa. Ibu tirinya itu hanya menggeram tanpa bisa melawan.

"Apa ini menyenangkan? Apa begini cara anda memperlakukan istriku? Apa anda pikir dia bawahanmu?!!! " Teriak Sakha kepada Ibu tirinya.

Semuanya langsung ketakutan, terutama Azalea yang tidak pernah melihat Sakha mengamuk sampai seperti itu. Para karyawan dirumah pergi menjauh dan tidak berani menyaksikannya.

"Aku tidak memintanya bekerja, dia melakukannya sendiri." Ucap Ibu.

"Aku sudah tahu semuanya, jangan mengelak dan membela diri. Haha, apa begini cara anda saat merayu Ayahku dan mencoba menyingkirkan Ibu ku dari kehidupannya? Aku, aku pergi dari rumah ini dan tidak mengganggu kehidupan kalian, apa kamu harus mengusik kebahagiaanku juga? Apa kamu harus menyakiti wanitaku juga?! " Teriak Sakha.

"Sakha, aku tidak bermaksud begitu, aku hanya ingin dia mengenal lebih banyak orang petinggi."

"Apa gunanya kalian menjadi petinggi jika harga diri kalian bahkan lebih rendah dari sampah. Jangan pernah memanggil istriku untuk datang lagi dan jangan temui dia lagi, aku mengingatkanmu sebagai anak dari teman mu yang sudah kamu khianati, menjauh dari kehidupanku dan urus hidupmu sendiri." Ucap Sakha yang amarahnya sangat besar hingga mata Sakha memerah berair menahan amarah.

Sakha menarik tangan Azalea dan menatap wajah Azalea yang ketakutan. Sakha menarik nafas berat dan mencoba tersenyum kepada Azalea dan mengelus lembut pipi Azalea.

"Maaf aku membuatmu takut, jangan takut lagi, kita harus kembali." Ucap Sakha kemudian menarik tangan Azalea untuk keluar dari rumah itu.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang