Kehangatan

1K 124 4
                                    

Mereka bertiga hanya bisa termenung di tepi pantai untuk beberapa waktu, sampai akhirnya Azalea berdiri dan melihat kedua pria yang ada di hadapan nya itu.

"Kita tidak bisa kembali malam ini, kita juga harus usaha supaya bisa bertahan hidup. Ayo bagi tugas, kita perlu makan untuk malam ini setidaknya." Ucap Azalea.

"Aku akan mencari kayu bakar, Sakha kamu cari ikan yanh bisa dimakan dan Azalea kamu bisa mengumpulkan dedaunan untuk alas kita tidur nanti." Ucap Fachrul.

"Kenapa aku harus menuruti ucapanmu?" Sahut Sakha.

"Kalau begitu aku akan mencari ikannya, kamu bisa duduk disini saja." Ucap Azalea.

"Oke oke aku akan mencari ikan, duudklah disini dan kumpulkan saja daun nya." Ucap Sakha sambil menahan tangan Azalea dan berjalan menuju tepi pantai untuk mencari kayu panjang yang bisa menjadi tombak untuk menangkap ikan.

Mereka akhirnya bekerja sama untuk bertahan malam itu, sudah beberapa waktu mereka sibuk dengan kegiatan mereka, Azalea menjadi khawatir melihat mereka yang tidak kunjung datang.

Azalea berjalan kepinggir pantai dan bolak balik melihat ke hutan dan ke tepi pantai untuk melihat keberadaan Fachrul dan Sakha. Karena tidak ingin menahan rasa khawatirnya lagi, Azalea berlari menuju bebatuan yang ada di dekat pantai untuk mencari keberadaan Sakha.

"Akh!! Aish sialan." Gumam Sakha saat terjatuh diantara bebatuan yang menyebabkan pakaiannya basah dan ujung kaki Sakha terluka mengenai ujung batu yang tajam.

Dengan cepat Azalea berlari untuk menghampiri Sakha dan langsung membantu Sakha untuk berjalan ke tepi pantai, Sakha meletakkan ikan tangkapannya ditepi pantai dan ingin berjalan pergi, namun Azalea menahan tangan Sakha dan memaksa Sakha untuk tetap duduk.

"Diamlah, aku akan membersihkan lukamu." Ucap Azalea.

Sakha hanya bisa menatap Azalea dan merasa bahagia dengan perlakukan Azalea. Azalea membersihkan luka Sakha dan menyobekkan ujung bajunya kemudian membalut luka Sakha.

"Setidaknya ini bisa menahan darahnya terus keluar dan menahannya dari pasir." Ucap Azalea.

"Kamu tidak marah padaku?" Tanya Sakha.

"Kenapa aku harus marah? Bukannya yang kamu katakan itu memang apa adanya? Aku harus menerima seseorang yang berkata jujur, agar aku juga tau batasan diriku sendiri." Ucap Azalea.

"Bisakah kamu dengarkan aku? Aku memang menikahimu tanpa rasa suka apalagi Cinta, kita sama-sama menikah karena keperluan masing-masing. Aku akui aku bersalah memaksamu untuk menikah denganku dengan mengandalkan kelemahanmu, aku minta maaf. Tap, setelah semua itu terjadi dan waktu berlalu, aku menyadari aku mencintai mu dan aku hanya bisa memikirkanmu. Aku minta maaf karena perkataan ku pada Fachrul, kamu tau aku selalu membencinya dan jika bertemu dengan nya aku akan mengatakan apapun agar membuatnya terluka. Saat itu aku tidak berfikir panjang dan mengatakan apapun asal dia bisa pergi dariku, aku minta maaf, aku mohon percayalah Azalea, aku hanya mencintaimu bukan karena ingin memanfaatkanmu." Ucap Sakha sambil memegang tangan Azalea.

Azalea langsung berdiri setelah Sakha selesai berbicara dan ingin pergi meninggalkan pria itu. Namun, Sakha langsung menarik tangan Azalea dan membawa gadis itu kedalam pelukannya.

"Lepaskan aku." Ucap Azalea.

"Kamu tidak percaya padaku? "

"Aku percaya tapi anehnya itu tidak mengobati sakit hatiku, biarkan aku sendiri sampai hatiku bisa menerimanya lagi." Ucap Azalea kemudian pergi meninggalkan Sakha.

Sakha menarik nafas berat dan merasa sangat bersalah karena tingkah nya yang ingin menang dihadapan Fachrul.

Ketika mereka tiba ditempat mereka akan menginap, mereka sangat terkejut saat melihat tangan Fachrul penuh darah. Azalea langsung berlari menhampiri Fachrul untuk memeriksa keadaan pria itu, Azalea menarik kayu yang dibawa Fachrul dan membawanya ke tepi pantai, sementara Sakha hanya melihat apa yang mereka lakukan.

"Apa kamu akan diam saja disitu? Dia terluka." Ucap Azalea kepada Sakha.

"Aku juga terluka, obati aku saja." Ucap Sakha.

"Sakha." Ucap Azalea kesal.

Sakha merasa kesal dan berjalan mendekati mereka, Sakha menarik tangan Fachrul yang ada dihadapan Azalea dan melihat luka yang ada ditangan Fachrul.

"Apa kamu ini anak kecil? Kenapa bisa terluka sebesar ini? Apa kamu tidak tahu tangan itu sangat penting bagi pria?" Ucap Sakha kesal.

"Apa kamu baru saja khawatir padaku?" Ucap Fachrul.

"Ingin mati?" Ucap Sakha.

"Kenapa bisa terluka?" Tanya Azalea.

"Didalam terlalu gelap, Hp ku habis baterai dan tidak bisa menggunkan senternya, jadi tanganku tidak sengaja terkena ujung dahan saat ingin mematahkan kayu." Ucap Fachrul.

"Bagus sekali, apa kamu tidak bisa mematahkannya diluar sini? Kenapa mematahkannya ditempat gelap." Gumam Sakha.

Setelah membersihkan darah dan luka di tangan Fachrul, mereka saking tatap saat ingin membalut luka Fachrul.

"Sobek bajumu." Ucap Sakha.

"Ini baju yang baru aku beli, ini juga sangat mahal, bajumu saja" Jawab Fachrul.

"Kalau begitu gunakan celana dalammu saja, aku tidak akan sudi menyobekkan sedikit pun pakaian ku untukmu." Ucap Sakha.

Melihat tingkah mereka, Azalea sudah bergerak ingin menyobek pakaiannya.  Melihat itu dengan cepat Sakha menahan tangan Azalea dengan tatapan marah dan kesal. Melihat tatapan itu, akhirnya Fachrul menyobek banyunya sendiri untuk menutupi lukanya.

Setelah makan malam dengan ikan yang didapat oleh Sakha, mereka merasa lelah dan ingin beristirahat. Terpaan angin ditepi pantai sangat dingin, baju Sakha yang masih basah itu membuat angin terasa menusuk kedalam tulang. Sesekali Azalea melirik Sakha yang telrihat menahan dinginnya angin malam.

"Dia mudah kedinginan, apa tadi bajunya basah?" Tanya Fachrul pelan kepada Azalea.

"Hmm, dia terjatuh di bebatuan dan bajunya sepertinya masih belum kering." Jawab Azalea.

"Aku akan keujung sana, temanilah dia." Ucap Fachrul kemudian berjalan pergi karena takut Azalea malu saat ada dia disana.

Azalea berjalan mendekati Sakha dan duduk disampingnya, Sakha hanya tersenyum melihat Azalea dan mencoba bersikap seolah tidak dingin.

Azalea melepaskan jaket nya dan memberikannya kepada Sakha.

"Pakailah, aku tidak kedinginan." Ucap Sakha.

"Bibirmu bahkan sudah membiru, ujung jarimu memucat, bajumu juga masih basah, kamu masih bilang tidak kedinginan? Ambil jaketnya jika tidak ingin aku makin marah." Jawab Azalea.

"Bisakah kita menggunakannya bersama? Aku tidak ingin kamu kedinginan juga." Jawab Sakha.

"Hmm? " Ucap Azalea kebingungan.

Sakha langsung menarik pinggang Azalea dan membawanya kedalam pelukannya, Sakha meletakkan jaket itu diatas bahu mereka. Sakha mengusap-usap bahu Azalea agar tidak merasa dingin. Azalea terlihat malu sampai membuat pipinya memerah, Sakha tersenyum dan membenamkan kepala Azalea di dadanya.

"Tidurlah, aku akan menjagamu agar tetap hangat." Ucap Sakha.

"Kamu juga tidur, aku tidak ingin kamu kedinginan." Ucap Azalea.

Sakha mengecup lembut kening Azalea dan tersenyum.

"Bisakah kamu berjanji utnuk tidak meninggalkanku?" Ucap Azalea lembut.

"Aku akan berjanji, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu." Jawab Sakha lembut ditelinga Azalea.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang