"Tenanglah, semua akan baik-baik aja, Ayah pasti bisa melalui semua ini." Ucap Azalea sambil memeluk tubuh Sakha dari belakang.
Sakha hanya diam tanpa menangis atau mengatakan apapun, ini terasa sangat berat dan pedih baginya, dia takut kejadian berpuluh-puluh tahun lalu terjadi lagi, kejadian saat dia kehilangan Ibunya tanpa sempat mengatakan sepatah kata pun padanya.
Karena khawatir dan tidak ingin Sakha terluka, Azalea menyuapi Sakha makanan walaupun setelah beberapa penolakan barulah Sakha menuruti kemauan Sakha, Azalea bahkan tidak bisa tidur melihat Sakha yang seperti itu.
Setelah semalaman tidak tidur dan khawatir, pagi itu malah membuat emosi Sakha melunjak saat melihat Ibu tirinya baru saja tiba padahal dia sudah dihubungi oleh pembantu rumah orang tuanya.
"Mas, kenapa bisa begini? Aku mohon bangun dan jangan tinggalkan aku." Ucap Ibu tiri Sakha sambil menangis di samping Ayahnya.
Sakha mengalihkan pandangannya dan enggan melihat itu semua, sementara Azalea dengan polosnya menyaksikan itu semua dan terlihat khawatir dan kasihan kepada Ibu mertuanya itu. Saat Sakha hanya di diam dan tidak bereaksi, Azalea berjalan mendekati Ibu mertuanya dan mengelus lembut bahu nya untuk menenangkannya.
Saat menyaksikan itu, Sakha langsung menarik tangan Azalea dan membawa gadis itu keluar dari kamar rawat Ayahnya. Sakha melepaskan genggaman tangan nya pada Azalwa yang keras tepat dibelakang rumah sakit.
"Kenapa menarik tanganku dengan keras? Aish, sakit tau." Ucap Azalea kesal.
"Kenapa menenangkannya? Apa dia terlihat sangat tulus menangisi Ayahku?" Ucap Sakha yang sudah menahan emosinya.
"Kenapa kamu begitu? Bagaimana pun dia tetap istri Ayahmu, walaupun dia mungkin tidak mencintai Ayahmu seperti Ibumu mencintai Ayahmu, tapi setidaknya akan wajar jika dia merasa sedih, karena mereka hidup bersama setelah bertahun-tahun." Jawab Azalea.
"Kamu tidak tahu apapun dan jangan menilai seolah kamu tau semuanya, kamu baru beberapa waktu dikeluargaku dan berbicara seolah kamu sangat mengenal mereka." Teriak Sakha.
Azalea langsung terdiam dan tidak menyangka Sakha akan mengatakan itu.
"Aku tau kamu membenci Ibu tirimu karena dia merebut Ayahmu, tapi setidaknya jangan bersikap egois dan melakukan semuanya hanya sesuai pikiranmu sendiri. Lihatlah, sifat keras kepalamu selalu menghancurkam dirimu sendiri. Terbukti bukan, sampai sekarang hubungan dan Fachrul masih tidak baik karena sifat keras kepalamu, kamu tidak ingin mendengarkannya dan hanya merasa pendapatmu yang benar." Ucap Azalea.
Sakha langsung mendorong tubuh Azalea ke dinding dan meletakkan tangannya di kedua sisi tubuh wanita itu, Azalea hanya bisa mengatur nafasnya agar beraturan dan menatap Sakha yang ada dihadapannya itu.
"Sudah aku katakan jangan menyebut nama pria lain, apa kamu tidak mendengarku?" Ucap Sakha.
"Kamu bertingkah seolah sangat mencintaiku, tapi kamu sering kali menyakiti aku dengan perkataanmu. Apa? Hanya beberapa waktu aku menjadi bagian keluargamu? Hah, sadarlah Sakha, bukan hal seperti itu yang seharusnya kamu katakan kepada istrimu. Sekali pun mungkin aku pembantumu atau babumu, kamu tidak harus mengatakan hal seperti itu untuk menjaga perasaan orang lain. Aku tau kamu orang yang sangat dingin dan tidak perduli kepada orang lain, tapi tidak bisakah kamu menahan kalimat seperti itu saat bersamaku? Aku benar-benar merasa sakit hati." Ucap Azalea yang sudah menangis kemudian menyingkirkan tangan Sakha dan pergi berlalu.
Sakha langsung menunduk dan menutup matanya karena menyesal telah mengatakan itu, dia terlalu terbawa emosi dan terlalu pusing menghadapi begitu banyak masalah, sampai pikirannya kacau dan sifat buruknya kembali tidak busa dikontrolnya.
Seharian Azam dan Arisha mencoba mencari tahu siapa dalang dari semua kejadian kecelakaan Ayah Arisha itu, Azam tidak bisa diam saja saat melihat Arisha yang terus menerus menangis.
"Berhentilah menangis, kita akan menemukam siapa pelakunya, kita menghajarnya habis-habisan saat menemukannya, aku akan membunuhnya untukmu." Ucap Azam sambil mengelus lembut kepala Arisha.
"Bagaimana jika kamu dipenjara karena membunuhnya?" Jawab Arisha dalam isak tangisnya.
"Aku tidak membunuhnya sendirian, kita melakukannya bersama dengam begitu kita bersalah bersama."
"Lebih baik aku membunuhmu sekarang." Jawab Arisha kesal.
Azam tersenyum dan menghela air mata Arisha.
"Kenapa menyentuhnya? Kalian benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih." Ucap Azril sambil menarik tangan Azam untuk menjauh dari wajah Arisha.
Arisha dan Azam menoleh ke arah Azril dan menatap pria itu dengan bingung, bukankah beberapa hari lalu dia menggila dan seperti ingin sekali menghabisi Azam, tapi sekarang dia datang dan kembali berbicara dengan Azam dan Arisha.
"Berhentilah menangis, aku sudah meminta kenalan Kakakku untuk membantu pencarian pelakunya." Ucap Azril yang sudah duduk di samping Arisha.
"Apa Kakakmu mau? Dia tidak sakit hati karena ditinggalkan Kakakku?" Tanya Arisha
"Tenang saja, karena itu berhentilah menangis." Ucap Azril.
***
Sudah 3 hari semenjak kecelakaan itu, Azalea terus menjenguk mertuanya meski belum berbaikan dengam Sakha. Dia datang untuk meletakkan makanan dan menjaga Ayah mertuanya, kemudian kembali pulang untuk membersihkan tubuhnya dan memasak makanan untuk Sakha. Sementara Sakha hanya pulang untuk membersihkan tubuhnya dan kembali menjenguk Ayahnya, bahkan dia melakukan pekerjaan kantor diruangan Ayahnya.
Sakha sangat merasa bersalah kepada Azalea, namun Azalea terlihat tidak ingin berbicara dengannya, jangan berbicara, saat Sakha meliriknya saja Azalea langsung membuang muka dan tidak memperdulikan Sakha.
Anehnya, setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit, Ibu Sakha hanya menjenguk suaminya itu disiang hari dan pulang saat malam, Sakha tidak berbicara apapun dan membiarkannya melakukan apapun, Sakha hanya melarang Arisha untuk menginap dirumah sakit, karena dia perlu istirahat cukup untuk belajar.
Sore itu, saat Azalea sudah selesai memasak dan berencana untuk kerumah sakit, Azalea tiba-tiba ingin pergi kerumah Ayahnya dan ingin menemui Arisha karena meminta Arisha untuk memberikan baju milik Azam yang baru saja dibelinya. Namun, saat tepat berada di depan pintu, Azalea menghentikan langkahnya ketika mendengar sesuatu yang aneh.
"Lakukan dengan cepat sebelum si tua bangka itu bangun, aku ingin semua wasiat itu diubah dengan namaku, jika perlu aku akan membunuh si tua itu agar semuanya aman dan dia tidak bisa melawan." Ucap Ibu mertua Azalea di telepon.
Azalea merasa tubuhnya melemah dan kakinya sangat sulit untuk digerakkan, ini bukan sesuatu yang pernah diduganya, dia tidak menyangka kalau mertuanya akan berbuat sejauh itu. Karena merasa tidak kuat, Azalea tanpa sengaja menjatuhkan tasnya dan membuat Ibu tirinya itu terkejut kemudian berlari menuju sumber suara.
Setelah melihat Azalea yang berlari dihalaman rumah, Ibunya langsung mencari nomor ditelepon dan meneleponnya.
"Kejar istri Sakha, dia baru saja keluar dari rumahku dan sepertinya mendengar pembicaraan kita, tangkap dia dan jangan biarkan lolos, karena dia akan membocorkannya kepada Sakha." Ucap Ibu tiri Sakha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale On Paper(END)
Romance"Aku akan mendapatkan apapun yang aku inginkan, aku tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuh milikku secuil pun." Arsakha. "Ayo sudahi hubungan ini, aku sudah bosan dan terlalu muak untuk berbicara dengan mu lagi. Aku akan hidup dan sibuk dengan...