worst

1.2K 234 69
                                    


Hati Baekhyun seketika ngilu saat Jiwon meraung dan berkata tidak ingin bersekolah, lantaran mendapat perlakuan buruk oleh teman sekelasnya.

Semua bermula dari perkataan polos si kecil yang mengatakan bahwa Byun Baekhyun adalah papanya kepada teman satu kelas, dan ia ditertawakan serta dikucilkan.

"Jiwon tidak mau dengan papa! Jiwon ingin ikut dengan Daddy saja."

Sangat menyakitkan mendengar perkataan si kecil sampai air mata mengalir bebas membasahi pipi Baekhyun.

Terlebih lagi pelukan yang ia berikan tertampik keras, si kecil memberontak dan itu adalah peringatan berbahaya untuk dirinya.

"Papa tidak pernah datang ke sekolah Jiwon, tidak seperti Daddy." si kecil berteriak meluapkan emosinya.

Bagaimana pun ia tidak bisa menyalahkan putranya yang kini menginjak usia 7 tahun dan mulai mengerti tentang siapa dirinya sekarang.

"Papa tidak bisa karena Papa bekerja untuk Jiwon." Baekhyun berusaha mendekati namun si kecil menghindar dan membuat jarak.

"Daddy juga bekerja, tapi tidak seperti Papa."
Kalimat berikutnya yang menyayat hati Baekhyun.
"Jiwon tidak suka Papa!" telak dan itu membuat Baekhyun kian ketakutan.

Nyonya Byun yang tak sengaja mendengar keributan dari kamar pun datang untuk melihat.

Lantas wajahnya berubah khawatir melihat Baekhyun dan Jiwon berlinangan air mata.
"Ada apa ini?" ia meraih tubuh Jiwon terlebih dahulu untuk menangkan tangisannya.

"Jiwon membenciku bu." tubuh Baekhyun bergetar lantaran tangisannya semakin kencang.

"Jangan berkata seperti itu, tidak baik sayang." tangan Nyonya Byun terulur mengusap bahu putra semata wayangnya itu. "Tenangkan dirimu dulu, Jiwon biar ibu yang tangani." ucapnya, lalu melangkah keluar untuk menghibur si kecil.








Nyonya Byun mendatangi Baekhyun setelah Jiwon tidur di dalam kamarnya, si kecil menceritakan yang ia rasakan dan itu membuatnya ikut merasakan sakit hati.

"Baekhyun, Jiwon bercerita dengan ibu kalau dirinya tidak ingin sekolah karena teman-temannya bersikap buruk." ucapnya sembari mengusap rambut milik Baekhyun dengan lembut. "Untuk orang dewasa dijauhi teman atau dicaci mungkin bukan masalah besar, tapi untuk anak seperti Jiwon itu merupakan hal yang menyakitkan."

Air mata Baekhyun kembali mengalir, bibirnya kelu lantaran mengingat ucapan si kecil yang ditunjukkan padanya.

"Ibu akan mencari sekolah baru untuk Jiwon jika daftar pembukaan murid baru sudah dimulai kembali." kini kedua tangannya berpindah untuk menangkup wajah putranya, "Untuk saat ini, biarkan Jiwon tidak bersekolah dulu, tidak apa-apa telat satu tahun yang terpenting Jiwon tidak mengalami hal buruk selama di sekolah." dan mengusap jejak air mata di pipi tirus Baekhyun setelahnya.

Baekhyun merentangkan tangannya, lalu memeluk tubuh ibunya dengan erat.

Menumpahkan isak tangisnya bak bayi yang baru terlahir ke dunia.

Sementara sang ibu balas memeluknya sembari mengusap punggung Baekhyun.








______________










Setelah bekerja keras dan menyelesaikan project yang ia miliki tahun ini, pada akhirnya Baekhyun dapat mengecap hari libur.

Tidak ingin menyia-nyiakan waktu luangnya, ia memiliki rencana untuk membawa Jiwon berlibur di daratan Eropa.

Beberapa dokumen untuk memesan tiket sudah diurus oleh sang ibu, dan penerbangan pada malam hari adalah pilihannya.

EGOISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang