Fight

3.6K 466 18
                                    

Nafasnya Chanyeol tarik dalam-dalam, membuatnya lebih relaks.
Fakta terbaru tentang Baekhyun mantan kekasihnya dari mulut orang terdekat langsung membuatnya tercekat, terlebih dari Minhyung yang notabenenya adik sendiri.

"Rumornya merebak sangat cepat saat itu, yang ku dengar dia melawan peraturan Agensi berpacaran sebelum batas akhir kesepakatan. Lalu 3 bulan paska perkenalan untuk didebutkan dia jatuh pingsan dan Dokter mengatakan sudah sembilan minggu usia kandungannya, ancaman gagal debut dilayangkan petinggi perusahaan." tangannya menepuk bahu sang kakak, menyalurkan kekuatan disana. "Selain itu, senior Baekhyun terkenal dengan image-nya yang bebal dan suka sekali melarikan diri selama masa trainee. Setidaknya ia tertolong dengan mendiang ayahnya yang memiliki saham beberapa persen di Agensi, tapi itu tidak cukup untuk mendebutkannya. Bos meminta kesepakatan ulang dan senior Baekhyun menyanggupi, salah satunya ia tidak boleh terikat hubungan asmara dengan siapapun sampai masa kontrak habis." sambung Minhyung.

Dari bibir Minhyung Chanyeol mengetahui bahwa dibalik keputusan Baekhyun mengakhiri hubungan lantaran ada kesepakatan yang dibuat dengan agensi dan disanggupi dirinya.

"Aku sungguh tidak percaya semua ini." tawa keringnya terdengar, sekering perasaannya yang telah lama tak diberi pupuk dan ditaburi bibit cinta.

Ia jelas lebih mempercayai kata dari bibir sang adik yang bertahun-tahun melakukan pelatihan di perusahaan yang sama seperti Baekhyun, dibandingkan pihak media yang bisa dibungkam dengan uang untuk memanipulasi fakta yang ada.

"Salahkah aku jika menduga Jiwon darah dagingku sendiri?" kilat amarah jelas terlihat menatap Minhyung di hadapannya.

"Jika kakak memiliki spekulasi yang kuat, kenapa tidak dibuktikan saja? Seperti tes DNA rambut misalnya yang lebih akurat." saran Minhyung menimpali.

"Kau benar Minhyung." Bibir tebalnya terangkat menyunggingkan sebuah seringaian di sana.

Di sisi lain Jaemin menggerutu sembari menemani Jiwon menyantap makan siang.
"Mati Aku!" erangnya frustasi.

__________

Baekhyun terbangun saat jarum jam menunjukkan pukul dua siang, tidurnya sangat puas kali ini, tidak ada jeritan apalagi tangisan dari Jiwon seperti biasa yang ingin ditemani bermain.

Langkah kakinya terseret menuju dapur dan menjumpai sosok sang ibu di sana.

"Mereka belum pulang?"

Sang ibu menghentikan kegiatannya sejenak, menatapi wajah anak satu-satunya.
"Belum." ujarnya lalu kembali berkutat dengan kegiatan yang sempat tertunda.

Tangan kurus Baekhyun menarik kursi lalu membawa tubuhnya untuk duduk di atasnya.
"Sudah hampir sore, kenapa belum ada kabar?" bibirnya menggerutu.

"Biarkan saja, lagipula Jaemin akan menjaga Jiwon dengan baik." ucapan sang ibu membuat Baekhyun berkerut tak suka.

Satu piring salad buah dan sayur Baekhyun masukkan kedalam mulut, mengunyahnya dengan setengah hati.

Baekhyun sungguh bosan hampir setiap hari mengkonsumsi sepiring salad dan air putih hanya untuk menjaga berat badannya tetap stabil, ia rindu menyantap makanan apa saja dengan sesuka hati.

"Kenapa berhenti?" tanya sang ibu saat melihat tangan Baekhyun mendorong piring yang masih tersisa banyak makanan.

"Bosan." keluhnya dengan wajah malas.

Sang ibu lantas mengulas senyum dan memandang wajah putranya.
"Nimati saja, bukankah itu bagian dari peraturan menjadi entertainer?"

Malas-malasan Baekhyun menyeret kakinya menjauh dan menuju sofa agar tidak berlanjut menjadi adu mulut dengan sang ibu.

Tak berapa lama ia menjatuhkan bokongnya, suara bel berbunyi dan membuatnya berdecak.

"Bahkan untuk bersantai saja aku tidak bisa, menyebalkan!" sungutnya sembari melangkah menuju pintu utama.

Wajah pasih Jaemin dan tubuh tertidur Jiwon menjadi pandangan pertama yang Baekhyun liat, lalu beralih pada sosok jangkung lantas membuatnya seolah tercekik oleh benda tak kasat.

"A-Aku akan menjelaskannya nanti, oke?" tubuh Jaemin merangsak masuk dan membawa tubuh Jiwon ke dalam kamar.

Daun pintu hendak Baekhyun tutup, namun sayangnya ia kalah cepat.

"Terkejut hm?"

Mata sipitnya mengedar kesagala sudut, memastikan tidak ada lensa kamera dibalik pagar tinggi kediamannya.

"Well, Park Chanyeol." kedua tangannya terlipat di depan dada. "Bukankah hubungan kita sudah lama berakhir? Untuk apa kau datang kemari? Tidak bisa melupakanku hm?" ujung tipisnya terangkat membentuk seringaian.

Sementara si jangkung hanya terkekeh sumbang.
"Percaya diri sekali." kontan raut wajahnya berubah serius. "Omong-omong kau sangat pandai bermain sandiwara, harus ku akui aktingmu sangat bagus." ibu jarinya ia angkat dan menunjukkannya pada Baekhyun.

Kepalan tangan Baekhyun mengerat berbanding terbalik dengan senyum manis yang terpasang.
"Berhentilah berbasa-basi! Waktuku sangat berharga asal kau tahu." ujarnya penuh penekanan.

Ujung alis Chanyeol terangkat, sedang mata menatap sejurus laki-laki yang sempat mengisi hari-harinya.
"Ayo lakukan tes DNA!" tembaknya yang mana membuat wajah Baekhyun keruh.
"Aku ingin memastikan bahwa Jiwon darah dagingku denganmu atau bukan."

Bibir Baekhyun berkedut ingin melontarkan kata-kata yang bisa saja membuat Chanyeol pergi dengan mudah, namun hal itu ia urungkan.
"Bualan macam apa ini?" bibir tipisnya terkekeh halus.

Rongga hatinya seolah diremas, senyuman yang dulu menjadi favoritnya kini berubah menjadi seperti racun.
"Aku lupa mengatakan ini padamu. Kau kenal Lee Minhyung bukan? Dia satu Agensi denganmu dan lebih mengejutkan lagi dia adalah adik tiriku, jadi semua sandiwaramu tak berguna di depanku." wajahnya mendekat, menelisik raut Baekhyun dengan decihan di akhir. "Kau bersembunyi di balik topeng, tak mengakui Jiwon sebagai anakmu di depan publik." seperkian detik raut wajahnya kembali setenang air. "Kau memutuskan hubungan kita lantaran kau mengandung dan itu membebanimu, kan?" kontan Chanyeol menjauhkan wajahnya dan menggeleng berpura-pura simpati.

"Maaf Chanyeol, sepertinya kau terlalu percaya diri." wajahnya ia buat memelas. "Jiwon memang anakku tapi kau bukan ayahnya. Aku sempat menjalin hubungan dengan wanita dan rumor aku mengandung hanya lelucon semata. Jiwon adalah hasil hubungan aku dengan wanita itu." lalu tertawa remeh setelahnya.

"Kau lupa bahwa kau tidak memiliki ketertarikan dengan wanita, Byun?"
Bagaikan ujung tombak yang tepat mengenai tenggorokannya, Baekhyun dibuat bungkam.
"Bahkan kau rela meninggalkan asrama yang disediakan Agensi dan rela berbagi kehangatan denganku setiap malamnya."

Tawa Chanyeol bagaikan cemoohan untuk dirinya, wajah putihnya memerah menahan emosi.

"Jadi bagaimana?" Chanyeol menawari. "Oh, atau aku katakan pada media bahwa selama ini kau memiliki anak dari hubungan gelap dengan mantan kekasihmu?"

Sipitnya menajam, tak ingin lagi berpura-pura.
"Kau ingin menghancurkan karirku?" ujar Baekhyun menghardik.

"Tinggal katakan saja, iya atau Tidak? Kau terlalu bertele-tele Byun!" cecar Chanyeol tak mau kalah.

Nafasnya Baekhyun hela keras-keras.
"Oke kau benar, Jiwon memang hasil kesalahan kita dahulu. Tapi maaf Chanyeol, aku tidak membutuhkan tanggung jawabmu!" deru nafasnya memburu, sedang sorot mata masihlah tajam menghunus pria jangkung di hadapannya.

Menusuknya seolah panca indera itu bisa menembus kepala dan berakhir sosoknya menghilang dari pandangan.

TBC dulu ya gaes

Thanks buat yang rela ninggalin jejak
Jangan lupa tetep vote & komen ya.

Pay pay 🖐😄

EGOISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang