Worry

2.7K 377 22
                                    


Chanyeol benar menyesal dan berulang kali meminta maaf atas kelalaiannya pada Nyonya Byun.

"Lain kali lebih berhati-hati, Jiwon satu-satunya cucu Bibi." ujar wanita paruh baya itu sepelan mungkin agar tidak menyakiti perasaan pemuda Park itu.

Namun Chanyeol tetap merasa tak enak hati akibat kecerobohan yang mengakibatkan Jiwon lepas dari pengawasannya.

"Sekali lagi, aku minta maaf Bi dan tolong jangan melarangku untuk bertemu Jiwon." pintanya memelas.

Nyonya Byun menghela nafasnya pelan. "Bibi tidak akan melakukannya, Chanyeol. Bagaimana pun kau ayahnya." tangannya yang mulai mengeriput menepuk pundak si jangkung. "Yang terpenting kau harus menyelesaikan ini dengan Baekhyun dan jangan sampai menyinggung perasaan Jiwon." ujarnya menasehati.

"Terima kasih, Bi." sudut bibir Chanyeol terangkat, hatinya terasa sedikit lega.




Bantingan pintu terdengar keras begitu Baekhyun memasuki rumah.
Chanyeol orang pertama yang keluar dengan raut keheranan.

"Shit! Setelah kau hampir menghancurkan karirku, sekarang kau ingin merebut perhatian anakku dengan tetap tinggal?" Baekhyun merancau penuh amarah. Telunjuknya mengacung seakan ingin mencongkel kedua mata Chanyeol.

"Aku minta maaf oke? Aku tidak bermaksud." kedua tangannya terangkat tanda menyerah. "Dan tuduhanmu tentang aku merebut perhatian Jiwon tidaklah benar. Aku hanya memberi apa yang seharusnya seorang ayah lakukan untuk anaknya." sambungnya menampik tuduhan Baekhyun.

"Omong kosong!" sahut Baekhyun sinis. "Dan aku tidak pernah mengijinkanmu membawa Jiwon keluar, asal kau tahu." geramnya.

Sedang Chanyeol berusaha tak tersulut emosinya menghadapi Baekhyun di hadapannya. "Dia hanya anak kecil yang ingin bermain diluar. Kenapa kau seketat itu?"

Bibir Baekhyun berdesis mendengar penuturan Chanyeol. "Karena ulahmu lah karirku terancam dan semua orang membicarakanku." suaranya mulai meninggi.

"Yang kau pedulikan hanya karirmu karirmu dan karirmu, bagaimana dengan perasaan Jiwon." Chanyeol menyinggung.

"Kau tidak tahu apa-apa? Jadi diamlah!" Baekhyun makin tersulut.

"Demi Tuhan, Baekhyun. Kau tidak tahu bagaimana perasaan Jiwon saat kau banyak melarangnya untuk melakukan apapun dan pergi kemanapun." Chanyeol memijit kepalanya frustasi.

Baekhyun tak mau kalah, kepalanya terangkat angkuh. "Aku yang melahirkannya dan Jiwon sudah bersamaku sejak lahir." mata sipitnya memerah penuh amarah. "Jadi aku tahu perasaan anakku dan dia baik-baik saja sebelum kau merusak segalanya." lalu mendorong dada Chanyeol dengan telunjuknya.

"Apa kau mendengar semua keluhannya? Apa kau juga memberinya waktu sekedar berjalan-jalan dengannya?"

Bibir Baekhyun terbungkam, ucapan Chanyeol benar membuat hatinya tertohok.

"Dia hanya ingin menikmati masa kecilnya tapi kau tega menjeratnya. Mungkin dia bisa menuruti ucapanmu untuk saat ini, tapi suatu saat dia akan balik membencimu setelah tahu semuanya." lagi Chanyeol  berujar.

Mata sipit yang semula penuh amarah itu berubah kosong.

"Berhentilah menjadi egois Baekhyun." Chanyeol meminta. "Jangan biarkan egomu menyakiti pihak tidak bersalah." suaranya berubah gemetar.
"Kalau kau terus mementingkan dirimu sendiri, maka Jiwon lah pihak paling tersakiti." bulat matanya menyorot nanar "dia hanyalah seorang anak kecil yang butuh pengakuan dan kebebasan, tapi tidak bisa merangkai kata hanya sekedar mengungkapkan isi hatinya." tangan kekar itu terulur menepuk pundak Baekhyun.

EGOISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang