Try

2K 324 47
                                    


Bulat mata Chanyeol menatap sendu pada wajah pucat Baekhyun yang terlelap memeluk tubuh tertidur Jiwon.
Baekhyun masih saja bungkam tidak mengatakan apapun paska kembali dari rumah sakit.

"Sampai kapan kau seperti ini?" tangannya terulur mengusap rambut Baekhyun.

"Jangan menyiksa dirimu dengan memendamnya seorang diri." ujarnya lagi.

Tangan Chanyeol lantas menjauh begitu tubuh Baekhyun menggeliat, matanya menatap awas kala Baekhyun menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, lalu tubuhnya menuruni ranjang begitu Baekhyun berjalan terburu menuju toilet di kamar Jiwon dan terdengar suara Baekhyun yang berusaha mengeluarkan muntah.

Tubuh jangkung Chanyeol mendekat
"Biar ku bantu." menawari pertolongan untuk membawa tubuh lemas Baekhyun, namun mendapat penolakan.

"Aku bisa melakukannya sendiri." Baekhyun berusaha bangkit dengan langkah tertatih, namun tubuhnya kembali mendingin dan hampir tumbang jika saja Chanyeol tidak sigap menangkapnya.

"Berhenti menjadi keras kepala! Tubuhmu tidak dalam keadaan baik." tanpa persetujuan dari si empu, Chanyeol menggendong tubuh lemas itu menuju kamar milik Baekhyun dan membaringkannya di atas kasur.

Penghangat ruangan Chanyeol nyalakan, lalu mengatakan "aku segera kembali." dan melangkah keluar.

Chanyeol kembali dengan satu gelas air madu hangat yang tergenggam di tangan.
"Minum ini." titahnya lembut, namun Baekhyun tidak mengindahkan.

Lantas Chanyeol menghela nafasnya, "berhenti menjadi bebal, Baekhyun." ujarnya sembari membenarkan posisi Baekhyun untuk bersandar.

"Kau berisik sekali." Baekhyun menyahut lirih.

Mau tak mau Baekhyun meminum air yang Chanyeol bawa agar si jangkung cepat pergi, pikirnya. Akan tetapi hal itu tidak terjadi, Chanyeol justru tetap di sana menarik kursi rias untuk duduk di samping ranjangnya.
"Kenapa kau masih di sini?" tanya Baekhyun ketus.

Alih-alih menjawab Chanyeol justru kembali membenarkan posisi Baekhyun untuk berbaring.

"Chanyeol!" Baekhyun memekik terkejut karena perlakukan Chanyeol.

Sementara Chanyeol mencoba acuh dengan reaksi Baekhyun. "Ibuku selalu melakukan ini jika kepalaku pusing." tuturnya sembari memijat kepala Baekhyun, "kepalamu pasti pusing setelah muntah." lagi ia bersuara, sedang Baekhyun memilih diam lantaran yang dikatakan chanyeol benar adanya.

Menghindari kecanggungan, Baekhyun memposisikan tumbuhnya membelakangi Chanyeol meski jantungnya berdetak ribut.
Ia akui bahwa pijatan Chanyeol di kepalanya mampu meredakan pusing dan membuat kantuk menyerang dirinya.



Baekhyun terbangun dan mendapati rumah dalam keadaan sepi, lalu kakinya melangkah menuju dapur dan mendapati menu sarapan, obat, vitamin serta kertas catatan dari ibunya di atas meja makan.

Tubuhnya yang semakin menyusut ia dudukan di atas kursi, bersiap untuk menyantap sarapan. Baru tiga sendok salad ia telan, rasa mual diperut kembali mengganggu.

Kakinya melangkah terburu dan memuntahkan isi perutnya di wastafel. Baekhyun menangis, tidak hanya pikirannya saja yang tersiksa namun tubuhnya juga ikut tersiksa.

"Aku tidak kuat." lirihnya frustasi.

________

Chanyeol bergegas pulang begitu mengantar Jiwon ke sekolah dan mengurus surat pengunduran diri di Taman Kanak-kanak. Ia sudah mempertimbangkan hal tersebut jauh-jauh hari paska mengetahui Baekhyun mengalami kecemasan berlebihan dan hari ini surat ijin pemberhentiannya di terima. Pikirnya, ia akan bergantian mengawasi Baekhyun disaat Nyonya Byun pergi mengurus kantor dan ketika wanita paruh baya itu kembali dengan Jiwon setelah menjemputnya, maka ia dengan tenang pergi untuk mengajar di Universitas. Bukan tanpa sebab, Chanyeol tahu bahwa orang yang sedang mengalami guncangan jiwa tidak bisa ditinggal seorang diri dalam waktu yang lama, Baekhyun harus ditemani dan didukung agar memiliki motivasi untuk melawan ketakutannya.

EGOISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang