Compulsion

2.8K 360 13
                                    


Hidup Baekhyun tak tenang bagaikan seorang buronan, tiap hembus nafasnya dipenuhi ketakutan.

Dering telepon meraung-raung seakan meminta si pemilik untuk memungutnya dan menjawab panggilan telepon, namun Baekhyun enggan melakukannya, alih-alih mengabaikan panggilan itu.

Ia tahu kabar kehamilannya sudah merebak secepat virus menular dan sampai di telinga Bos besar.

Kemarin sang ayah memberi tahu dan sekarang bukti itu benar adanya dengan nomor yang melakukan panggilan berturut-turut.

Baekhyun belum siap untuk menemui pemimpin Agensi dengan keadaan berbadan dua.

"Baekhyun, buka pintunya!"

Ketukan di pintu mengagetkan Baekhyun dari lamunan. Suara ibunya lagi memanggil meminta Baekhyun untuk membuka papan kayu bergagang itu.

Malas-malasan Baekhyun menyeret badannya berniat membuka pintu.
"Ada apa bu?" tanyanya begitu daun pintu terbuka.

"Cepat turun! Ayahmu menunggu di bawah." wanita paruh baya itu sontak menghela nafasnya sejenak. "Dengan Bos besar Agensimu."

Baru saja Baekhyun akan membuka mulut, sang ibu menyela ucapan.

"Ayah mengundang pemimpin Agensi ke rumah agar kau tidak terlalu takut saat mereka bertanya padamu." lalu menarik lembut tangan Baekhyun menuruni anak tangga bersama.





Jantung Baekhyun bertalu begitu cepat menghasilkan gelenyar ketakutan yang merambat sampai ke hati.
Dengan perasaan takut yang membungkus ia dudukkan tubuh itu di samping sang ayah.

"Aku sangat kecewa saat mengetahuinya dari orang lain?"

Sindiran pertama yang sukses membumbungkan kekhawatiran Baekhyun.
Sang ayah memberi tepukan di bahu memberi sinyal pada Baekhyun untuk mengatakan semuanya.

Namun Baekhyun masih bungkam tak tahu harus mulai darimana.

"Apa kau tahu?" si Bos besar menatap sejurus raut pucat Baekhyun. "Mestinya kau bisa menjadi salah satu tombak Agensi." suaranya rendah namun benar menekan Baekhyun dalam keterdiaman. "Tapi kau melakukan kesalahan fatal dan tentu saja membuat kerugian."

Baekhyun beralih menatap sang ayah melalui tatapan agar suasana tegang ini dapat mencair.

"Setidaknya berikan dia kesempatan untuk berbicara."

Bibir Baekhyun sedikit tertarik mendengar pembalaan sang ayah.

"Bukankah aku sudah memberinya kesempatan? Tapi justru anak bebalmu ini menyia-nyiakannya?"

Seolah udara kian menipis, nafas Baekhyun begitu berat dan sesak, ditambah dengan denyutan pening di kepala.
Ia ingin menangis saja tapi ia tahan, bagaimana pun ia seorang laki-laki dan harus kuat menghadapinya.

"Kau tahu benar tentang diriku, Byun!"

Ayah Baekhyun hanya mampu menghela nafasnya menghadapi pria paruh baya di hadapannya itu.

"Beri Baekhyun pilihan dan aku akan mencari sponsor untuk mengganti kerugian." tanpa kata basa-basi si kepala Byun menandas ucapan sang pimpinan.

"Baiklah." yang paling tua menimang pilihan yang akan diajukan. "Baekhyun, pilihanmu hanya ada dua. Gugurkan bayi itu dan membayar semua kerugian selama pelatihan sampai menjelang debut atau namamu resmi hangus dari daftar artis yang akan didebutkan?!"

EGOISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang