feel guilty

2.5K 345 35
                                    


Nyonya Byun meninggalkan lembaran kertas yang ia kerjakan ketika Baekhyun berteriak seperti mengalami ketakutan. Kakinya melangkah keluar dari ruang kerjanya mencari sosok Baekhyun di segala ruangan, namun ia tak menemukan sosok sang putra. Ruang dapur tempat terakhir yang ia telusuri dan keterkejutan bercampur panik melandanya melihat tubuh Baekhyun terbujur lemah di atas lantai.

"Ya Tuhan, Baekhyun!" ujarnya disertai tetesan air mata yang mulai mengaliri pipi.

Yang ada dipikiran wanita paruh baya itu hanyalah menyelamatkan Baekhyun dengan membalut pergelangan sang putra untuk menghentikan pendarahan, lalu membawanya ke rumah sakit terdekat untuk melakukan pertolongan.

"Suster, bisakah anakku di bawa keruang UGD? Dia baru saja melukai tubuhnya sendiri dan mengeluarkan banyak darah." pintanya memelas masih dengan linangan air mata.

Yang ditanya mengganggukan kepala dan memberi informasi pada rekan kerjanya.
Beberapa perawat dengan sigap membawa brankar ke tempat mobil yang nyonya Byun parkiran dan sebagian lain menghubungi Dokter.

Bibir wanita tua itu bergetar menahan gejolak rasa sakit ketika tubuh Baekhyun memasuki ruang UGD.






Chanyeol dibuat kebingungan dengan Jiwon yang terlihat rewel tak seperti biasanya, ia terus menangis tanpa alasan yang jelas padahal pagi harinya mood si kecil masih bagus.

"Jiwon ingin yang mana, katakan saja hm?" Chanyeol membujuk sembari menggendong tubuh Jiwon yang menangis kencang.

"Tidak mau!" jeritnya meronta dalam gendongan. "Pulang, Dad~" jemari kecilnya terus menunjuk arah pintu keluar.

Tak ingin tangisan si kecil berlarut-larut, ia menuruti dan melangkah untuk keluar dari cafe miliknya.
Baru saja pintu cafe ia tutup, deringan telepon nyaring terdengar, dengan susah payah ia mengambil ponsel genggam itu untuk menjawab panggilan.

"Halo, Bi." sapanya ketika menjawab panggilan telepon dari ibu Baekhyun.

"Chanyeol, bisakah kau jangan membawa Jiwon pulang ke rumah dulu?"

Dahi Chanyeol mengerut ketika suara sengau dan bergetar disambungan telepon terdengar. "Tentu, Bi. Tapi apa Baekhyun tidak masalah dengan itu?" tanyanya.

"Baekhyun sedang berada di rumah sakit, Chanyeol."

suara isakan terdengar, lantas dada Chanyeol berdetak ribut, ia merasakan was-was di dalam sana. Mulutnya terbungkam untuk mendengarkan untaian kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh ibu Baekhyun.

"Dia baru saja melakukan percobaan bunuh diri."

Dan kata itu sukses membuat kaki Chanyeol kehilangan kekuatan untuk bertumpu. Tubuh jangkungnya merosot bak sehelai kain yang tertiup angin dengan Jiwon yang masih dalam gendongannya.

"Bos, Apa kau baik-baik saja?" salah satu karyawan yang melihat kejadian datang menghampiri tubuh lemas Chanyeol dengan raut khawatir.

"Kak Yoora." ujarnya seperti orang linglung dengan pandangan kosong.

"Saya akan menghubungi kakak Bos." ujarnya lalu berlari memasuki cafe untuk memberi tahu ke yang lain tentang kondisi bos mereka agar mendapat pertolongan.

Yoora datang tak berselang lama dengan putra kecilnya Riyool ketika pelayan cafe menghubunginya tentang keadaan Chanyeol.

"Apa yang terjadi?" Yoora bertanya dengan wajah khawatirnya.

"Baekhyun." pandangan Chanyeol teralih menatap wajah Yoora. "Bisakah kau mengantarku ke rumah sakit?" tuturnya memohon.

EGOISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang