20 - Hilang

271 39 1
                                    

Happy Reading!!!
___________________

Sadar atau tidak. Seseorang di sekitar kita bisa menjadi penyemangat dan penghancur dalam satu waktu. Kita hanya perlu pandai melihat.

***

"Lo gak percaya?"

"Musyrik percaya lo," ujar Adel.

"Lo jalan aja gue temenin d belakang kalo lo takut," ucap Sekar dengan senyum mengejek.

"Gue gak kayak lo," ucap Adel lagi.

"Yaudah gue jalan di depan, lo di belakang gue," tawar Sekar lagi membuat Adel berfikir.

"Oke," jawab Adel.

Sekar terus berjalan mendahului Adel. Saat melewati sebuah pohon besar ia sengaja mematikan senternya hingga semua tak terlihat ia berlari lalu bersembunyi di balik pohon di sebelah utara.

"Del lo di mana?"

"Ponsel gue low nih," teriak sekar dengan suara kecil.

"Sekar jangan main-main, gue hajar lo walau lo kakak kelas gue," teriak Adel terus berjalan dengan tangan yang terus diarahkan ke depan, agar ia dapat memegang pohon.

Sekar tersenyum senang, mengetahui Adel berjalan kearah barat.

"Sekar," panggil Adel terus berjalan hingga ia tersandung akar kayu.

Adel terduduk lalu memegang kakinya yang sakit, "shit! Malah keseleo lagi," Adel mundur lalu bersandar di batang pohon yang lumayan besar.

"Awas aja kalau gue ketemu si Sekar," Adel meringis saat merasakan tangannya terluka karena ranting pohon yang ia tindih saat terjatuh tadi.

Adel mengambil kain yang sengaja ia ikatkan di pergelangan tangannya. Ia lalu mengikatnya di telapak tangannya yang terluka saat ini.

"Gak gini juga kalau mau balas dendam," Adel mengikat kasar tangannya. Ia tahu ada yang aneh dengan Sekar tadi, tapi ia diam saja tak mau berburuk sangka.

"Sebentar lagi matahari akan terbit. Apa gue tunggu aja?" tanya Adel pada dirinya sendiri. Kenapa ia bisa ceroboh seperti ini?

Adel menyandarkan kepalanya lalu menutup matanya sejenak. Udara sangat dingin dan kakinya sakit jika harus berjalan di keadaan yang gelap, yang ada ia semakin tersesat.

***

"Kalian kenapa hanya lima orang?" tanya Galih, karena sepengetahuannya hanya kelompok Arva saja yang berjumlah lima ekor.

"Ah iya. Mana satu orang?" tanya Alam yang juga menjadi panitia posko enam.

"Kata kak Sekar teman kami ada di sini," ucap Nona celingak-celinguk mencari batang hidung Adel yang katanya ada di sini.

"Nggak ada peserta yang datang sendiri di sini. Kenapa kalian terpisah?" tanya Wanda yang juga menjadi panitia di situ.

"Elis! Adel gak ada!" teriak Nona langsung panik saat tak menemukan Adel di sini.

Alam yang mendengar itu langsung maju, "siapa lo bilang?" tanyanya was-was, semoga pendengarannya salah.

"Galih, Adelenha hilang, gue kira dia udah di sini," Arsy yang juga baru menyadari langsung beralih pada Galih.

"Adelenha siapa?!" bentak Alam sudah tak sabar.

"Adelenha Aere—" ucapan Nona tak berlanjut saat Galih dan Alam berlari ke posko kelima.

RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang