44 - Penyesalan

821 36 5
                                    

Happy Reading!!

Ada yang pergi terus di kenang. Ada yang pergi dan terlupakan. Keduanya akan sama-sama sakit.

***

Flashback on

Di lokasi yang sama namun ruangan yang berbeda. Seorang lelaki terbaring di atas brankar di temani lelaki lainnya. Lelaki yang membawanya ke sini.

"Lo kenapa sih Gal?" tanya Arva bingung melihat Galih terbaring lemah. Wajah pucat serta selang infus di tangan lelaki itu.

Mendengar suara decitan pintu Arva menoleh dan menemukan Haikal bersama dua orang asing yang tidak ia ketahui.

"Galih nak kamu kenapa?" pernyataan itu membuat Arva menebak jika kedua orang itu adalah orang tua Galih.

Haikal menarik Arva keluar, memberi privasi kepada keluarga itu.

Setelah kepergian Sesi tadi Galih yang masih di cafe tiba-tiba terbatuk dan mengeluarkan darah. Lelaki itu bahkan memegang dadanya sembari mengernyit sakit.

"Alam?" panggil Arva saat ia melihat Alam berjalan keluar rumah sakit. Alam terhenti, menunggu mereka mendekat ke arahnya.

"Lo ngapain di sini? Mana Adel?" tanya Arva.

Alam terdiam, memperhatikan dua orang di depannya, "ga tau," Alam kembali berjalan di ikuti Arva dan Haikal di belakang.

"Lo berdua dari mana?" tanya Alam

"Ga tau," balas Haikal mengikuti gaya bicara Alam tadi. Alam berdecak, malas meladeni dua orang di hadapannya.

Haikal terkekeh, "gue duluan. Mau jaga cafe," ujar lelaki itu lalu berjalan pergi.

Alam menghela napasnya, "Adel masih hidup," ucap Alam tiba-tiba.

Langkah Arva terhenti, napasnya tercekat. Bukan karena baru tahu tapi karena mendengar Alam yang sudah mengetahuinya.

Alam ikut berhenti, menatap Arva yang di belakangnya. Kembali ia dekati Arva, "jangan bilang lo tahu," raut Alam tampak kecewa.

Arva menutup matanya lalu mengangguk sekali, "i-iya," ucap Arva terbata-bata. Percuma ia bohong, toh nampaknya Alam sudah mengetahui semuanya.

Alam mengacak rambutnya. Tiba-tiba air matanya jatuh, "gua ga becus jaga keduanya," Alam berbalik pergi.

Berdiri di tengah lobby rumah sakit, memperhatikan punggung Alam yang menjauh, "iya lo ga becus," ucap Arva membenarkan.

"Lo sebagai sahabat benar-benar ga becus," tutur Arva. Dia sampai heran, mengapa sahabat gadis itu tak mengetahui apapun. Padahal dia yang bukan siapa-siapa mengetahuinya. Mungkin karena Sesi pandai menyembunyikan semua.

Arva mengangguk, "mungkin begitu," gumam cowok itu lalu berjalan keluar rumah sakit.

Flashback off

***

Samuel dan Selena yang baru saja mengantarkan tamu-tamunya keluar terkejut melihat sekitar lima mobil datang membawa beberapa karangan bunga.

"Loh ini ada apa?" tanya Samuel saat supir mobil pertama masuk.

"Ini rumah keluarga Hana bukan?"

"Iya betul," jawab Samuel.

"Ini ada beberapa karangan bunga untuk Almarhumah Sesilia Rose Hana," ucap supir itu.

"Hah?"

"Ini betul rumah keluarga Hana kan?"

RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang