37 - Jalan-jalan

269 33 0
                                    

Minal Aidzin Wallfaizin Mohon Maaf Lahir dan Batin bagi yang seiman 🙏

Happy Reading!!!
____________________

***


Gadis itu kini terbaring di brankar dengan tali yang melilit tubuhnya. Ia belum sadar, mungkin sebentar lagi.

Benar saja, matanya mulai terbuka secara perlahan. Ia hendak membalikkan tubuhnya namun terhenti saat sesuatu mengikatnya dengan begitu kencang. Gadis itu adalah otak dibalik penyekapan Adel atau Sesi.

"Woy. Ini apa?" teriaknya hingga membuat dua orang suster masuk.

"Lepasin gue setan!" teriaknya sembari meronta—mencoba melepaskan tali itu dari tubuhnya.

Seorang suster menyuntikkan obat bius di lengan Elis. Meskipun gadis itu meronta ia tak mampu melawan dengan tangan yang terikat.
L0

"Argh. Gue bunuh lo semua. Terutama lo Adel..enh...a," suaranya semakin mengecil bersamaan dengan matanya yang mulai tertutup.

***

Pagi harinya Sesi sudah berada di apartemen Adel. Tentu Sesi memaksa dengan alasan ia mau pulang kerumah di antar Revan. Yang nyatanya gadis itu ke apartemen Adel diantar oleh supir taksi. Hebatkan?

Revan? Lelaki itu belum tau. Sesi tadi meninggalkannya saat Revan sedang ke kantin.

Sesi berjalan masuk kedalam apartemen, hari ini ia tidak sekolah karena hari minggu. Hehe.

Tangan Sesi mengandeng sebuah paper bag yang isinya makanan kesukaan Adel semua. Ia yakin adiknya itu pasti sangat senang.

Sesi mengeluarkan Acsess Card apartemen Adel. Setelah terbuka ia berjalan masuk dan tak menemukan satu orangpun di ruang tamu.

Sesi berjalan memasuki kamar dan tak juga menemukan Adel. Ia mulai panik saat menggeledah seluruh ruangan dan tidak menemukan Adel. Dimana adiknya?

"Adel?" panggil Sesi segera meletakkan paper bag di meja. Ia hendak berjalan keluar, namun terhenti saat melihat Adel muncul dari dalam kamar dengan rambut yang di gulung ke atas menggunakan handuk.

"Eh. Kak Sesi," Adel berlari memeluk kakaknya. Dua hari tidak melihat saudari kembarnya membuat dirinya dilanda gelisah.

"Udah bisa lari nih?" Adel yang tersadar langsung terkejut. Eh iya. Dia baru saja bisa berjalan, itupun masih hati-hati tapi kehadiran Sesi membuatnya bisa berlari, wah hebat sekali.

"Oiya. Astaga aku udah bisa lari," pekiknya lalu kembali memeluk kakaknya.

Sesi melepaskan pelukan Adel, "eh ini kok merah?" tanya Sesi melihat pipi kanan serta leher kiri gadis itu merah memanjang.

"Hah? Iya semalam tiba-tiba sakit," ucapnya mengingat-ingat ketika tengah malam ia tiba-tiba terbangun dengan leher dan pipi yang terasa perih.

Ah Adel paham saat melihat perban di pipi serta Leher Sesi, "ikatan batin," ucapnya tiba-tiba membuat Sesi menyentuh pipi kanan serta leher kirinya yang di perban.

"Lo kok gue cari tadi gak ada?" tanya Sesi mengalihkan pembicaraan sebelum Adel bertanya.

"Habis dari kamar mandi," jawabnya.

"Oh iya. Gue gak kepikiran buat cari ke sana," kekeh Sesi.

"Duduk di balkon yuk," ajak Adel.

"Tunggu. Gue mau ambil itu," tunjuk Sesi pada paper bag yang dibawanya tadi.

RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang