19 - Jurit Malam

264 41 9
                                    

Happy Reading!!!
____________________

***

"Bangun woy," semua yang berada di tenda terkejut mendengar teriakkan panitia yang menggema.

Adel yang memang sedari tadi tersadar membuka ponselnya kemudian melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 3 pagi.

Alam:
Bangun kebbo!!!!

Adel menonaktifkan ponselnya setelah membaca pesan dari Alam lalu menyimpannya kedalam tas. Mereka tidak diperbolehkan membawa handphone ketika acara jurit malam. Adel juga tidak terlalu pusing dengan hal itu.

"Gila! Gue masih ngantuk anjir," ucap Nona mengusap wajahnya kasar. Ia baru tertidur jam satu karena panitia terlalu berisik diluar, bermain gitar dan bernyanyi dengan suara yang lumayan besar.

"Nggak usahlah ikut," ucap Tere yang memang masih mengantuk berat.

"Ayo nggak ada alasan," tegas Arsy lalu keluar terlebih dahulu dengan jaket tebal yang menyelimuti tubuh gadis itu.

"Del lo ikut gak?" Elis menoleh ke samping dan tak menemukan Adel lagi. Gadis itu sudah keluar saat mereka masih mengumpulkan sisa nyawanya.

"Eh Adel hilang!" pekik Elis hanya melihat tas gadis itu tetapi tak melihat si empunya.

"Udah keluar tadi dia," ucap Puthe karena melihat seseorang yang keluar tadi, yang membuatnya langsung terbangun dan mengira itu bukan manusia. Tapi setelah melihat tempat Adel kosong jadi ia yakin jika itu bayangan Adel.

"Gue hitung sampai lima belum keluar, gue hukum," teriak panitia.

Dengan panik semuanya keluar tenda. Tapi sebagian ada yang tak mau ikut karena beralasan sakit lah, takut pingsan lah, apa lah.

"Saya jelaskan sedikit. Di sini terdiri dari tujuh posko. Disetiap posko kalian akan mendapatkan kejutan misterius dan beberapa amanah yang tidak boleh kalian bocorkan sampai kalian kembali lagi kesini," panitia itu memutari barisan.

"Setiap melewati satu posko, setiap kelompok harus meneriakkan semangat dan panitia posko akan menjawab pramuka," ucap panitia lainnya.

"Kalian harus menerima hukuman yang akan diberikan oleh panitia jika kalian tidak bisa menjawab pertanyaan," lanjut panitia yang pertama menjelaskan tadi.

"Sekarang kalian jalan bersama kelompok kalian. Jangan sampai terpisah. Kalian hanya boleh membawa ini sebagai pencahayaan," Arsy menerima sebuah senter berukuran seperti korek api yang cahayanya sangat minim.

Kelompok yang dipimpin Arsy mulai berjalan mencari posko pertama yang baru saja panitia tunjukkan. Adel berjalan dibelakang bersama Elis dan Nona yang menggandeng tangannya, sedangkan didepan ada Arsy, Tere dan Puthe.

Sesampainya di depan panitia yang berjumlah tiga orang itu Adel dan lainnya langsung membentuk barisan.

"Kalian udah di kasih tahu aturannya?"

"Siap! Iya kak," ucap mereka kompak.

"Nama kelompok?"

"Perkenalkan kami dari kelompok tulip berjumlah enam orang dari kelas XI IPA 3, siap!" ucap Arsy tegas yang memang sebagai pemimpin di kelompoknya.

"Udah di kasih amanah?" tanya salah satu panitia cewek.

"Siap! Belum kak," jawab kelompok tulip bersamaan.

Adel menutup matanya saat panitia mengarahkan senter kearah wajahnya. Panitia itu berniat melihat wajah mereka agar bisa di hapal.

"Jadi amanah saya 'semangat pramuka dan pantang menyerah' jangan sampai bocor," ucap panitia cowok bertubuh tinggi.

RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang