"Ngapain balik? Ntar yang ada gue lihat masa lalu." —Arvalino Fadlan Nagara
***
"Tumbenan lo ngajak gue makan. Biasanya liat aja sepertinya ogah," Arva menatap bingung gadis di depannya, "atau lo.... Udah suka sama gue?" lanjutnya membuat Adel tersedak bakso beranak yang dimakannya.
"Sorry gue gak maksud," Arva menyodorkan minuman Adel, yang diterima kasar oleh Adel.
"Gue heran sama lo Del," Arva mulai mengeluarkan unek-uneknya.
"Why?" tanya Adel setengah terpaksa, setengah malas.
"Lo ke orang baiiikkkk banget. Lah sama gue? Boro-boro, kasar mulu sampai-sampai gue pengen gorok lo," ucap Arva yang tak ingin di ketahui oleh Adel.
Adel juga memang merasa kasar pada Arva. Tapi cowok itu juga selalu membuat Adel kesal hanya dengan melihat wajahnya saja. Arva ganteng. Banget malah. Tapi itu wajah tengilnya minta di cakar.
"Woy kok ngelamun?" Arva menyemprotkan sisa minuman yang ada di pipet cowok itu ke wajah Adel.
"Arva!" pekik Adel kesal sembari mengelap kasar wajahnya dengan jaket Arva yang berada di atas meja.
"Gue kesemutan entar Va!"
"Lah tinggal lurusin kakinya," ucap Arva tanpa dosa. Salah mengartikan bahasa typo Adel.
"Maksudnya ntar semut—ah udalah gak ada gunanya ngomong sama titisan jin," ucap Adel, rada kesal.
"Salah lo sendiri pake typo," balas Arva tak mau kalah. Sudah kayak cewek saja!
Adel merotasikan matanya dan tak sengaja menangkap postur tubuh seseorang yang sangat di kenalnya di seberang jalan sana. Adel memperhatikan seksama interaksi dua orang itu...
"Ah dia," ucap Adel setelah mengenali orang itu.
"Siapa dia?" Arva mengikuti arah pandang Adel. Arva berdecak kala melihat seorang lelaki yang mengendarai motor metik hitam.
"Gantengan mana gue sama dia?" tanya Arva tiba-tiba.
Adel mengalihkan intensinya pada Arva. Menatap cowok di depannya, "pinteran dia!" sarkas Adel.
"Ck. Tau dari mana lo dia pinter?"
"Gue sekelas dengan dia. Mau apa lo?"
"Mau lo lanjut makannya," otak gilanya mulai berfikir.
Kalau Adel sekelas dengan cowok itu. Terus Adel malah suka. Terus Adel gak bakal jadi suka gue. Lah parah itu, gak bisa dibiarin! Batin Arva lalu menggelengkan kepalanya.
"Ngapa lo geleng-geleng? Otak lo udah balik?"
"Hmm. Otak gue udah balik dan semakin gila," hina Arva pada dirinya sendiri.
"Sinting!" Maki Adel.
***
Adel menatap datar cermin di hadapannya. Beginilah aslinya. Dimana ia menjadi dirinya sendiri.
"Non, den Alam nyariin tuh," panggil bi Rani sembari mengetuk pintu kamar Adel yang sedikit terbuka.
"Iya bi," jawab Adel.
Adel mengambil tasnya lalu berjalan keluar. Tatapan datarnya berubah seketika menjadi ceria. Seperti biasa.
"Lam," panggil Adel lirih saat melihat Alam sedang berbicara dengan keluarganya di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]
Teen Fiction(Rapuh bisa di pesan di Teori Kata Publishing) ~Hidup yang tak di inginkan dan mati dengan percuma~ Adel atau Sesi, Sesilia Rose Hana atau Adelenha Areiti Hana. Tumbuh menjadi gadis yang tangguh dan kuat. Berawal dari kejadian fatal hingga muncul be...