"Aku tak butuh banyak yang menasihati ku. Tapi aku butuh satu uluran tangan. Satu saja!" — Rapuh
***
Dua orang gadis berlari masuk ke dalam rumah sakit dengan tergesa-gesa. Setelah menanyakan nama ruangan orang yang mereka cari keduanya kembali berlari lagi.
Tepat di depan ruangan itu salah satu dari mereka membuka pintu keras hingga mengejutkan seorang gadis yang tengah menatap ponselnya.
***
Adel masih setia memandangi foto yang mungkin sudah beberapa jam lamanya ia tatap tanpa bosan.
Berharap ia kembali ke masa itu. Masa dimana ia dapat merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Tapi nyatanya semua itu hanyalah sebuah kenangan. Ia tentu saja tak akan pernah bisa memutar waktu kembali ke masa itu. Dan mungkin dalam mimpinya ia tak akan pernah bisa.
Brak!
Adel hampir saja membuang ponselnya karena terkejut. Untung saja ia bisa memegang benda pipih itu erat.
Adel menoleh ke pintu dan menemukan dua gadis dengan napas yang tersengal-sengal seperti habis melakukan lari maraton.
Menelan kasar salivanya yang terasa pahit karena tatapan tajam salah satu dari mereka.
"Que-en," panggilnya lirih.
"Adeeeeellllll," Queen berjalan cepat dan langsung memeluk Adel. Ia memegang kepala Adel lalu menatap seluruh tubuh Adel.
"Lo gak pa-pa, kan?" Adel tersenyum lega. Ia kira akan dimakan hidup-hidup oleh Queen.
"Lo apa-apaan sih? Gue baik-baik aja," Adel menepis pelan tangan Queen.
"Lo buat gue gak fokus belajar tau gak?" ucap Queen dengan tatapan khawatirnya.
"Yee... Gue bilang gue ok kok," ujar Adel menjauhkan tangan Queen yang kembali memegang pipinya.
"Eh. Ada Ely," Adel tersenyum lebar saat melihat Emely yang berdiri tak jauh darinya.
Emely tersenyum, "lo gak pa-pa, kan?" tanya Emely langsung mendekat dan memeluk Adel dengan isakkan kecilnya.
"Gue belum mati, lo berdua terlalu dramatis," ucap Adel tapi tetap membalas pelukan Emely.
"Mulut lo!" tajam Queen tak suka dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Adel.
Queen juga ikut memeluk Adel, "tapi lo selalu bikin gue khawatir Adelenha," kesal Queen.
"Maaf. Gue janji gak bakal bikin lo berdua khawatir lagi," ucap Adel sedikit terharu.
"Udah ah. Pengap gue," Adel mendorong kedua gadis itu. Emely mencebikkan bibirnya dan Queen yang berdecak kasar.
"Lo selalu saja merusak suasana," ujar Queen kemudian ketiganya tertawa.
***
Setelah Queen dan Emely pulang karena paksaan Adel. Tinggallah Adel sendiri di ruangan luas itu. Tentu saja ruangan sekarang berbeda dengan ruangan inap kecil beberapa waktu lalu yang ia gunakan.
Saat ini Adel menempati ruangan VIP 3. Coba tebak kenapa Adel bisa berada di ruangan itu? Pastinya itu bukan keinginannya, melainkan keinginan dari Queen. Tadinya Adel sama sekali tidak minat di ruangan berkelas itu. Tapi Queen memaksanya dengan mengancam akan memberitahu Revan keadaan Adel saat ini.
Adel sibuk dengan cemilan kentang di tangannya dengan mata yang menatap ke layar tv yang menampilkan film kartun Spongebob. Semua itu ide dari Queen dan Emely agar Adel tak bosan saat mereka pergi. Queen yang memindahkan Adel ke ruangan itu dengan uang gadis itu. Adel tentu menolak karena ia sendiri juga sudah nyaman dengan ruangannya yang pertama. Tapi apa daya Adel dengan ancaman Queen.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]
Teen Fiction(Rapuh bisa di pesan di Teori Kata Publishing) ~Hidup yang tak di inginkan dan mati dengan percuma~ Adel atau Sesi, Sesilia Rose Hana atau Adelenha Areiti Hana. Tumbuh menjadi gadis yang tangguh dan kuat. Berawal dari kejadian fatal hingga muncul be...