33 - Celaka

260 33 0
                                    

Happy Reading!
___________________

***

Saat ini kelas 12 IPA 1 sedang mengadakan rekreasi dadakan. Meskipun dengan embel-embel refreshing buat ujian nanti tapi masih banyak yang tidak datang karena sibuk dengan berbagai alibi.

Salah satunya Haikal, saat ini lelaki itu berdiri di pesisir pantai bersama ombak yang mengenai sepatunya. Ia memasukkan tangannya kedalam Hoodie kebanggaannya yang bergambar kepala serigala ber-mahkota dengan tulisan besar Riwolf.

Haikal mengedarkan pandangannya hingga ia melihat dua orang gadis tengah berdiri di ujung dermaga. Walaupun sedikit jauh tapi mata Haikal cukup jernih untuk mengetahui siapa gadis itu. Apalagi gadis berambut pendek sebahu yang sedikit bergelombang dan mengenakan baju putih.

Ada yang aneh. Haikal menyipitkan matanya, mencoba memperjelas apa yang ia lihat. Sedetik kemudian ia berlari menuju dermaga saat melihat gadis lainnya berlari keluar dermaga.

Haikal berlari kencang dan menyeburkan diri saat sampai di tepi dermaga. Ia terus berenang turun saat melihat gadis itu semakin kedalam. Dengan cepat Haikal menangkap tangan Sesi lalu memeluknya di bagian pinggang agar Sesi mendapat udara lebih dulu.

Haikal langsung berenang ke pinggir. Setelah tiba, ia membaringkan tubuh Sesi di pasir, ia segera membuka hoodie-nya lalu menutup dada Sesi dan langsung menekan-nekan dada Sesi agar air yang masuk segera keluar.

"Adel," panggil lelaki itu, ia menunduk untuk mendengar detak jantung Sesi. Ia kembali menekan dada Sesi.

Uhuk..

Uhuk..

Air itu akhirnya keluar tetapi Sesi tidak membuka matanya. Ia pasti pingsan karena terkejut. Lelaki itu mengangkat tubuh Sesi ala bridal style.

"ADELLL!" teriak beberapa orang yang mendatangi keduanya. Mereka tak lain tak bukan adalah teman-teman Sesi.

Lelaki itu memandang mereka sekilas mereka lalu membawa Sesi menuju mobilnya. Ia akan membawa Sesi ke rumah sakit terdekat.

"Kak Haikal. Lo mau bawa kemana Adel?" teriak Nona khawatir. Mereka mengikuti Haikal dari belakang.

Haikal berlari cepat menuju mobilnya. Ia membaringkan Sesi di jok belakang dan merelakan joknya basah hanya demi menyelamatkan nyawa gadis ini. Ia mengambil kain di bagasi lalu menutupi tubuh Sesi agar tak kedinginan.

Setelahnya Haikal langsung melajukan mobilnya bersamaan dengan yang lain mengikuti di belakang.

***

"Untung saja dia cepat di selamatkan, kalau tidak mungkin akan terjadi kerusakan parah pada organ tubuhnya," jelas dokter itu lalu berbalik menatap Haikal.

"Jadi?"

"Dia tidak apa-apa," ucap dokter itu tersenyum ramah.

Haikal mengangguk, "makasih dok," ucapnya sebelum dokter itu keluar. Haikal berdiri sembari bertumpu pada kursi di depannya. Matanya tertuju pada bercak lebam di tangan gadis itu. Bukan hanya satu tapi banyak. Sebagiannya sudah sembuh, tapi ada beberapa yang masih terlihat jelas di matanya.

Pertanyaannya apa itu? Luka benturan tidak mungkin sebanyak itu.

Tak berselang lama kegaduhan mulai datang dari arah belakang. Di sana ia melihat teman-teman Sesi berdiri dan langsung memasuki ruangan tersebut.

Haikal bergegas keluar. Ia tidak terlalu suka keramaian selain ramai dari teman-temannya. Haikal menyusuri koridor, ia hendak pulang ke markas.

"Kak," langkah Haikal terhenti saat seseorang memanggilnya. Ia berbalik dan menemukan Sesi berdiri di belakangnya. Bukankah gadis itu belum sadar tadi?

RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang