10 - Rumah Galih

351 48 1
                                    

"Lo?" Adel menujuk seorang lelaki yang tengah berbaring santai di sampingnya.

"Iya gue. Kenapa kaget gitu?" Adel menghela nafasnya. Sebentar lagi hidupnya akan kembali tak tenang dengan kehadiran orang di sampingnya ini.

"Kenapa dia balik lagi sih?" gumam Adel yang masih bisa di dengar orang di depannya.

"Ngomong apa tadi?" tanya lelaki itu lembut.

"Kenapa lo balik lagi? Gue kira lo bakalan pergi selamanya," ujar Adel sarkas.

"Untung gue udah biasa dengan kata-kata pedes lo," lelaki itu duduk berhadapan langsung dengan Adel.

"Pengen banget lo, gue lama di luar negeri. Padahal gue udah rindu banget sama lo," Adel memutar bola matanya jengah.

"Gue gak peduli ya," Adel kembali berbaring.

"Emang lo gak rindu gitu sama gue?" tanya lelaki itu.

"Gak sama sekali Arvalino Fadhlan Nagara," balas Adel malas.

"Wih. Nama gue masih lo ingat yah, padahal gue udah ke luar negeri hampir setahun," ujar Arva bangga.

"Lo kenapa gak masuk?" tanya Arva karena Adel tak bersuara lagi.

"Males," jawab Adel singkat.

"Gue juga males," Adel menoleh pada Arva. "Siapa?" tanya Adel.

"Gue. Arva," balas Arva sembari menyibakkan rambutnya kebelakang.

"Yang nanya?" lanjut Adel yang membuat Arva gemas dengan gadis itu.

"Heh!" pekik Adel ketika Arva malah mencubit pipinya.

"Gemesh sih lo," ucap Arva yang entah mengapa terdengar menyebalkan di telinga Adel.

"Lo mau lihat cewek bule yang gue temuin? Cantik-cantik tapi sayangnya gak kalah cantik dari lo," Arva mengeluarkan ponselnya dari saku dan mencari sebuah foto di sana.

"Gak. Gak minat," balas Adel cepat.

"Kenapa? Lo cemburu?" ujar Arva dengan tingkat ke-pedean yang tinggi.

"Dengar baik-baik yah. Pertama, gue gak cemburu, kedua, gue gak akan pernah cemburu, ketiga, emang lo siapa?"

"Pertama, nama gue Arva calon pacar lo, kedua, gue Arvalino Fadhlan Nagara calon suami lo, ketiga, gue cowok tampan se internasional," jelas Arva mengikuti gaya bicara Adel.

"Ini dia. Cantik, kan?" Arva mendekatkan ponselnya yang menunjukkan foto Adel ke pipinya sendiri.

"Gimana? Mirip, kan muka gue? Kayak muka jodoh," Arva tersenyum manis yang mungkin jika di lihat cewek lain akan langsung pingsan karena ketampanannya, tapi tidak dengan Adel tentunya. Adel melirik fotonya dan Arva lalu tersenyum simpul.

Oke. Kita dedikasikan waktu sedikit untuk menjelaskan siapa Arva. Arva atau Arvalino Fadhlan Nagara adalah anak dari ketua yayasan SMA Nerlangga, bisa di sebut ayah Arva adalah donatur terbesar di sekolah itu. Dan entah kenapa Arva malah bersekolah di SMA 1 Bangsa.

Arva adalah cowok menyebalkan bagi Adel karena lelaki itu selalu saja merecoki kehidupan Adel yang rumit dan malah di tambah rumit dengan kehadiran laki-laki yang katanya menyukainya itu. Arva selama hampir setahun ini ke New York, dengan Alasan yang Adel tidak ketahui dan juga tidak ingin tahu.

"Mirip?" tanya Arva yang langsung mendapat gelengan keras Adel.

Arva mendorong kepala Adel dengan jari telunjuknya, "sial emang," ucapnya lalu terkekeh.

Adel memukul bahu Arva keras, membuat cowok itu meringis kesakitan. Adel tertawa melihat Arva meringis seperti itu.

"Ssshh, dasar!" Arva tersenyum melihat Adel tertawa.

RAPUH [TAMAT dan SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang