28

266 33 0
                                    

Dirumah Joo sibuk memikirkan kejadian tadi. Sekarang ia sudah putus dengan Yuna. Ia tidak sangka Yuna begitu sakit hati, selama ini Yuna hanya diam tanpa mengutarakan apa yang membuatnya gundah. Joo sangat menyesal kepada dirinya sendiri, kenapa tidak ia lakukan saja permintaan Yuna? Kenapa dirinya masih saja tidak bisa tidak memikirkan Anna?

Sungguh perasaannya tidak bisa ia pungkiri kalau masih ada sedikit kepedulian kepada Anna. Sangat bodoh dirinya masih tetap tidak berkutik dari masa lalu, terus memedulikan Anna dan terpaksa harus merelakan Yuna yang baik hati, ceria, dan penuh semangat. Setelah melihat Yuna dengan wajah berkaca kaca dan badan yang sedikit gemetar sambil mengatakan putus, Joo dapat melihat Yuna yang sepertinya selama ini sudah menahan diri melihat keakraban mereka.

Joo sadar diri, saat ia masih tidak bisa meninggalkan Anna sendiri, lebih baik ia tidak melanjutkan hubungannya dengan Yuna, karena itu hanya akan membuat Yuna semakin sedih. Itulah mengapa Joo terpaksa menerima ajakan Yuna untuk mengakhiri hubungan mereka. Joo berharap Yuna bisa merasa lebih baik atas kepergian dirinya.

--------------------------------------------------------------

Segera setelah memasuki pagar rumah, Yuna lari secepat kilat menuju kamarnya lalu mengunci pintu. Ia terduduk lemas dibalik pintu. Air mata yang sedari tadi ia tahan jatuh begitu saja. Yuna mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskannya dan mengulanginya beberapa kali untuk menghilangkan rasa sesak didadanya.

Akhirnya mereka putus. Mungkin memang ini lah yang terbaik, karena setelah ini, Yuna tidak perlu merasa was was atau sebelum tidur memikirkan kemungkinan kemungkinan negatif yang bakal terjadi antara Joo, pacarnya, dengan Anna, tidak perlu lagi merasa kesal dan jengkel ketika melihat Anna.

Ya, sekarang semua yang membuat hatinya galau belakangan ini sudah berakhir. Bukankah seharusnya ia merasa senang dan sekarang harusnya ia tertawa bahagia? Tapi kenapa air matanya terus mengalir?

Semua kenangannya bersama Joo mulai kembali terputar dikepalanya. Mulai dari awal ia menatap Joo dimasa awal sekolah, berbicara dengan Joo, saat Joo meminjami hoodienya atau saat mereka mulai saling chattingan yang selalu membuat jantungnya serasa mau meledak dan dirinya langsung senang berjingkrak jingkrak kegirangan.

Dan yang paling membuat dirinya senang waktu itu, saat Joo menembaknya. Rasanya seperti mimpi, seseorang yang diidolakan dan disuka sejak masuk SMA menjadi pacarnya. Tapi ternyata semua yang awalnya Yuna pikir bakal sangat membahagiakan dengan cepat berubah.

Sejak kedatangan Anna saat festival, sudah mulai muncul setitik perasaan aneh dalam dirinya, merasa kalau Anna masih menyukai Joo dan bakal terus mendekati Joo. Awalnya Yuna berusaha menepis perasaan itu, tapi saat mengetahui Anna bakal sekolah dan sekelas dengan Joo, perasaan itu muncul kembali.

Didepan kedua sahabatnya, Cherry dan Giselle, Yuna memang berusaha menahannya. Setiap Cherry dan Giselle mengutarakan ketidaksukaan mereka terhadap kelakuan Anna, Yuna selalu menyela dan berkomentar positif. Padahal dalam hati ia cukup merasa apa yang dikatakan temannya itu ada benarnya.

Tiba tiba pintu yang sedang ia sandari diketuk. Yuna segera bangun dan mengusap kasar wajahnya, menghapus sisa air mata. Kemudian ia membuka pintu dan melihat Ray.

"ada apa Ray?"

Ray dapat melihat mata Yuna yang masih merah, tapi ia tidak mau menyinggung hal itu. "temani gue main game." ucapnya dengan nada memerintah.

Yuna mengernyit, apakah wajahnya sekarang benar benar tampak normal tanpa adanya bekas habis menangis, sampai sampai Ray dengan santainya mengajaknya main game tanpa melihat situasi?

"nggak deh. Capek." Yuna menolak karena rasanya tidak mood untuk bermain game.

Tapi Ray terus mendesak sampai akhirnya Yuna mengikuti kemauannya. Ray sengaja mengajak Yuna bermain game. Ia tau Yuna sebenarnya masih sangat suka main game. Cuma karena banyak yang terjadi dalam hidupnya, ia tidak bisa bermain game lagi.

Selain itu Ray juga tau kalau Yuna didalam kamar saja, ia hanya bakal menangis atau merasa galau sepanjang hari. Sebenarnya tadi Ray ada ditaman, menyirami tanaman dihalaman rumahnya yang ditumbuhi pohon dan tanaman yang cukup rindang.

Saat itu Ray ada dibalik pohon yang cukup lebat dan tinggi sehingga sebagian badannya tertutupi dan tidak ada yang menyadari keberadaannya saat mendengar percakapan antara kedua pasangan yang baru saja putus itu.

Awalnya memang tidak ada niat untuk nguping dan terus nguping, tapi ia merasa sangat emosi dan hampir saja ia menyirami muka Joo dengan air lewat selang yang sedang ia pegang saat mendengar kalimat kalimat yang dilontarkan Joo. Ray juga dapat mendengar suara Yuna yang terdengar seperti menahan diri untuk tidak menangis.

Itulah mengapa sekarang ia dan Yuna bakal bermain PS diruang tamu rumahnya. Sama seperti dulu, Ray mengajak Yuna bermain game yang membuat keduanya harus saling berkompetisi.

Dulu Ray suka mengajak Yuna bermain game balap mobil, mereka saling bertanding. Ray berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan permainan untuk memperlihatkan dan membanggakan diri didepan Yuna. Berlomba dengan Yuna dalam permainan sangat seru, karena Yuna selalu tidak mau menerima kalau dirinya kalah dan bakal selalu minta permainan diulang. Kemudian Yuna bermain dengan amat serius dan pertandingan semakin sengit, tapi tetap saja setiap permainan diulang, hampir selalu Ray menang.

Yuna awalnya bermain dengan malas, sampai akhirnya dironde pertama ia kalah. Ia merasa tidak peduli karena memang sedang tidak bersemangat, tapi mendengar ejekan Ray yang mengatakan kalau dirinya masih sama seperti dulu, yang selalu kalah jika melawannya, semangat bersaing Yuna langsung berkobar.

Akhirnya mereka baru berhenti bermain saat waktu makan malam telah tiba. Aroma masakan dari ruang makan dan panggilan Sharon untuk menyuruh mereka berdua makan yang membuat keduanya langsung berlariab menuju meja makan. Kebetulan keduanya sudah sangat lapar.

Sharon senang melihat keduanya bermain bersama seperti dulu lagi, disertai dengan sedikit pertengkaran karena hal sepele saat bermain game. Yuna sekarang sudah menganggap Sharon seperti mamanya sendiri, ia juga tidak segan segan lagi seperti waktu awal tinggal dirumah tersebut.

Sejak pulang sekolah, kelakuan Ray berubah menjadi sangat kekanak kanakan dan sering membuat Yuna kesal sendiri. Yuna sampai heran, apa gerangan yang membuat Ray jadi seperti itu? Bahkan baru saja mereka saling berebutan kamar mandi. Padahal masih ada kamar mandi lain dilantai dua, tapi Ray ngotot mau mandi dikamar mandi bawah yang biasa Yuna pakai.

"huh! Akhirnya udah selesai, lama!" ujar Yuna ketika melihat Ray keluar dari kamar mandi dengan handuk yang bertengger dilehernya, digunakan untuk membasuh rambutnya yang masih basah.

"apanya yang lama? Gak sabaran." balas Ray santai dengan gaya sok, membuat Yuna merasa sebal.

"apaa!? Aa!"

Ray kemudian dengan sengaja menggeleng gelengkan kepalanya dengan kencang sampai air dirambutnya terciprat ciprat mengenai muka Yuna. Melihat raut wajah kesal Yuna membuat Ray tertawa terpingkal pingkal lalu kemudian kabur kekamarnya sebelum dilempari sendal oleh Yuna.

Yuna hanya bisa mengurut urut dada melihat tingkah Ray yang seperti bocah tengik itu. Ia tidak sadar, karena Ray, ia jadi tidak memikirkan kejadian tadi siang lagi.






{26/12/20}

Thank you udah baca sampai episode ini ☺ jangan lupa
vote👇 and komen 👇 yaa~

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang