12

321 33 6
                                    

"Oma, papa dan mama kapan pulang?" Tanya seorang bocah berusia 8 tahun sambil menari narik ujung lengan baju neneknya yang sedang duduk disofa menyulam.

Sang nenek menghentikan aktivitas menyulamnya. Ia menatap cucu kesayangannya yang masih duduk dibangku kelas 3 SD. "Papa mama sibuk mencari uang, sayang."

"Buat apa cari uang? Papa dan mama tidak cari Joo?" Bocah bernama Jonathan dengan nama panggilan Joo itu memanyunkan bibirnya.

Wanita yang sudah lansia itu merasa iba melihat cucunya yang memiliki orang tua yang sibuk sehingga jarang memiliki waktu dengannya. Anak dan mantunya awalnya bukan lah orang yang sesukses sekarang.

Mereka berdua lahir dengan latar belakang keluarga yang bisa dibilang cukup kekurangan. Tapi dengan keberanian dan banyak berdoa, mereka memutuskan merantau ke negara lain untuk masa depan Joo dan keuangan keluarga yang lebih baik. Dengan cepat, mereka bisa meraih kesuksesan yang cukup membanggakan ditahun pertama mereka merantau. Sekarang sudah hampir memasuki tahun ke 3, usaha yang mereka jalankan semakin berkembang menuju internasional, sehingga mereka menjadi super sibuk.

Joo dipercayakan kepada ibu sang istri dan seorang pembantu yang sudah terpercaya. Walau sepasang suami istri itu sangat jarang pulang kembali ke rumah dan menemui Joo, mereka secara rutin mengirimkan uang dan beberapa mainan mainan untuk Joo. Joo memang senang bisa mendapatkan mainan yang mahal, canggih, dan yang pasti lebih bagus daripada mainan milik teman seumurannya, banyak teman teman Joo merasa sangat iri melihatnya yang selalu dibelikan mainan mainan mahal.

Tapi Joo juga merasa iri kepada teman temannya yang setiap hari diantar mama atau papa mereka kesekolah, sebelum berpisah, orang tua mereka bakal mencium mereka dan saat dijemput pulang sekolah, temannya bakal lari kedalam pelukan orang tuanya. Sedangkan Joo? Ia dijemput oleh nenek atau kadang pembantu rumah tangganya kalau sang nenek sedang kecapaian. Joo sangat merindukan saat orang tuanya masih tinggal bersamanya, Joo juga diperlakukan sama seperti anak seumurnya, dipeluk, digendong, dan dimanja.

Hampir setiap hari Joo yang masih kecil bertanya tanya kapan kedua orang tuanya pulang. Seiring berjalannya waktu, dan Joo yang semakin besar, pertanyaan itu sudah jarang ia tanyakan. Kedua orang tuanya biasa pulang tapi tidak dengan jadwal tertentu. Mereka bisa saja pulang tiba tiba. Bahkan ulang tahun Joo selalu dirayakan bersama nenek dan pembantu.

Sampai saat Joo kelas 2 SMP, neneknya meninggal karena usia. Saat itu Joo menangis sejadi jadinya di pemakaman neneknya. Orang tuanya pulang dan pemakaman nenek dilaksanakan dengan bagus dan megah. Saat itu walau orang tuanya pulang, tapi Joo tidak memedulikan mereka. Joo hanya menangis dan menangis dipemakaman. Makan pun hanya kalau disuruh dan dibujuk bujuk. Bagaimana tidak sedih?

Selama ini neneknya yang sudah tua menghabiskan masa tuanya hanya dengan dirumah menjaga dan menemaninya. Hanya nenek lah yang selalu menjadi tempat ceritanya. Hanya nenek yang menyayangi dan memperhatikan dirinya. Tapi sekarang nenek telah pergi meninggalkannya selama lamanya.

Siapa lagi yang bakal menyambutnya kalau pulang ke rumah? Dimana ia harus memperlihatkan hasil ujian atau kemenangannya saat mengikuti lomba disekolah? Siapa yang bakal mendengar keluh kesahnya lagi? Orang tuanya? Hah! Mereka bakal kembali pergi ke perusahaan mereka dinegara lain.

Seperti yang sudah Joo duga, setelah pemakaman selesai, ia pulang kerumah. Rumah sepi, gelap, dan terasa dingin. Sejak saat itu, sekolah menjadi tempat Joo. Ia lebih suka disekolah yang dipenuhi teman dan cewek cewek yang selalu memperhatikannya, itulah mengapa ia memperbanyak kegiatan disekolah dengan menjadi osis dan mengikuti lomba lomba.

Joo menceritakan masa lalunya dengan sedikit meneteskan airmata. Apalagi saat bagian tentang neneknya. Setelah selesai bercerita Joo kaget melihat Yuna yang mengeluarkan airmata lebih banyak dari dirinya.

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang