16

267 30 0
                                    

"Ray!" Panggil Yuna melihat Ray baru saja akan masuk kedalam ruang osis sambil membawa makanan ditangannya.

Yuna ikutan masuk kedalam ruang osis. Ini sangat kebetulan, saat Yuna hendak ke toilet dekat ruang osis karena tadi tidak jadi ke toilet, ia melihat Ray dan jadi teringat ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Ray duduk diikuti dengan Yuna yang duduk dihadapannya. Untung saat ini hanya ada mereka berdua, mungkin anggota osis lain masih sibuk ngurus festiva.

"Anu.. Ray," Yuna memperbaiki posisi duduknya. Ternyata mau nolak orang cukup menegangkan, padahal waktu pertama kali Yuna nolak Ray kok tidak setegang ini ya.

Mungkin karena sejak saat itu Ray terus mendekati Yuna dengan tulus, ia juga memperlakukan Yuna dengan begitu baik. Walau Yuna bersikap jutek tapi ia tetap sabar dan selalu memberikan cengirannya yang menyebalkan, ok, ralat, memberikan senyum yang membuatnya terlihat lebih tampan.

Yuna jadi merasa tidak enak menolak Ray yang begitu baik. Yuna hanya bisa berharap agar Ray segera menemukan perempuan lain yang lebih baik dari dirinya.

"Ada apa Yuna? Lo mau bakso gue ya? Daritadi diliatin mulu."

Yuna tersadar dari pikirannya, daritadi ia memilih melihat bakso yang dipegang Ray karena gugup jika melihat mata Ray.

Ray mencondongkan badannya kedepan lalu memasukkan satu bakso kedalam mulut Yuna yang sedikit menganga, "nih, makan."

"Hm!" Yuna kaget tiba tiba Ray memasukkan bakso kemulutnya. Sejenak larut dalam nikmatnya bakso yang sedang ia kunyah, Yuna langsung tersadar kembali.

"Aduhh! Kok jadi gini?" Batin Yuna merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa fokus pada tujuan awal ia duduk dihadapan Ray.

"Ray, makasih ya atas semua yang lo lakuin buat gue selama ini." Kata Yuna langsung pada inti pembicaraan. Ray menghentikan aktivitas makannya lalu menatap Yuna.

Yuna jadi kikuk ditatap Ray dengan tatapan yang sulit ditebak. Yuna takut Ray marah, atau merasa sangat sangat sakit hati karena ditolak. Yah, tapi mau diapa lagi? Cinta memang terkadang bisa begitu manis tapi bisa juga berubah menjadi begitu menyakitkan.

"L-lo baik, sabar, bisa diandalkan, dan juga ganteng, gue yakin lo bisa dapat cewek yang lebih baik dari gue. Sekarang gue udah jadian dengan Joo.." suara Yuna semakin hari semakin mengecil. Ia juga hanya bisa tunduk menatap meja dihadapannya.

"Kalau gue seperti yang lo bilang, baik, sabar, bisa diandalkan, dan ganteng, terus kenapa gak sama gue aja?"

Suara Ray terdengar begitu jelas dan dekat, Yuna langsung mendongak dan mendapatkan Ray berdiri dari kursi dan membungkuk 90° sehingga wajahnya sejajar dan sangat dekat dengan Yuna yang sedang duduk dengan nafas tertahan dan mata terbelalak kaget melihat Ray yang begitu dekat dengannya.

"Gue rasa lo yang terbaik diantara semua cewek yang gue kenal, jadi gue maunya sama lo. Bukan yang lain." Bisik Ray lirih disamping telinga Yuna.

Dengan jarak sedekat itu, Yuna jadi bisa mencium aroma parfum yang digunakan Ray. Suara nafas Ray sampai bisa terdengar begitu jelas disampingnya. Yuna tidak berani bergerak sedikitpun, jantungnya berdebar begitu kencang. Bagaimana pun juga Ray adalah seorang lelaki, dan ini pertama kalinya ia diperlalukan seperti ini.

Saat berdekatan, berbisik, dan bergandengan tangan dengan Joo memang juga membuat berdebar, tapi rasanya debaran bersama Ray terasa sedikit berbeda.

Yuna memberanikan diri menatap Ray. Kini tatapan mereka saling tertaut dengan jarak hanya kurang lebih 15cm. Yuna bahkan dapat melihat bayangan dirinya didalam mata Ray yang hitam jernih. Yuna tidak bisa berpikir lagi, pikirannya kosong!

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang