Anna terus berlari menaiki tangga sekolah dan Joo terus mengejarnya dari belalang sambil berseru meminta Anna berhenti, tapi Anna mengabaikannya.
Sampailah akhirnya mereka berdua dilantai teratas gedung sekolah mereka. Atap sekolah. Begitu pintu atap dibuka, angin sepoi sepoi segera menyapu air mata Anna.
Ternyata Joo mengejarnya sampai disini, Anna akhirnya berhenti dan menatap Joo. Ia merasa cukup senang karena Joo mengejarnya, tapi ia harus menahan perasaan itu mengingat Joo sudah berstatus pacaran dan sebenarnya kedatangannya hanya seperti orang ketiga dalam hubungan itu.
"Kenapa mengikutiku? Aku tidak perlu diikuti! Bukankah aku hanya pengganggu!?" Teriak Anna agar dapat didengar Joo karena angin cukup ribut dengan emosi yang meluap luap.
"Anna! Tenangkan dirimu." Joo kemudian berjalan pelan mendekati Anna, tetapi Anna terus mundur setiap kali Joo mendekat. Ia terus menatap tajam kearah Joo seolah mengancam agar Joo jangan mendekat, atau kalau tidak ia bakal terus mundur.
"Hentikan Anna! Jangan mundur lagi!" Joo sudah melihat jarak antara Anna dan ambang gedung tinggal sekitar 3 meter lagi.
Memang ada pembatas, tapi tinggi pembatas hanya setinggi dada Anna. Joo takut kalau Anna lagi kumat begini, bisa bisa melakukan hal diluar penalaran.
"Makanya berhenti! Jangan mendekat!" Teriaknya lagi sampai suaranya terdengar serak karena terlalu memaksa berteriak.
Akhirnya Joo memilih berhenti agar Anna tidak memundurkan langkahnya lagi. "Baiklah, gue tidak bakal mendekat lagi, tapi kemarilah."
"Joo, tinggalkan aku sendiri. Aku sedang ingin sendiri!"
"Mana mungkin gue ninggalin lo dengan keadaan begini!?" Joo jadi teringat kejadian beberapa tahun lalu saat Anna juga seperti ini.
Emosinya meluap luap sehingga tidak dapat berpikir jernih setelah ditolak Ray. Kejadiannya sangat mirip dengan yang terjadi sekarang, membuat Joo takut membayangkannya.
"Begini bagaimana! Dan kalaupun begitu memangnya kenapa! Apa pedulimu terhadapku!? Aku hanyalah pengganggu yang datang merusak kebahagiaan semua orang! Dari awal kehadiranku memang tidak dibutuhkan! Seharusnya aku tidak pernah lahir didunia ini!"
Semakin paniklah Joo mendengar ucapan Anna. Ia takut Anna bakal kehilangan kendali dan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
"Anna! Itu tidak benar! Buktinya masih ada gue, Yuna, dan anak anak lain yang pastinya menyukai kehadiranmu!"
Anna kembali teringat Yuna yang menjawab perkataannya dengan dingin tadi. Itu jelas tanda ketidaksukaan Yuna terhadap keberadaannya.
"Kamu tidak bisa menipuku, Joo! Aku sadar diri kok! Dan aku rasa kamu juga tidak menyukai kehadiranku, tapi kamu terpaksa bersikap baik karena merasa iba padaku!" Teriak Anna sambil menggeleng gelengkan kepalanya dengan keras sehingga rambutnya sekarang benar benar berantakan.
Joo sangat pusing, ia tidak tau apa yang bisa ia lakukan atau katakan lagi agar Anna bisa tenang dan mendekatinya.
"Anna, gue beneran peduli sama lo. Gue panik melihat lo yang begini, gue benar benar khawatir dengan lo sekarang." Ucap Joo lirih, ia hanya berharap kesungguhan hatinya bisa tersampaikan kepada Anna yang berdiri dengan jarak cukup jauh darinya.
Dan untunglah, hati Anna mulai mencair, emosinya mulai menurun. Joo dapat melihat perubahan emosi Anna dari raut wajahnya yang awalnya kelihatan seperti orang depresi, stress, hampir gila dan pantulan api amarah dikedua mata Anna kemudian perlahan lahan menjadi redup.
Joo langsung melanjutkan perkataannya, "jadi Anna, gue mohon, tenangkan dirimu dan mendekatlah..."
Joo kemudian mengulurkan tangannya untuk Anna. Anna masih bergeming dan hanya menatap uluran tangan Joo.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION [ Completed Or Not Completed ]
Teen Fiction[Cerita sudah lengkap] ✅ Dulu nolak, sekarang nyesal kan? Yuna yang dulu begitu menyukai Ray. Sayangnya, Ray tidak menanggapi serius hal itu dan malah dekat dengan cewek lain. Yuna sangat sakit hati karena hal itu. Untungnya, ia tidak satu sekolah l...