Setelah kejadian dikantin beberapa hari yang lalu, akhirnya Yuna selalu memilih untuk tidak berinteraksi dengan Joo maupun Anna lagi. Apalagi saat mendengar desas desus bahwa mereka berdua balikan. Kalau mereka kebetulan berpapasan, Yuna bakal pura pura tidak lihat atau segera menghindar dengan cara yang terlihat natural. Rasanya enggan untuk berbicara dengan kedua orang tersebut, bahkan untuk sekedar menyapa. Tetapi bukan berarti Yuna membenci Joo dan Anna.
Giselle juga sudah tidak pernah melabrak Anna karena Yuna sudah menyuruhnya untuk membiarkan dan tidak usah membahas lagi hal yang sudah lewat. Mungkin memang Anna punya sakit atau masalah tersendiri seperti Giselle dulu, jadi sebaiknya kita yang tidak tau apa latar Anna bersikap begitu diam saja. Begitulah kata Yuna kepada Giselle, sehingga Giselle hanya bisa mengangguk angguk menerima perkataan Yuna mengingat dirinya juga dulu bersikap gila karena punya alasan tersendiri dibalik semua itu.
Semua kembali tenang dan tidak ada masalah lagi. Dalam persahabatan Yuna, semua berjalan mulus. Mereka bertiga semakin akrab dan kadang diakhir minggu hangout bareng. Dalam bidang percintaan, Yuna masih tidak mempunyai perasaan apa apa untuk Ray, tapi semakin hari Yuna semakin bisa merasakan Ray yang terus melalukan pendekatan terhadapnya, walau caranya sedikit berbeda dengan pendekatan sebelumnya.
Awalnya kan Ray pendekatan dengan cara lembut dan perlahan lahan, tapi sekarang sejak Yuna putus, Ray selalu mengambil setiap kesempatan yang ada untuk menunjukkan kepeduliannya tapi secara tersirat dan ia bakal memaksa kalau Yuna menolak, ia tidak menerima penolakan.
Sekarang Yuna habis selesai keramas, Yuna tidak langsung mengeringkan rambutnya, tapi berjalan jalan menuju dapur, membuka kulkas, lalu minum air dingin. Ray yang melihat itu langsung mengambil handuk yang dililitkan di leher Yuna lalu ngelap rambut Yuna dengan handuk tersebut.
Yuna yang sedang enak enaknya minum langsung tersedak karena kaget tiba tiba ada yang membasuh rambutnya.
"Ray!?"
"Dasar! Mau nyusahin orang lain ya?" Ucapnya sambil tetap mengeringkan rambut Yuna.
"Hah!? Nyusahin gimana?"
"Lo sengaja nggak keringin rambut biar masuk angin terus mau ngerepotin gue dengan ngerawat lo yang sakit kan? Kalau butuh perhatian gak usah sampai gini juga, gue bakal tetap perhatiin lo walau lo gak sakit kok!"
Dahi Yuna berkerut, entah Ray ini terlalu pede atau malu malu. "Jangan ngadi ngadi deh lo! Sini handuknya, gue aja yang lap. Gak butuh perhatian lo."
Ray langsung mengangkat tinggi handuk yang sedang ia pegang agar Yuna yang pendek tidak bisa mengambilnya.
"Ray!" Seru Yuna sebal sambil berusaha mengambil handuknya dengan melompat lompat kecil dan memukul Ray.
Ray malah menatap lekat wajah Yuna yang memancarkan kekesalannya. Yuna yang merasa ditatap jadi salah tingkah.
"Apaan! Balikin handuk gue cepat!"
"Buat apa?"
Yuna mendecak sebal, "terserah lo deh!" Ucapnya menyerah untuk mengambil kembali handuknya.
"Kalau terserah gue, sini." Ray langsung menarik tangan Yuna menuju kamarnya. Ini pertama kalinya Yuna masuk kekamar Ray.
"Apaan sihh!?" Yuna kemudian dipaksa duduk diatas kursi yang ada didepan cermin berdiri yang ada didalam kamar tersebut.
Kemudian Ray mengambil hair dryer miliknya dari dalam laci dan mengeringkan rambut Yuna menggunakan alat itu.
"Ngapain lo hair dryer-in gue?" Tanya Yuna sambil menatap Ray dari pantulan kaca didepannya.
"Mau mau gue."
"Rambut rambut gue!"
"Gak suka? Kalau gitu tolak aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION [ Completed Or Not Completed ]
Novela Juvenil[Cerita sudah lengkap] ✅ Dulu nolak, sekarang nyesal kan? Yuna yang dulu begitu menyukai Ray. Sayangnya, Ray tidak menanggapi serius hal itu dan malah dekat dengan cewek lain. Yuna sangat sakit hati karena hal itu. Untungnya, ia tidak satu sekolah l...